MORFOLOGI DAN CIRI RUMPUT LAUT
Alga makro memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi di perairan Indonesia, sampai saat ini sudah ada beberapa yang dimanfaatkan menurut potensinya. Penelitian tentang alga makro di Indonesia dilakukan pertama kali pada ekspedisi Siboga tahun 1899-1900 yang mendeskripsi lebih dari 700 species alga makro di perairan Indonesia (Weber-van Bosse, 1928). Keanekaragaman spesies alga makro di Indonesia yang telah diketahui hingga saat ini lebih dari 1000 spesies. Namun, karena belum adanya laporan mengenai alga makro di Lagun Pasige, sehingga dilakukan penelitian oleh Agrialin Tampubolon dan kawan-kawan agar dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis alga makro yang berada di perairan tersebut sebagai bagian dari keanekaragaman sumberdaya perairan. Dari hasil penelitian ini ditemukan ada 9 jenis alga hijau yaitu Halimeda macroloba, Halimeda opuntia, Halimeda discoidea, Halimeda incrassata, Caulerpa lentillifera,Caulerpa racemosa, Boergesenia forbesii, Dictyospheria cavernosa, Boodlea coacta, 10 alga merah yaitu Gracilaria blodgetti, Gracilaria edulis, Laurencia papilosa, Amphiroa fragilisima, Gelidiopsis intricata, Gracilaria verucosa, Acanthopeltis sp, Hypnea sp, Amansia glomerata, Euchema denticulatum dan 2 alga coklat yaitu Padina minor, Turbinaria ornata.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey jelajah dengan luas area ± 50 X 50 m. Sampel yang ditemukan di buat dalam bentuk Herbarium lalu di identifikasi. Hasil penelitian yang dilakukan di Pulau Pasige ini adalah ditemukan jenis-jenis alga makro 21 spesies, 9 spesies alga hijau, 2 spesies alga coklat dan 10 spesies alga merah.
Alga hijau (Chlorophyta) yang ditemukan antara lain:
Boergesenia forbesii dengan ciri morfologinya mempunyai talus membentuk seperti balon, bentuk talus silindris, berdinding tipis dan transparan, bagian dalamnya berisi cairan dan terlihat mengkilap. Memiliki warna hijau muda, holdfast rhizoid. Habitatnya berada pada substrat batu.
Boodlea sp. dengan ciri morfologinya mempunyai talus berwarna hijau muda, berbentuk spons. Habitatnya menempel pada karang mati.
Dictyosphaeria cavernosa dengan ciri morfologinya mempunyai talus Talus rimbun, tegak dan saling tumpang tindih, dengan percabangan trichotomous. Alat pelekat berupa filamen, blade berkapur, kaku, dan memiliki warna hijau. Habitat di daerah berpasir.
Genus Caulerpa dicirikan dengan karakteristik Talus keras dan tebal, memiliki holdfast rhizoid pada permukaan bagian bawah talus, dalam bentuk herbarium terlihat jelas lapisan sel yang poligonal. Memiliki warna hijau. Habitatnya berada pada daerah karang mati.
Genus Halimeda dicirikan dengan karakteristik talus coenocytic, genus ini berkembang baik di terumbu karang bersubstra keras. Talus Halimeda banyak mengandung kapur dan membentuk koloni-koloni atau berkelompok dan mempunyai alat perekat berupa rhizoid dan bersegmen (Barton, 1928). Pada umumnya Halimeda mempunyai bentuk percabangan yang hampir sama yaitu dichotomous dan trichotomous, bentuk segmen yang silindris dan garis permukaan utrikel yang hampir sama yaitu heksagonal dan polygonal.
Alga coklat (Phaeophyta) yang ditemukan antara lain:
Padina minor dengan ciri morfologinya mempunyai talus berbentuk lamina seperti kipas, lamina yang tipis, dan talus tumbuh membentuk koloni dengan holdfast rhizoid. Memiliki garis lobus berjumlah 7-12 yang berbentuk dari blade hingga permukaan blade. Memiliki warna coklat kekuningan, habitatnya berada pada substrat berpasir.
