Wednesday, June 8, 2016

PROSPEK BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI

June 08, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Di Indonesia yang banyak membudidayakan ikan bandeng dan karena ikan bandeng mudah beradaptasi dan juga pertumbuhan yang cepat. Budidaya ikan Bandeng pada air payau maupun air tawar. Usaha budidaya ikan bandeng pada air tawar berkembang cukup sukses di Desa Talun, Kecamatan Kayen Kabupaten Pati. Menurut beberapa peneliti taksonomi dan klasifikasi ikan bandeng adalah sebagai berikut.
Klasifikasi Ikan Bandeng
Kingdom        : Animali
Pilum        : Chordata
Subpilum    : Vertebrata
Kelas        : Osteichthyes
Ordo        : Gonorynchiformes
Famili        : Chanidae
Genus        : Chanos
Spesies        : Chanos chanos
Pakan
Pakan berfungsi sebagai sumber energi bagi kehidupan, pertumbuhan, dan reproduksi ikan. Melalui proses metabolisme pakan akan menjadi energi bagi ikan untuk melakukan aktivitasnya.Pemberian pakan haruslah dapat dikonsumsi ikan secara utuh sehingga pakan tidak ada yang terbuang. Berikut ini akan diuraikan mengenai pakan yang diberikan selama pemeliharaan pembesaran bandeng, yaitu :
a). Penambahan Suplemen   
Makanan tambahan (suplemen) yang lebih dikenal dengan istilah probiotik menurut Fuller (1987) dalam Irianto (2003), berupa sel-sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya. Pemberian suplemen atau feed additive ke dalam pakan ikan sebagai mediumnya mempunyai manfaat, antara lain : meningkatkan dan menyehatkan fungsi pencernaan sehingga penyerapan nutrisi lebih maksimal, dapat meningkatkan immunitas ikan terhadap pathogen, mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan nafsu makan ikan.
Suplemen yang digunakan selama pemeliharaan yaitu suplemen yang mengandung mikrobia pencernaan, herba obat terpilih, nutrisi esensial, vitamin, dan mineral yang berfungsi dalam mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ikan.
Prinsip kerjanya sendiri menurut Feliatra et al., (2004), adalah pemanfaatan kemampuan mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak yang menyusun pakan yang diberikan. Kemampuan ini diperoleh karena adanya enzim-enzim  khusus yang dimiliki mikroba untuk memecah ikatan tersebut. Enzim tersebut biasanya tidak dimiliki oleh ikan dan makhluk air lainnya. Kalaupun ada kualitas dan kuantitasnya sangatlah terbatas. Pemecahan molekul-molekul kompleks ini menjadi molekul sederhana jelas akan mempermudah pencernaan lanjutan dan penyerapan oleh saluran pencernaan ikan. Penambahan suplemen ini dimaksudkan sebagai pembanding antara bandeng yang diberi suplemen (dengan perlakuan) dan bandeng yang tidak diberi suplemen (tanpa perlakuan).
Suplemen yang diberikan mulai dilakukan sejak penebaran nener hingga menjelang panen, dengan cara mencampurkannya ke dalam pakan ikan (pellet). Suplemen yang digunakan berbentuk cairan dan sebelum diberikan pakan dihitung terlebih dahulu jumlahnya. Dosis pemberian suplemen untuk 1 kg pakan sebanyak 20 ml dan diberikan pada saat pemberian pakan terbanyak, yaitu pada siang hari. Penggunaan suplemen ini sangat disarankan pada kolam/tambak dengan kepadatan tinggi.
b). Jenis Pakan
a. Pakan Buatan.
Pakan buatan yang diberikan adalah jenis pakan pellet terapung.ukuran diameter pelletnya 3,3 mm. Komposisi nutrisi pakannya ialah sebagai berikut :
protein 19 – 22 % ; kadar air (max) 10 % ; lemak (min) 5 % ; serat kasar (max) 8 % dan kadar abu (max) 15 %. Bentuk pellet yang mudah hancur, tidak cepat tenggelam, mempunyai aroma yang merangsang nafsu makan dan tidak berbau tengik merupakan ciri pakan yang disukai ikan menurut Ahmad et al., (1999). Pemberian pakan pellet disebar pada satu tempat untuk mempermudah dalam pengontrollan pakannya. Selanjutnya ikan akan memakan makanannya melalui proses metabolisme dan dicerna. Semua pakan yang dicerna akan diserap oleh tubuh.
