Sunday, July 17, 2011

MORFOLOGI IKAN

July 17, 2011 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments



Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah  pada bagian tengah-tengah tubuhnya  (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral,  yang  mana  jika  tubuh  ikan  tersebut  dibelah  secara  melintang  (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801)) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus (Lacepède, 1802)).
Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan atas :
1.      Fusiform  atau  bentuk  torpedo  (bentuk  cerutu),  yaitu  suatu  bentuk  yang sangat  stream-line  untuk bergerak  dalam  suatu medium  tanpa  mengalami banyak hambatan. Tinggi tubuh hampir sama dengan lebar tubuh, sedangkan panjang tubuh beberapa kali tinggi tubuh. Bentuk tubuh hampir meruncing pada kedua bagian ujung.
Contoh: Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816)           kembung lelaki Euthynnus affinis (Cantor, 1849) tongkol Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) cakalang.
2.      Compressed atau pipih, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi badan jauh lebih besar bila dibandingkan  dengan tebal ke samping (lebar tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada panjang tubuh.
Contoh: Gerres filamentous Cuvier, 1829      kapas-kapas Gazza minuta (Bloch, 1795) peperek bondolan Parastromateus niger (Bloch, 1795) bawal hitam
3. Depressed  atau picak,  yaitu bentuk  tubuh yang gepeng  ke bawah.  Tinggi badan  jauh  lebih  kecil  bila  dibandingkan  dengan  tebal  ke  arah  samping badan (lebar tubuh).
Contoh: Rhynchobatus djiddensis (Forsskål, 1775)   pare kekeh Himantura uarnak (Gmelin, 1789) pare totol Pastinachus sephen (Forsskål, 1775) pare kelapa Depressed; D. Anguilliform; E. Filiform; F. Taeniform; G. Sagittiform; H. Globiform (Bond, 1979)
4. Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang memanjang  dengan penampang  lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing/tipis. Contoh: Anguilla celebesensis Kaup, 1856         sidat Monopterus albus (Zuiew, 1793)           belut Plotosus canius Hamilton, 1822    sembilang
5. Filiform atau bentuk tali, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali.
Contoh: Pseudophallus straksii (Jordan & Cuvier, 1895) pipefish Nemichthys scolopaceus Richardson, 1848 snipe eel
6. Taeniform  atau  flatted-form  atau  bentuk  pita,  yaitu  bentuk  tubuh  yang memanjang dan tipis menyerupai pita. Contoh: Trichiurus brevis Wang & You, 1992   ikan layur Pholis laeta (Cope, 1873)
7. Sagittiform  atau bentuk  panah,  yaitu bentuk  tubuh  yang menyerupai  anak panah.
Contoh: Esox lucius Linnaeus, 1758   pike
8. Globiform atau bentuk bola, yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola. Contoh: Diodon histrix Linnaeus, 1758 buntal landak Cyclopterus lumpus Linnaeus, 1758   lumpfish
9. Ostraciform  atau  bentuk  kotak,  yaitu  bentuk  tubuh  ikan  yang  menyerupai kotak. Contoh: Tetraodon baileyi Sontirat, 1989 hairy puffer Lagocephalus sceleratus (Gmelin, 1789) toadfish
Tidak semua ikan mempunyai bentuk tubuh sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, misalnya pada ikan Eurypegasus draconis (Linnaeus, 1766) dari famili Pegasidae, ikan sapi Acanthostracion  quadriformis (Linnaeus, 1758)(famili Ostraciidae), ikan tangkur kuda Hippocampus kuda Bleeker, 1852 (famili Syngnathidae)(Gambar  7). Bentuk tubuh ikan Ictalurus  punctatus  (Rafinesque,  1818) dari famili Ictaluridae dan golongan lele Clarias batrachus (Linnaeus, 1758) merupakan kombinasi dari beberapa bentuk tubuh, yaitu bagian kepala berbentuk picak, bagian badan berbentuk cerutu, dan bagian ekor berbentuk pipih
D.  Kepala Ikan
Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik. Bagian- bagian pada kepala ikan yang penting adalah:
1.         Tulang-tulang tambahan tutup insang.
Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup insang (apparatus opercularis). Tulang-tulang tutup insang (Gambar 8) terdiri dari:
-           Os  operculare,  berupa  tulang  yang  paling  besar  dan  letaknya  paling dorsal.
-           Os preoperculare,  berupa tulang sempit yang melengkung  seperti sabit dan terletak di depan sekali.