Turbinaria ornata dengan ciri morfologinya mempunyai talus lurus dan keras, bagian bawah keras. Bentuk blade agak bulat, umumnya seperti corong dan di kelilingi oleh duri yang tidak beraturan. Talus berwarna coklat gelap dan bentuk holdfast rhizoid. Habitatnya pada substrat berpasir.
Alga Merah (Rhodophyta) yang ditemukan antara lain:
Eucheuma denticulatum dengan ciri morfologinya mempunyai talus tebal berbentuk silindris dan berlendir, berwarna kuning saat segar dan coklat setelah kering. Melekat dengan holdfast discoid. Memiliki percabangan dichotomous, jarak antara percabangan 2,1 mm, dengan panjang batang primer 1 mm.
Gracilaria blodgettii dengan ciri morfologinya mempunyai talus berbentuk silindris, memiliki percabangan dichotomous, berwarna hijau. Panjang dari setiap percabangan 1-2 mm, jarak antara percabangan 3-8 mm. Habitatnya di substrat berpasir.
Gracilaria edulis dengan ciri morfologinya mempunyai talus berbentuk silindris dengan tinggi 6 cm, holdfast discoid, percabangan dichotomous, dijumpai juga percabangan irreguler, pada bagian apeks mengecil dan melengkung, talus berwarna coklat kehijauan.
Gracilaria verrucosa dengan ciri morfologinya mempunyai talus licin, silindris, berwarna kuning coklat, memiliki percabangan yang tidak beraturan, cabang-cabang lateral memanjang menyerupai rambut. Habitatnya di substrat berpasir.
Gelidiopsis intricate dengan ciri morfologinya mempunyai talus rimbun, berbentuk silindris dan tebal, berukuran kecil dan tidak teratur. Pada ujung blade tidak memiliki percabangan, melekat dengan holdfast berbentuk discoid, berwarna hijau dan pada saat kering berwarna hijau tua kehitaman. Ukuran panjang batang 1,14 mm, jarak antara percabangan 3-4 mm.
Hypnea sp. dengan ciri morfologinya mempunyai talus lurus, warna coklat atau kehijau-hijauan, bercabang lemah. Sepanjang talus juga terdapat rambut-rambut yang halus.
Laurencia papilosa dengan ciri morfologinya mempunyai talus berbentuk silindris, padat, bentuk percabangan secara irregular, warna talus coklat, dengan panjang batang ± 1 mm. Jarak antara percabangan ± 1 mm.
Deskripsi bentuk morfologi tiap spesies alga makro yang ditemukan berbeda satu dengan yang lainnya, yakni bulat keras, bulat licin, bulat berambut lembut, tegak, selindris, pipih, silinder, lembaran dan spon. Permukaan talus kasar, licin dan halus. Warna talus merah muda atau tua, coklat muda dan hijau. Untuk substrat ternyata hanya 2 tipe yakni berkarang dan berpasir (Langoy et al., 2011).
Keberhasilan dalam proses budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pemilihan lokasi budidaya. Pemilihan lokasi budidaya rumput laut sedapat mungkin harus disesuaikan dengan kebiasaan hidup/habitat asli dari jenis rumput laut yang akan dibudidayakan. Dalam pemilihan lokasi ini harus dipertimbangkan hal-hal yang bersifat teknis, ekonomis, maupun sosial termasuk terkait tentang ketentuan dari perundang-undangan yang berlaku.
Adapun syarat-syarat lokasi budidaya rumput laut secara umum adalah:
• Lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari pengaruh angin topan.
• Lokasi sebaiknya tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar.
• Lokasi budidaya yang dipilih harus mengandung makanan untuk tumbuhnya rumput laut.
• Perairan harus bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga.
• Lokasi perairan harus berkondisi mudah menerapkan metode budidaya.
• Lokasi budidaya harus mudah dijangkau sehingga biaya transportasi tidak terlalu besar.