Adanya penyerapan energi ini akan mengubah komposisi tubuh ikan yang dapat menunjukkan adanya pertumbuhan. Sedangkan pakan yang tidak termakan atau sisa dari proses metabolisme akan dikeluarkan melaui insang dan ginjal dalam bentuk ammonia, urine, dan bahan buangan lainnya. Pemberian pakan yang tidak tepat baik dari kualitas dan kuantitasnya akan menumpuk di dasar tambak. Hal ini akan mengakibatkan pembusukan bahan organik di dasar tambak dan akibatnya tambak tercemar, sampai pada batas waktu tertentu daya dukung tambak semakin berkurang, pada akhirnya mengakibatkan timbulnya gas beracun dan ini akan memicu terganggunya kehidupan ikan bahkan dapat mengakibatkan kematian massal.
c). Frekuensi Pakan
Pakan buatan dalam budidaya intensif sangat diperlukan karena pakan ini menjadi pakan utama bagi bandeng dan membantu proses pertumbuhannya. Peningkatan pakan yang dikonsumsi ikan selalu diikuti secara proposional dengan peningkatan laju metabolisme harian sehingga berakibat terjadinya peningkatan pertumbuhan ikan. Pemberian pakan sebanyak 5 % diberikan pada 2 minggu pertama sedangkan untuk 6 minggu berikutnya pakan yang diberikan sebanyak 3 % dari biomassa ikan, penentuan jumlah pakan ini juga selalu diikuti dengan monitoring biomassa ikan setiap satu minggu sekali.
Frekuensi pemberian pakan tiga kali dalam sehari, yaitu pagi hari pukul 08.00, siang pukul 12.00 dan sore pukul 16.00 WIB. Aktivitas pemberian pakan semuanya dilakukan pada siang hari, seperti yang dianjurkan oleh Ditjenkan (1993), dalam pendapatnya bahwa gelondongan bandeng lebih banyak makan pada siang hari daripada malam hari. Pakan membutuhkan waktu 27 – 50 menit untuk melewati usus pada stadium gelondongan 60 g.
d). Konversi Pakan
Salah satu faktor yang menunjukkan tumbuhnya bandeng adalah efektivitas dan efisiensi pakan yang digunakan. Konversi pakan atau Food Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara pakan yang digunakan dengan daging ikan yang dihasilkan.Rasio konversi pakan menunjukkan kecenderungan bahwa makin besar ukuran ikan yang ditebar, makin kecil nilai konversi pakan yang dihasilkan dan kaitannya pula dengan lamanya periode pemeliharaan. Perbedaan percepatan pertumbuhan yang ditunjukkan dari dua perlakuan yang dilakukan terlihat dari nilai konversi pakannya. Selain itu, konversi pakan sangat berhubungan dengan jumlah dan kualitas pakan yang diberikan.Makin baik kualitas pakan yang digunakan, makin efisien penggunaan pakannya berarti konversi pakan yang dihasilkan makin kecil. Selama kegiatan pembesaran bandeng, nilai konversi yang didapat pada bandeng dengan perlakuan penambahan suplemen dan probiotik, yaitu 0,89 dengan jumlah total pakan yang digunakan sebanyak 2.238,4 kg. Sedangkan pada bandeng tanpa perlakuan jumlah total penggunaan pakannya sebanyak 1.379,84 kg dengan nilai konversi pakan sebesar 1,15. Salah satu faktor pendukung kecilnya nilai konversi pakan yang dihasilkan oleh bandeng dengan perlakuan dikarenakan bandeng yang mendapat tambahan suplemen, fungsi pencernaannya lebih mampu menyerap nutrisi pakan secara maksimal sehingga pakannya menjadi lebih efisien walaupun jumlah pakan hariannya semakin besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2004), dalam pernyataannya  bahwa semakin besar ukuran ikan maka feeding rate-nya semakin kecil, tetapi jumlah pakan hariannya semakin besar. Jumlah penggunaan pakan pada kedua perlakuan ini setiap minggunya mengalami peningkatan sesuai dengan hasil perhitungan sampling bandeng, yaitu dari hasil penghitungan biomassa dikali feeding rate.
Selama masa pemeliharaan bandeng, kisaran feeding rate atau persentase jumlah pakan yang digunakan berkisar antara 3 – 5 %. Pemberian pakan 5 % diberikan pada dua minggu pertama dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali dalam satu hari, yaitu pukul 06.00, pukul 10.00, pukul 14.00 dan pukul 18.00. Persentase pakan ini kemudian diturunkan menjadi 3 % pada minggu ketiga sampai minggu terakhir pemeliharaan atau minggu kedelapan. Frekuensinya pun menjadi tiga kali dalam satu hari, yaitu pukul 08.00, pukul 12.00 dan pukul 16.00. Persentase pemberian pakan ini sesuai dengan pendapat Ahmad et al., (1999), bahwa kisaran jumlah pakan 3 – 4 % dari bobot biomassa terbukti paling menguntungkan jika frekuensi pemberian pakannya benar.