-           Os interoperculare,  juga merupakan  tulang yang sempit dan terletak  di antara os operculare dan os preoperculare.
-           Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di bawah sekali.
Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis yang menutupi tulang-tulang  di atasnya,  disebut membrana  branchiostega. Membrana ini diperkuat oleh radii branchiostega  yaitu berupa tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral dari pharynx.
2.         Bentuk mulut.
Ada  berbagai  macam  bentuk  mulut  ikan  dan  hal  tersebut  berkaitan  erat dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 9):
- Bentuk tabung (tube like), misalnya pada ikan tangkur kuda (Hippocampus histrix Kaup, 1856)
- Bentuk paruh (beak like),    misalnya          pada    ikan     julung-julung (Hemirhamphus far (Forsskål, 1775))
- Bentuk  gergaji  (saw  like)  misalnya  pada  ikan  cucut  gergaji  (Pristis microdon Latham, 1794)
- Bentuk terompet, misalnya pada Campylomormyrus  elephas (Boulenger,1898)
Berdasarkan dapat tidaknya mulut ikan tersebut disembulkan, maka bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 10):
- Mulut yang dapat disembulkan, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758)
- Mulut  yang  tidak  dapat  disembulkan,  misalnya  pada  ikan  lele  (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758))
3.Letak mulut.
Letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan atas :
- Inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung, misalnya pada ikan pare kembang (Neotrygon kuhlii (Müller & Henle, 1841)) dan ikan cucut (Chaenogaleus macrostoma (Bleeker, 1852)).
- Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah, misalnya pada ikan kuro/senangin (Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804)) dan ikan setuhuk putih (Makaira indica (Cuvier, 1832)).
- Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)) dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758).
- Superior,  yaitu mulut yang terletak  di atas hidung,  misalnya  pada ikan julung-julung (Hemirhamphus  far (Forsskål, 1775)) dan ikan kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786).
4. Letak sungut.
Sungut ikan berfungsi sebagai alat peraba dalam mencari makanan dan umumnya  terdapat  pada ikan-ikan  yang aktif mencari  makan  pada malam hari (nokturnal) atau ikan-ikan yang aktif mencari makan di dasar perairan. Ikan-ikan yang memiliki sungut antara lain adalah ikan sembilang (Plotosus canius Hamilton, 1822), ikan lele (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)), dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758).
Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah  sungut  berbeda-beda.  Ada  yang  terletak  pada  hidung,  bibir,  dagu, sudut  mulut, dan sebagainya Bentuk sungut  dapat  berupa  rambut, pecut/cambuk, sembulan kulit, bulu, dan sebagainya. Ada ikan yang memiliki satu  lembar  sungut,  satu  pasang,  dua  pasang,  atau  beberapa  pasang.
E.  Badan Ikan
Seluruh  badan  ikan  umumnya  mempunyai  sisik  (squama).  Sisik  disebut juga rangka dermal, yang berhubungan dengan rangka luar (exoskeleton). Sisik atau squama membentuk rangka luar terutama pada ikan-ikan primitif, misalnya pada ikan tangkur  kuda (Hippocampus  histrix Kaup, 1856.) yang memiliki sisik sangat keras.
Sisik yang sangat fleksibel ditemukan  pada ikan-ikan moderen. Ikan-ikan yang tidak mempunyai sisik antara lain Ameiurus nebulosus (Lesueur, 1819) dari famili Ictaluridae, Lampetra tridentata (Richardson,1836) dari famili Petromyzontidae, dan ikan belut Monopterus albus (Zuiew, 1793) dari famili Synbranchidae. Beberapa ikan hanya mempunyai sisik hanya pada bagian-bagian tubuh  tertentu  saja,  misalnya  Polyodon  spathula  (Walbaum, 1792)  dan  ikan cakalang Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758).
Menurut   bentuknya,   sisik   ikan   dapat   dibedakan   atas   beberapa   tipe
- Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah
- Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes.
- Ganoid, merupakan sisik yang terdiri atas garam-garam ganoin, banyak terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii.
- Cycloid, berbentuk seperti lingkaran, umumnya terdapat pada ikan yang berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii).
- Ctenoid, berbentuk seperti sisir, ditemukan  pada ikan yang berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii)
Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis). Garis rusuk dapat  ditemukan  baik pada ikan yang mempunyai  sisik maupun  tidak  bersisik. Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini dibentuk oleh sisik yang memiliki pori-pori. Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam pada ikan, yaitu untuk mengetahui perubahan  tekanan  air yang  terjadi  sehubungan  dengan  aliran  arus  air,  untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi.
