Monday, January 26, 2015

PROSES PEMIJAHAN IKAN NILA

January 26, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 1 comment
Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 – 30 0 C. Ikan nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih 4 hari dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang bebas diperairan, mengerami telur dan mengasuh larva dilakukan oleh induk betina. Nila dapat dipijahkan setelah mencapai berat 100 gr/ekor. Secara alami nila memijah pada sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Pemijahan ikan nila berdasarkan pengelolaannya dibedakan beberapa sistim antara lain:
a.Pemijahan Secara Tradisional/Alami Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan nila membutuhkan sarang dalam proses pemijahan. Sarang di buat di dasar kolam oleh induk jantan
untuk memikat induk betina tempat bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu oleh pasangan lain. Kegiatan pemijahan alami meliputi antara lain;
1) Persiapan Kolam
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang akan dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira 50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya. Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalam
pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar kolam tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar
3) Pemberian pakan
Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4 hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energi dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot induk. Selama
proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 - 12.
b. Pemijahan Secara Intensif
Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga setelah pemijahan selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina dan larva ikan dalam kolam yang berbeda, dengan demikian pemanenan larva relatif mudah dilakukan dan induk akan lebih produktif karena tidak sering terganggu yang dapat menimbulkan stres dan kematian pada induk.
1) Persiapan kolam
Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang bersekat-sekat antara kolam jantan, kolam betina dan kolam larva. Kolam induk jantan (lingkaran I) hanya dapat dimasuki ikan betina yang berukuran lebih kecil dari ikan jantan, kolam induk betina (lingkaran II) hanya dapat dilalui larva sedang induk betina tidak dapat keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk menangkap larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dilakukan seperti pada persiapan kolam pemijahan alami.
2) Proses pemijahan
Apabila konstruksi kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kolam I adalah 4 meter dan kolam II adalah 10 meter, serta luas kolam III adalah 44 meter persegi, maka padat penebaran induk adalah antara induk betina bobot ± 250 gr/ekor dan 40 ekor jantan 250 - 300 ekor bobot > 500 gr/ekor.
Induk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I. Setelah proses pemijahan berlangsung dan telur telah menetas, induk betina akan keluar dari kolam I ke kolam II untuk mengasuh anaknya.
 Di kolam II ini larva tumbuh sampai ukuran ± 1 cm, selanjutnya larva akan masuk ke kolam III, sedangkan induk betina tetap pada kolam II karena ada sekat. Kolam III hanya dapat di masuki oleh larva dari kolam II ke kolam III, larva akan terusir dari kolam II, karena terganggu oleh induk betina yang ada.
3) Pemeliharaan
Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian pakan tambahan 3 - 6 % perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan sesuai yang dibutuhkan oleh induk dan larva
D. Penetasan Telur
Pada ikan nila yang telurnya akan ditetaskan pada corong penetasan harus dilakukan pemanenan telur. Pemanenan telur ikan nila ini dilakukan pada hari ke 9. Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil telur dari mulut induk betina ikan nila. Sebelum pemanenan terlebih dahulu permukaan air kolam diturunkan sampai ketinggian 10 - 20 cm. Jika pemijahan dilakukan di hapa (waring), maka caranya adalah dengan menarik salah satu ujung hapa ke salah satu sudut hapa. Dengan hati-hati untuk menghindari induk mengeluarkan telur. Karena induk ikan nila jika merasa dalam bahaya atau terdesak akan mengeluarkan telur di sembarang tempat. Hal ini akan menyulitkan dalam mengumpulkan telur ikan nila.