Monitoring Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Pengamatan pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan  bandeng selama pemeliharaan dan juga untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidupnya. Monitoring laju pertumbuhan dilakukan dengan cara sampling dan selama waktu pemeliharaan sampling dilakukan setiap minggu. Cara sampling
pada budidaya bandeng ini dilakukan dengan cara menjaring ikan menggunakan jala. Selanjutnya ikan yang tertangkap ke dalam jala diambil kemudian dihitung berat dan panjangnya.
a.Laju Pertumbuhan
Berdasarkan pertumbuhan berat rata-rata harian atau Average Daily Growth (ADG), didapatkan laju pertumbuhan sebesar 3,82 g/hari pada bandeng dengan perlakuan. Hal ini berbeda dengan bandeng tanpa perlakuan yang laju pertumbuhan hariannya lebih kecil, yaitu 1,45 g/hari. Bandeng dengan perlakuan mempunyai nilai laju pertumbuhan yang lebih besar karena adanya penambahan suplemen pada pakan ikan (pellet). Suplemen pakan ini bermanfaat dalam meningkatkan fungsi pencernaan ikan sehingga penyerapan nutrisi lebih maksimal, nafsu makan ikan pun bertambah dan akhirnya pertumbuhan ikan akan berjalan lebih cepat. Nilai ini didapatkan dari hasil sampling setiap minggunya.
Pengelolaan Kualitas Air
Salah satu faktor penyebab ikan mudah sekali terserang penyakit adalah pengelolaan air sebagai media pemeliharaan ikan yang tidak terkontrol dengan baik. Sehingga perlu dilakukan pengukuran kualitas air yang bertujuan untuk mengetahui perubahan pada media air dan apabila terjadi perubahan akan lebih cepat dalam mengatasinya. Kualitas air untuk budi daya bandeng haruslah memenuhi beberapa persyaratan yang sesuai dengan sifat fisik ikan bandeng. Ada beberapa variabel penting yang berhubungan dengan kualitas air dimana variabel ini antara lain berkaitan pada :
a). Parameter Kimia
Kandungan oksigen dan karbondioksida, derajat keasaman (pH), zat-zat beracun, dan tingkat kekeruhan air merupakan contoh sifat kimia air. Namun karena adanya kendala teknis sehingga parameter kimia yang diamati hanya derajat keasaman (pH) dan salinitas.
a. Derajat Keasaman (pH)
Pengamatan pH selama pemeliharaan berkisar antara 6,8 - 7,9.Ini berarti derajat keasaman pada pemeliharaan pembesaran bandeng masih dalam batas layak bagi kehidupan ikan bandeng.Derajat keasaman ini dianggap layak karena menurut Purnamawati (2002), pH yang baik untuk kehidupan ikan berkisar 6,5 – 9 dan kisaran ini merupakan kadar optimum untuk pertumbuhan ikan, apabila nilai pH melebihi kisaran nilai tersebut maka pertumbuhan ikan bisa terhambat. Kisaran pH dibawah 4,5 atau di atas 10 menurut Buttner et al., (1993), dapat menyebabkan kematian pada ikan.
b. Salinitas
Hidup pada kisaran salinitas yang besar, mulai dari 0 – 35 ppt merupakan salah satu ciri khas ikan bandeng. Salinitas di tambak bandeng ini berkisar antara 6 –10 ppt.  Daya toleransinya yang tinggi terhadap perubahan kadar garam menurut pendapat Ismail dan Pratiwi (2002), menjadi salah satu faktor pendukung bagi ikan bandeng untuk tetap bertahan hidup. Tambak-tambak di musim penghujan salinitasnya cenderung di bawah 10 ppt atau di saat kemarau salinitasnya dapat mencapai di atas 30 ppt tetap bisa memelihara bandeng karena sifatnya yangeuryhaline.
b). Parameter Fisika
a. Suhu
Salah satu parameter fisika air yang sangat penting peranannya dalam kehidupan ikan adalah suhu. Setiap organisme akuatik mempunyai kisaran suhu tertentu dalam pertumbuhannya karena suhu air mempengaruhi nafsu makan ikan dan pertumbuhan badan ikan.Perubahan suhu yang mendadak dapat menyebabkan kematian pada ikan meskipun kondisi lingkungan lainnya optimal (Purnmawati, 2002).Hal ini didukung oleh pendapat Cholik (1986) dalam  Purnamawati (2002), bahwa suhu air dalam tambak pemeliharaan sebaiknya berkisar 27 – 32 0C karena ikan-ikan tropis akan tumbuh baik pada kisaran tersebut.