Garis rusuk yang biasa disingkat dengan “L.l.” berbeda dengan garis sisi (linea transversalis) yang biasa disingkat dengan “L.tr.” atau “l.l.”. Sisik-sisik yang dilalui oleh garis rusuk mempunyai lubang di tengah-tengahnya sedangkan sisik- sisik yang dilalui oleh garis sisi tidak mempunyai lubang atau pori
Setiap jenis ikan mempunyai garis rusuk yang berbeda-beda.  Gambar 14 memperlihatkan  beberapa  contoh garis  rusuk  yang  ditemukan  pada  berbagai jenis ikan. Ada yang hanya memiliki satu dan ada yang lebih, ada yang lengkap tetapi ada pula yang terputus-putus, ada yang berbentuk garis lurus dan ada pula yang bengkok, ada yang menyerupai garis melengkung ke atas dan ada pula yang seperti garis melengkung ke bawah.
Selain beberapa bagian-bagian yang telah disebutkan di atas, pada badan ikan juga sering ditemukan (Gambar 15):
- Finlet  (jari-jari  sirip  tambahan),  merupakan  sembulan-sembulan  kulit yang  tipis dan  pendek,  umumnya  berbentuk  segitiga,  kadang-kadang mempunyai  satu jari-jari.  Finlet  terletak  di antara  sirip punggung  dan sirip  ekor,  dan  di antara  sirip dubur  dan  sirip  ekor.  Finlet  ditemukan misalnya pada ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma (Bleeker,     1851)) dan      ikan     tenggiri            (Scomberomorus         commerson (Lacepède, 1800))
- Scute (skut, sisik duri), merupakan kelopak tebal yang mengeras dan tersusun  seperti  genting.  Skut  yang  ditemukan  pada  daerah  perut disebut   abdominal   scute  (misalnya   pada  Clupeoides   hypselosoma Bleeker,  1866),  sedangkan  skut  yang  terdapat  pada  daerah  pangkal ekor disebut caudal scute (misalnya pada ikan selar, Caranx heberi (Bennet, 1830)).
- Keel  (kil,  lunas),  merupakan  rigi-rigi  yang  pada  bagian  tengahnya terdapat puncak yang meruncing, ditemukan pada bagian batang ekor ikan.   Kil   misalnya   terdapat   pada   ikan   tongkol   (Thunnus   tonggol (Bleeker, 1851)), ikan slengseng (Scomber australasicus Cuvier, 1832), dan ikan-ikan lain dari famili Scomberidae.
- Adipose fin (sirip lemak),  merupakan  sembulan  kulit di belakang  sirip punggung dan sirip dubur, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak.
Sirip  lemak  ini  misalnya  terdapat  pada  ikan  keting  (Ketengus  typus
Bleeker,   1847)  dan  ikan  jambal   (Pangasius   pangasius   (Hamilton, 1822)).
-           Interpelvic       process   (cuping),       merupakan       pertumbuhan   kulit     yang menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut. Cuping ini ditemukan misalnya pada ikan tongkol (Auxis thazard thazard (Lacepède, 1800)) dan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758).
F.  Anggota Gerak
Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya  karena adanya sirip-sirip  tersebut.  Sirip ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal.
Sirip yang berpasangan adalah:
-           Sirip  dada  (pinnae  pectoralis  =  pinnae  thoracicae  =  pectoral  fins), disingkat dengan P atau P1.
-           Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis = pelvic fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2. Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal adalah:
-           Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian depan) disingkat dengan D1, sedangkan sirip punggung kedua
(yang di belakang) disingkat dengan D2.
-           Sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A.
-           Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C.
Ikan-ikan yang mempunyai baik sirip-sirip yang berpasangan maupun sirip- sirip tunggal disebut ikan bersirip lengkap (Gambar  16). Namun demikian  ada juga ikan-ikan yang  tidak  bersirip  lengkap.  Ikan  buntal  (Triodon  macropterus Lesson, 1831) tidak  mempunyai sirip  perut, sedangkan ikan   bawal (Parastromateus niger (Bloch, 1795)) juvenil memiliki sirip perut tetapi pada saat dewasa sirip ini tidak berkembang dan bahkan tereduksi.
Pada beberapa  jenis  ikan,  ada sirip yang  mengalami  modifikasi  menjadi semacam  alat  peraba, penyalur  sperma, penyalur  cairan  beracun, dan lain-lain.