Pengambilan telur ikan nila dilakukan dengan menangkap induk satu persatu. Penangkapan induk dilakukan menggunakan seser kasar dan seser halus. Kedua seser ini digunakan pada saat bersamaan. Seser kasar berfungsi untuk menangkap induk sedangkan seser halus berfungsi untuk menampung telur ikan. Seser kasar terletak terletak dibagian bawah. Pada saat menangkap induk dilakukan dengan hati-hati agar telur tidak dikeluarkan. Cara mengambil telur dari induk betina yaitu dengan memegang bagian kepala ikan. Pada saat bersamaan salah satu jari tangan membuka mulut dan tutup insang. Selanjutnya tutup insang di siram air sehingga telur keluar melalui rongga mulut. Selanjutnya telur-telur tersebut ditampung dalam wadah. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari gerakan induk sekecil mungkin agar telur yang telah keluar tidak berserakan. Induk yang telah diambil telurnya dan yang belum memijah dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. Telur pada wadah penampungan jangan terkena sinar matahari langsung dan diupayakan telur selalu bergerak. Telur yang terlalu lama diam serta kena sinar matahari langsung dapat menimbulkan kematian. Selanjutnya sebelum dimasukkan ke corong tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran berupa lumpur, lumut, sisa pakan dan sebagainya. Telur yang telah bersih dari kotoran dapat dimasukkan ke dalam corong penetasan
Pelepasan telur terjadi dalam beberapa kali dalam waktu beberapa menit. Waktu yang diperlukan untuk pemijahan tidak lebih dari 10 - 15 menit. Sekali bertelur, induk ikan nila dapat mengeluarkan telur sebanyak 300 - 3000 butir, tergantung besar dan berat induk ikan betina. Induk muda yang pertama kali bertelur kemampuannya masih sedikit. Makin tua umurnya, makin tinggi/banyak produksi telurnya. Induk yang terlalu tua juga mulai menurun produksi telurnya serta kurang
baik mutu anak-anaknya. Sebaiknya induk ikan nila dipijahkan hanya selama 2 tahun saja, kemudian diganti dengan induk yang baru. Telur yang telah dibuahi lalu dipungut oleh induk betina dan dikulum di dalam rongga mulut untuk dieramkan. Telur ikan yang dibuahi diameternya kurang lebih 2,8 mm. Selama mengerami telurnya, induk betina tidak pernah makan sehingga badannya kurus. Pengeraman terjadi selama 2-3 hari, dan setelah menetas larva masih dijaga oleh induknya selama 6-7 hari. Ukuran burayak/larva yang baru menetas antara 0,9 - 10 mm. Burayak yang masih ada dalam mulut induknya mengisap telur kuning yang ada pada tubuhnya selama 4 - 5 hari.
E. Pemanenan Benih
Kegiatan pemanenan benih meliputi persiapan penampungan benih, pengeringan kolam, penangkapan benih dan pengangkutan. Pemanenan benih ikan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Hasil panen benih ikan terdiri dari berbagai ukuran sesuai dengan tahapan pembenihan. Hasil dari pendederan berupa benih ikan yang panjangnya 2-3 cm. Pembenihan tahap I menghasilakn benih berukuran 6-8 cm dengan berat 8-10 g/ekor. Pembenihan tahap II menghasilkan benih yang berukuran 10-12 cm dengan berat 30-50 g/ekor dan tahap III menghasilkan benih yang berukuran 16-18 cm dengan berat ± 100 g/ekor (Suyanto, 2010). Penangkapan benih dilakukan dengan cara ditangkap dengan sekup net besar atau waring. Setelah ditangkap larva dinilaukan kedalam ember dan ditampung dalam hapa halus yang dipasang dikolam tersebut. Saat itu juga larva harus ditebar dikolam pendederan (Arie, 2000).
Menurut Fatimah (2010), pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan dua
cara, antar lain :
1) Panen total
Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan (penangkapan) dibuat seluas 1 m² di depan pintu pengeluaran sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan secepatnya dan hati – hati agar ikan
tidak terluka.
2) Panen sebagian atau panen selektif
Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan di panen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan nila yang tidak terpilih sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5 – 1,0 ppm selama 1 jam sebelum dikembalikan ke kolam (karena biasanya terluka akibat jaring).

1 comment:

  1. Thanks infonya jangan lupa kunjungi website kami http://bit.ly/2OJQQpc

    ReplyDelete