• Lokasi budidaya harus dekat dengan sumber tenaga kerja.
Secara spesifik, terdapat perbedaan syarat kondisi dalam pemilihan lokasi antara lokasi untuk budidaya Eucheuma dan budidaya Gracilaria. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Syarat Pemilihan Lokasi untuk Budidaya Jenis Euchema:
• Lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung, sebaiknya terletak di perairan terlindung oleh karang penghalang (barrierr reef) yang berfungsi sebagai pemecah gelombang, dengan pecahnya gelombang akan menghasilkan gelembung udara yang mengandung oksigen dan karbondioksida yang penting bagi rumput laut.
• Kecepatan arus berkisar antara 0,41 – 0,45 m/dt,
• Dasar perairan sedikit berlumpur bercampur dengan pasir karang.
• Surut terendah berkisar antara 30 – 60 cm. Keuntungan dari adanya genangan air ini yaitu penyerapan makanan yang terus menerus, dan tanaman tidak rusak akibat sengatan sinar matahari langsung.
• Kecerahan perairan berkisar 4 – 6 m.
• Suhu perairan berkisar antara 27,0 – 30,2°C.
• Salinitas berkisar antara 31- 35,8 ¬o¬/oo. Salinitas dibawah 30 o/oo dapat mengakibatkan rumput laut mudah terserang penyakit dan pertumbuhan terhambat.
• pH air berkisar antara 7,2 – 8,2. dan
• Perairan bebas dari pencemaran.
2. Syart-syarat Pemilihan Lokasi Budidaya untuk Jenis Gracillaria
• Keadaan tambak: Dasar tambak lumpur berpasir, dipengaruhi pasang surut (untuk memudahkan pergantian air), dekat dengan sumber air tawar dan laut.
• Agar salinitas air cocok untuk pertumbuhan Gracilaria, sebaiknya lokasi berjarak 1 km dari pantai.
• Kedalaman air 60 – 80 cm.
• pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9.
• Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.
Alga makro memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi di perairan Indonesia, sampai saat ini sudah ada beberapa yang dimanfaatkan menurut potensinya. Penelitian tentang alga makro di Indonesia dilakukan pertama kali pada ekspedisi Siboga tahun 1899-1900 yang mendeskripsi lebih dari 700 species alga makro di perairan Indonesia (Weber-van Bosse, 1928). Keanekaragaman spesies alga makro di Indonesia yang telah diketahui hingga saat ini lebih dari 1000 spesies. Namun, karena belum adanya laporan mengenai alga makro di Lagun Pasige, sehingga dilakukan penelitian oleh Agrialin Tampubolon dan kawan-kawan agar dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis alga makro yang berada di perairan tersebut sebagai bagian dari keanekaragaman sumberdaya perairan. Dari hasil penelitian ini ditemukan ada 9 jenis alga hijau yaitu Halimeda macroloba, Halimeda opuntia, Halimeda discoidea, Halimeda incrassata, Caulerpa lentillifera,Caulerpa racemosa, Boergesenia forbesii, Dictyospheria cavernosa, Boodlea coacta, 10 alga merah yaitu Gracilaria blodgetti, Gracilaria edulis, Laurencia papilosa, Amphiroa fragilisima, Gelidiopsis intricata, Gracilaria verucosa, Acanthopeltis sp, Hypnea sp, Amansia glomerata, Euchema denticulatum dan 2 alga coklat yaitu Padina minor, Turbinaria ornata.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey jelajah dengan luas area ± 50 X 50 m. Sampel yang ditemukan di buat dalam bentuk Herbarium lalu di identifikasi. Hasil penelitian yang dilakukan di Pulau Pasige ini adalah ditemukan jenis-jenis alga makro 21 spesies, 9 spesies alga hijau, 2 spesies alga coklat dan 10 spesies alga merah.
