Benih yang telah di pelihara selama 15 hari, kemudian dipindahkan
lagi ke wadah yang lebih besar untuk didederkan. Adapaun tahapan-tahapan
pendederan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Untuk pendederan benih ikan patin, dapat digunakan kolam tanah.
Kolam dikeringkan terlibih dahulu selama 3 – 5 hari untuk menguapkan gas
beracun yang terdapat di dalam tanah. Dasar kolam diratakan dan dibuat agak
miring kearah saluran pembuangan. Pada dasar kolam juga dibuatkan kemalir
dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm, kemalir ini dibuat untuk memudahkan saat
pemanenan.
Setelah semua konstruksi kolam telah selesai, kemudian kolam
dipupuk dengan menggunakan kotoran ayam sebanyak 50 – 100 gr/m2. Kolam yang
telah dipupuk selajutnya diisi air setinggi 40 cm dan dibiarkan selama 5 hari
(air tidak dialirkan).
2. Penebaran Benih
Setelah wadah dan media siap, maka dilakukan penebaran benih. Padat
penebrannya sebanyak 60-100 ekor/m2. Sebelum dilakukan penebaran, dilakukan aklimatisasi
agar benih tidak stress. Proses aklimatisasi ini dengan cara menambahkan
sedikit demi sekit air kolam pemeliharaan ke bak atau kantong benih agar
kualitas airnya sama.
Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pagi
hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas. Agar ikan tidak stress, sebelum
ikan di tebarkan, perlu dilakukan aklimatisasi (Penyesuaian kondisi lingkungan)
sekitar 5-10 menit.(Siregar,2002).
3. Pengelolaan Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi laju pertumbuhan
benih. Pakan yang digunakan untuk pendederan patin sebaiknya yang mempunyai
kandungan protein diatas 30%.penggunaan pakan menjadi penting
Dalam pemberian pakan, efisiensi sangat mempengaruhi tingkat karena
keuntungan. Ikan budidaya mempunyai konversi pakan yang berbeda, tergantung
dari jenis, umur, ukuran ikan, pakan dan kondisi lingkungan (Kordi, 2005)
Jumlah pakan biasanya 3-4% dari bobot total ikan per hari. Pellet ini ada yang dibuat
sendiri (pellet lokal) dan ada pula pellet buatan pabrik (pellet komersial).
Pakan tambahan lainnya juga bisa diberikan adalah limbah ikan,
udang-udangan, moluska dan bekicot. Pemberian pakan jenis ini sesuai dengan
pakan ikan patin di alam (Susanto dan Amri, 2005).
keuntungan. Ikan budidaya mempunyai konversi pakan yang berbeda,
tergantung dari jenis, umur, ukuran ikan, pakan dan kondisi lingkungan (Kordi,
2005)
Jumlah pakan biasanya 3-4% dari bobot total ikan per hari. Pellet
ini ada yang dibuat sendiri (pellet lokal) dan ada pula pellet buatan pabrik
(pellet komersial).
Pakan tambahan lainnya juga bisa diberikan adalah limbah ikan,
udang-udangan, moluska dan bekicot. Pemberian pakan jenis ini sesuai dengan
pakan ikan patin dialam (Susanto dan Amri, 2005).
4. Kualitas Air
Kualitas air penting untuk diperhatikan dalam budidaya ikan patin.
Air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan terserang penyakit. Ikan patin bisa
bertahan hidup pada perairan yang kondisinya sangat jelek. Akan tetapi, ikan
patin akan tumbuh normal dan optimal di perairan yang memenuhi persyaratan
ideal sebagaimana perairan alami atau habitat aslinya (Djarijah, 2001).
Adapun parameter kualitas air yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
Kualitas air penting untuk diperhatikan dalam budidaya ikan patin.
Air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan terserang penyakit (Khairuman dan
Sudenda, 2002) .
Menurut Djarijah (2001), ikan patin bisa bertahan hidup pada
perairan yang kondisinya sangat jelek. Akan tetapi, ikan patin akan tumbuh
normal dan optimal di perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana
perairan alami atau habitat aslinya. Setelah proses aklimatisasi selesai, benih
siap
Suhu
Menurut Djarijah (2001), keadaan suhu air yang optimal untuk
kehidupan ikan patin adalah 28-29 0C. Kehidupannya mulai terganggu
pada apabila suhu perairan mulai turun sampai 14-15 0C atau
meningkat di atas 35 0C. Aktivitasnya terhenti pada perairan yang
suhunya di bawah 6 0C atau di atas 42 0C. Sedangkan
menurut Ghufran (2005), suhu optimal untuk patin berkisar antara 26-33 0C.
Oksigen Terlarut
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang cukup tahan dengan kekurangan
oksigen di dalam air, hampir sama halnya dengan ikan lele. Apabila kandungan
oksigen di dalam air kurang, ikan patin akan mengmbil langsung oksigen di udara
bebas. Bahkan ikan patin dapat bertahan hidup selama beberapa saat di darat.
Kandungan oksigen yang baik minimal 4 mg/liter air (Khairuman dan Sudenda, 2002).
Sedangkan kandungan oksigen yang optimal bagi larva ikan patin adalah 3
mg/liter. Apabila konsentrasi oksigen cukup tinggi larva, larva menyebar secara
merata dalam tangki. Sebaliknya, apabila konsentrasi oksigen sangat rendah,
larva berkonsentrasi dibagian yang banyak arus aerasi atau jalan pemasukan air (Slambrouck,
dkk., 2005).
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen
yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan. Derajat keasaman suatu perairan
dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa yang bersifat asam (Lesmana,
2002). Purnawati (2002), menambahkan bahwa derajat keasaman sering digunakan
sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan
hidup. Menurut Khairuman dan Sudenda (2002), ikan patin mempunyai toleransi
yang panjang terhadap derajat keasaman yaitu antara 5-9, dan derajat keasaman
yang optimum adalah 7.
5. Panen
Setelah proses pendederan selesai, maka dilakukan pemanen. Panen
ini dilakukan dengan cara memasang saringan pada saluran pembuangan bagian dalam,
kemudian air di kolam di buang sampai hanya tersisa di kemalir. Ikan yang terkumpul
di kemalir diambil dengan menggunakan seser yang lembut agar benih tidak
terluka. Ikan yang telah di panen di tampung pada bak dengan menggunakan air
bersih. Setalah semua benih dipanen, dilakukan seleksi ukuran (grading) untuk memisahkan
ukuran yang berbeda. Ikan yang telah di seleksi ukurnnya, sudah siap untuk di
tebar di kolam pembesaran. Apabila jarak kolam pembesaran jauh dari tempat
pendederan, perlakukan pengemasan (packing). harus diperhatikan dalam melakaukn
pengemasan benih.
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit,
parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam
kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas
hama dan penyakit serta
bahan organik lainya.
Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa
hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan
dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m
atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih
ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan
harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih
terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Sistem terbuka Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak
dekat atautidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.
Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut
sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
2) Sistem tertutup Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh
yang
memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik.
Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(HPO)4
H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan
kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
(3) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air.
3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik
sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:1);
(4) kantong plastik lalu diikat.
(5)kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur
atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi
0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
0 comments:
Post a Comment