c). Aplikasi Probiotik
Salah satu langkah alternatif agar ikan tetap mempunyai pertahanan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen adalah dengan penggunaan probiotik. Hal ini menurut http://akuatika.net (2007), karena sifat probiotik yang bisa menjadi biokontrol melalui berbagai mekanisme misalnya memproduksi senyawa penghambat. Selain itu, muncul kekhawatiran aplikasi antibiotik pada ikan konsumsi terhadap manusia dapat menyebabkan mutasi kromosom pathogen.Penggunaan probiotik ini dengan cara mengkultur kedua jenis probiotik tersebut melalui proses fermentasi. Probiotik bermanfaat, antara lain : mengaktifkan mikrobia yang terkandung dalam probiotik (Activator), meningkatkan jumlah kandungan mikrobia (Booster), mempermudah proses aktivasi (fermentasi), dan menekan biaya pemakaian probiotik.
Sedangkan probiotik mempunyai manfaat, sebagai berikut : mempercepat pembentukan warna air terutama plankton yang menguntungkan, menjaga kestabilan parameter kualitas air pada kondisi optimum, menekan mikrobia merugikan (pathogen) dengan meningkatkan dominasi mikrobia menguntungkan, dan meningkatkan produktivitas tambak. Probiotik mengandung Nitrosomonas sp, Nitrobacter sp, dan Bacillus sp yang berperan dalam proses peningkatan kesuburan tanah (pembentukan humus). Pemberian probiotik yang telah difermentasi yaitu sebanyak 0,5 ppm dan dilakukan setiap satu minggu sekali.
Penanganan Hama dan Penyakit
Salah satu penyebab kematian ikan adalah serangan penyakit. Serangan  penyakit pada ikan bandeng menurut Ismail et al., (1998) memang jarang ditemukan terutama serangan penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Namun, langkah pencegahan tetap harus dilakukan apabila telah terlihat tanda- tanda penyakit pada ikan agar tidak menyebabkan kerugian yang lebih besar. Timbulnya penyakit pada bandeng dapat disebabkan, antara lain padatnya pertumbuhan plankton dan ganggang pirang, kotoran, dan terlalu banyaknya sisa pakan serta tidak diketahuinya masuknya bahan-bahan pencemar ke dalam tambak seperti yang dinyatakan Ismail et al., (1998).
Hama merupakan hal yang harus diwaspadai selama pemeliharaan bandeng karena selain dapat menurunkan jumlah produksi juga dapat merusak ekologi tambak. Kepiting (Scylla serrata) dan ketam (Branchiura) adalah jenis hama perusak yang sering dijumpai di tambak.Hama-hama perusak ini memang jumlahnya tidak terlalu banyak dan untuk mengatasinya dapat diambil secara manual. Selain hama perusak menurut Ismail et al., (1998) terdapat pula hama pemangsa yang sering ditemui, yaitu : ulat kadut (Archroodus granularus), burung kuntul (Anhinga rafa melanogaster), dan burung pecuk (Phalacrocorak pygmaeus). Pencegahannya dapat dilakukan dengan pemasangan plastik yang diberi tiang seperti bendera dan tali nilon yang dibentangkan di atas petakan. Pengusiran secara mannual juga dapat dilakukan untuk mengatasinya.
Panen
Secara umum pemanenan ikan hasil pembesaran sama seperti pemanenan lainnya yang dilakukan setelah bobot ikan memenuhi permintaan pasar. Menurut Jangkaru (1995), panen dapat dilakukan secara selektif maupun total. Pemanenan selektif artinya, pemanenan hanya dilakukan untuk individu ikan yang telah mencapai bobot sesuai dengan permintaan pasar. Caranya tambak dikeringkan terlebih dahulu kemudian untuk menangkap ikan digunakan jaring arad dan jaring insang. Panen selektif juga dimaksudkan agar ikan yang masih kecil dapat dipelihara kembali dan kesempatannya untuk tumbuh lebih cepat karena pesaingnya berkurang. Benih yang ditebar di petak pembesaran menurut Ahmad dan Yakob (1998), sebaiknya menggunakan gelondongan muda karena benih tersebut mudah beradaptasi dengan lingkungan tambak. Sehingga tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yang dihasilkan dapat mencapai 80 – 90 % dengan kualitas air yang optimal.
Sumber : pusluh.kkp.go.id

0 comments:

Post a Comment