Alga hijau (Chlorophyta) yang ditemukan antara lain:
Boergesenia forbesii dengan ciri morfologinya mempunyai talus membentuk seperti balon, bentuk talus silindris, berdinding tipis dan transparan, bagian dalamnya berisi cairan dan terlihat mengkilap. Memiliki warna hijau muda, holdfast rhizoid. Habitatnya berada pada substrat batu.
Boodlea sp. dengan ciri morfologinya mempunyai talus berwarna hijau muda, berbentuk spons. Habitatnya menempel pada karang mati.
Dictyosphaeria cavernosa dengan ciri morfologinya mempunyai talus Talus rimbun, tegak dan saling tumpang tindih, dengan percabangan trichotomous. Alat pelekat berupa filamen, blade berkapur, kaku, dan memiliki warna hijau. Habitat di daerah berpasir.
Genus Caulerpa dicirikan dengan karakteristik Talus keras dan tebal, memiliki holdfast rhizoid pada permukaan bagian bawah talus, dalam bentuk herbarium terlihat jelas lapisan sel yang poligonal. Memiliki warna hijau. Habitatnya berada pada daerah karang mati.
Genus Halimeda dicirikan dengan karakteristik talus coenocytic, genus ini berkembang baik di terumbu karang bersubstra keras. Talus Halimeda banyak mengandung kapur dan membentuk koloni-koloni atau berkelompok dan mempunyai alat perekat berupa rhizoid dan bersegmen (Barton, 1928). Pada umumnya Halimeda mempunyai bentuk percabangan yang hampir sama yaitu dichotomous dan trichotomous, bentuk segmen yang silindris dan garis permukaan utrikel yang hampir sama yaitu heksagonal dan polygonal.
Alga coklat (Phaeophyta) yang ditemukan antara lain:
Padina minor dengan ciri morfologinya mempunyai talus berbentuk lamina seperti kipas, lamina yang tipis, dan talus tumbuh membentuk koloni dengan holdfast rhizoid. Memiliki garis lobus berjumlah 7-12 yang berbentuk dari blade hingga permukaan blade. Memiliki warna coklat kekuningan, habitatnya berada pada substrat berpasir.
Turbinaria ornata dengan ciri morfologinya mempunyai talus lurus dan keras, bagian bawah keras. Bentuk blade agak bulat, umumnya seperti corong dan di kelilingi oleh duri yang tidak beraturan. Talus berwarna coklat gelap dan bentuk holdfast rhizoid. Habitatnya pada substrat berpasir.
Alga Merah (Rhodophyta) yang ditemukan antara lain:
Eucheuma denticulatum dengan ciri morfologinya mempunyai talus tebal berbentuk silindris dan berlendir, berwarna kuning saat segar dan coklat setelah kering. Melekat dengan holdfast discoid. Memiliki percabangan dichotomous, jarak antara percabangan 2,1 mm, dengan panjang batang primer 1 mm.
Gracilaria blodgettii dengan ciri morfologinya mempunyai talus berbentuk silindris, memiliki percabangan dichotomous, berwarna hijau. Panjang dari setiap percabangan 1-2 mm, jarak antara percabangan 3-8 mm. Habitatnya di substrat berpasir.
Gracilaria edulis dengan ciri morfologinya mempunyai talus berbentuk silindris dengan tinggi 6 cm, holdfast discoid, percabangan dichotomous, dijumpai juga percabangan irreguler, pada bagian apeks mengecil dan melengkung, talus berwarna coklat kehijauan.
Gracilaria verrucosa dengan ciri morfologinya mempunyai talus licin, silindris, berwarna kuning coklat, memiliki percabangan yang tidak beraturan, cabang-cabang lateral memanjang menyerupai rambut. Habitatnya di substrat berpasir.
Gelidiopsis intricate dengan ciri morfologinya mempunyai talus rimbun, berbentuk silindris dan tebal, berukuran kecil dan tidak teratur. Pada ujung blade tidak memiliki percabangan, melekat dengan holdfast berbentuk discoid, berwarna hijau dan pada saat kering berwarna hijau tua kehitaman. Ukuran panjang batang 1,14 mm, jarak antara percabangan 3-4 mm.