Ikan  gurami  (Osphronemus  gouramy  Lacepède,  1801)  mempunyai  sirip  perut yang  bermodifikasi  menjadi  alat  peraba.  Sirip  punggung  pertama  pada  ikan remora  (Remora  remora (Linnaeus,  1758)) berubah fungsinya menjadi alat penempel. Jari-jari  mengeras  sirip dada  ikan lele (Clarias  batrachus)  berfungsi sebagai alat penyalur cairan beracun. Ikan terbang (Hyrundichthys  oxycephalus (Bleeker, 1852)) memiliki sirip dada yang sangat panjang sehingga ikan ini dapat terbang di atas permukaan air.
Setiap sirip disusun oleh “membrana”, yaitu suatu selaput yang terdiri dari jaringan lunak, dan “radialia” atau “jari-jari sirip” yang terdiri dari jaringan tulang atau tulang  rawan.  Radialia  ini ada  yang  bercabang  dan ada pula  yang  tidak, tergantung pada jenisnya.
Berdasarkan letak sirip perut terhadap sirip dada, dapat dibedakan empat macam letak sirip perut (Gambar 18), yaitu:
-           Abdominal, yaitu jika letak sirip perut agak jauh ke belakang dari sirip dada,          misalnya          pada    ikan             bulan-bulan     (Megalops       cyprinoides (Broussonet,  1782) dan ikan japuh (Dussumieria  acuta Valenciennes, 1847).
-           Subabdominal, yaitu jika letak sirip perut agak dekat dengan sirip dada, misalnya pada ikan kerong-kerong (Therapon theraps Cuvier, 1829) dan ikan karper perak (Hypophthalmichthys molitrix (Valenciennes, 1844))
-           Thoracic,  yaitu  jika  sirip  perut  terletak  tepat  di  bawah  sirip  dada, misalnya  pada  ikan layang  (Decapterus  russelli  (Rüppell,  1830))  dan ikan bambangan (Lutjanus sanguineus (Cuvier, 1828)).
-           Jugular, yaitu jika sirip perut terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada, misalnya pada ikan kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786) dan ikan tumenggung (Priacanthus tayenus Richardson, 1846).
G.  Ekor Ikan
Kent (1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam seperti terlihat pada Gambar 19. Pembagian ini berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, yaitu:
-           Protocercal,  ujung  belakang  notochord  atau  vertebrae  berakhir  lurus pada  ujung  ekor,  umumnya  ditemukan  pada  ikan-ikan  yang  masih embrio dan ikan Cyclostomata.
-           Heterocercal,   ujung   belakang   notochord   pada   bagian   ekor   agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, misalnya pada ikan cucut.
-           Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat pada Teleostei.
-           Diphycercal,  ujung notochord lurus ke arah cauda sehingga sirip ekor terbagi secara simetris baik dari arah dalam maupun dari arah luar, terdapat pada ikan Dipnoi dan Latimeria menadoensis Pouyaud, Wirjoatmodjo, Rachmatika, Tjakrawidjaja, Hadiaty & Hadie, 1999..
Jika  ditinjau  dari  bentuk  luar  sirip  ekor,  maka  secara  morfologis  dapat dibedakan beberapa bentuk sirip ekor (Gambar 20), yaitu:
-           Rounded (membundar), misalnya pada ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis (Valenciennes, 1828)).
-           Truncate (berpinggiran tegak), misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)).
-           Pointed  (meruncing),  misalnya  pada  ikan sembilang  (Plotosus  canius Hamilton, 1822).
-           Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada ikan gulamah (Argyrosomus amoyensis (Bleeker, 1863)).
-           Emarginate (berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada ikan lencam merah (Lethrinus obsoletus (Forsskål, 1775)).
-           Double emarginate (berpinggiran berlekuk ganda), misalnya pada ikan ketang-ketang (Drepane punctata (Linnaeus, 1758)).
-           Forked  /  Furcate  (bercagak),  misalnya  pada  ikan  cipa-cipa  (Atropus atropos (Bloch & Schneider, 1801)).
-           Lunate (bentuk sabit), misalnya pada ikan tuna mata besar (Thunnus obesus (Lowe, 1839)).
-           Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil (Eusphyra blochii (Cuvier, 1816)).
-           Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang (Exocoetus volitans Linnaeus, 1758).
Wedge shape; 5. Emarginate; 6. Double emarginate; 7. Forked; 8. Lunate; 9. Epicercal; 10. Hypocercal (Affandi et al., 1992)

0 comments:

Post a Comment