Hypnea sp. dengan ciri morfologinya mempunyai talus lurus, warna coklat atau kehijau-hijauan, bercabang lemah. Sepanjang talus juga terdapat rambut-rambut yang halus.
Laurencia papilosa dengan ciri morfologinya mempunyai talus berbentuk silindris, padat, bentuk percabangan secara irregular, warna talus coklat, dengan panjang batang ± 1 mm. Jarak antara percabangan ± 1 mm.
Deskripsi bentuk morfologi tiap spesies alga makro yang ditemukan berbeda satu dengan yang lainnya, yakni bulat keras, bulat licin, bulat berambut lembut, tegak, selindris, pipih, silinder, lembaran dan spon. Permukaan talus kasar, licin dan halus. Warna talus merah muda atau tua, coklat muda dan hijau. Untuk substrat ternyata hanya 2 tipe yakni berkarang dan berpasir (Langoy et al., 2011).
Keberhasilan dalam proses budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pemilihan lokasi budidaya. Pemilihan lokasi budidaya rumput laut sedapat mungkin harus disesuaikan dengan kebiasaan hidup/habitat asli dari jenis rumput laut yang akan dibudidayakan. Dalam pemilihan lokasi ini harus dipertimbangkan hal-hal yang bersifat teknis, ekonomis, maupun sosial termasuk terkait tentang ketentuan dari perundang-undangan yang berlaku.
Adapun syarat-syarat lokasi budidaya rumput laut secara umum adalah:
• Lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari pengaruh angin topan.
• Lokasi sebaiknya tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar.
• Lokasi budidaya yang dipilih harus mengandung makanan untuk tumbuhnya rumput laut.
• Perairan harus bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga.
• Lokasi perairan harus berkondisi mudah menerapkan metode budidaya.
• Lokasi budidaya harus mudah dijangkau sehingga biaya transportasi tidak terlalu besar.
• Lokasi budidaya harus dekat dengan sumber tenaga kerja.
Secara spesifik, terdapat perbedaan syarat kondisi dalam pemilihan lokasi antara lokasi untuk budidaya Eucheuma dan budidaya Gracilaria. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Syarat Pemilihan Lokasi untuk Budidaya Jenis Euchema:
• Lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung, sebaiknya terletak di perairan terlindung oleh karang penghalang (barrierr reef) yang berfungsi sebagai pemecah gelombang, dengan pecahnya gelombang akan menghasilkan gelembung udara yang mengandung oksigen dan karbondioksida yang penting bagi rumput laut.
• Kecepatan arus berkisar antara 0,41 – 0,45 m/dt,
• Dasar perairan sedikit berlumpur bercampur dengan pasir karang.
• Surut terendah berkisar antara 30 – 60 cm. Keuntungan dari adanya genangan air ini yaitu penyerapan makanan yang terus menerus, dan tanaman tidak rusak akibat sengatan sinar matahari langsung.
• Kecerahan perairan berkisar 4 – 6 m.
• Suhu perairan berkisar antara 27,0 – 30,2°C.
• Salinitas berkisar antara 31- 35,8 ¬o¬/oo. Salinitas dibawah 30 o/oo dapat mengakibatkan rumput laut mudah terserang penyakit dan pertumbuhan terhambat.
• pH air berkisar antara 7,2 – 8,2. dan
• Perairan bebas dari pencemaran.
2. Syart-syarat Pemilihan Lokasi Budidaya untuk Jenis Gracillaria
• Keadaan tambak: Dasar tambak lumpur berpasir, dipengaruhi pasang surut (untuk memudahkan pergantian air), dekat dengan sumber air tawar dan laut.
• Agar salinitas air cocok untuk pertumbuhan Gracilaria, sebaiknya lokasi berjarak 1 km dari pantai.
• Kedalaman air 60 – 80 cm.
• pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9.
• Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.
menjadi inspirasi
ReplyDelete