Sunday, July 20, 2014

Pengembangan Bisinis dengan Budidaya Ikan Nila

July 20, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Nila, merupakan komoditas perikanan yang tidak saja dapat tumbuh baik di air tawar, namun juga air payau dan laut. Sebagai sebuah komoditas perikanan, Nila mengandung potensi ekonomi luar biasa. Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal dan menggemari Nila, karena warna dagingnya yang putih bersih,kenyal, dan tebal, tampak seperti daging ikan kakap merah. Rasa daging Nila, juga dipengaruhi oleh tempat hidupnya. Nila yang hidup di air tawar, rasa dagingnya cenderung yang tawar, sehingga mudah diolah menjadi pelbagai menu masakan. Sebaliknya, Nila yang hidup di air payau atau laut, dagingnya cenderung padat dan rasanya seperti ikan laut.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya di Afrika. Bentuk tubuh memanjang, pipi kesamping dan warna putih kehitaman. Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan setelah Ikan Mas (Cyrprinus Carpio) dan telah dibudidayakan di lebih dari 85 negara. Saat ini, ikan ini telah tersebar ke Negara beriklim tropis dan subtropics, sedangkan pada wilayah beriklim dingin tidak dapat hidup dengan baik.
Bibit Nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Peneliti perikanan Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. Pada tahun 1980-1990, Nila Merah diintrodusir masuk dari Taiwan dan Filipina oleh Perusahaan Aquafarm. Pada tahun 1994, Balitkanwar kembali mengintroduksi Nila GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) strai G3 dari Filipina dan Nila Citralada dari Thailand. Secara genetic Nila GIFT telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandinggkan dengan jenis ikan Nila lain. Tahun 2000, salah satu perusahaan swasta nasional, CP Prima mengintrodusir Nila Merah NIFI dan Nila GET dan Filipina tahun 2001. Pada tahun 2002, BBAT Jambi memasukan Nila JICA dari Jepang dan Nila Merah Citralada dari Thailand.
Nila dapat memanfaatkan plankton dan perifiton, serta dapat mencerna Blue Green Algae. Nila umumnya matang kelamin mulai umur 5-6 bulan. Ukuran matang kelamin berkisar 30-350 g. Rasio betina : jantan berkisat antara (2-5) : 1, keberhasilan pemijahan berkisar 20-30% per minggu dengan jumlah telur antara 1-4 butir/gram induk. Kelulushidupan (Survival Rate-SR) dari telur menjadi benih (ukuran < 5 gram) dapat mencapai 70-90%. SR fingerling menjadi ikan konsumsi berkisar 500-600 g dapat mencapai 70-98%. Nila menpunyai pertumbuhan cepat, rataan pertumbuhan harian ( Average Daily Growth-ADG) dapat mencapai 4,1 gram/hari.
Nila mempunyai sifat omnivora (pemakan nabati maupun hewani), sehingga usaha budidayanya sangat efisien dengan biaya pakan yang rendah. Nilai Food Convertion Ratio (FCR) cukup baik, berkisar 0.8-1.6. Artinya, 1 kilogram Nila konsumsi dihasilkan dari 0.8-1.6 KG pakan, sebagai berbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan (FCR), ikan Nila yang dibudidayakan di tambak atau keramba jarring apung adalah 0.5-1.0; sedangkan ikan Mas sekitar 2.2-2.8.
Pertumbuhan Ikan Nila jantan dan betina dalam satu populasi kan selalu jauh berbeda, karena Nila jantan 40% lebih cepat dari pada Nila betina. Nila betina, jika sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat. Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. Beberapa waktu lalu, telah ditemukan teknologi proses jantanisasi; yaitu membuat populasi ikan jantan dan betina maskulin melalui sexreversal; dengan cara pemberian hormone 17 Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari. Saat ini teknologi sex reversal telah berkembang melalui hibridisasi antarjenis tertentu untuk dapat menghasilkan induk jantan super dengan kromosom YY; sehingga jika dikawinkan dengan betina kromosom XX akan menghasilkan anakan jantan XY.
Pembenihan ikan Nila dapat dilakukan secara missal di perkolaman secara terkontrol dalam bak-bak beton. Pemijahan secara missal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hamper sama. Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di Keramba Jaring Apung (KJA), kolam, kolam air deras, perairan umun baik sungai, danau maupun waduk dan tambak. Budidaya Nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di keramba jaring apung 1.000 kg/unit/panen (200.000 kg/ha/penen), dan ditambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen. Budidaya Ikan Nila di tambak, pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan di kolam atau di jaring apung. Nila ukuran 58 cm yang dibudidayakan di tambak selama 2.5 bulan dapat mencapai 200 g. sedangkan di kolam untuk mencapai ukuran yang sama diperlukan waktu 4 bulan.
Nila merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas di Indonesia. Teknologi budidayanya sudah di kuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Jenis ikan Nila yang telah berkembang di masyarakat adalah Nila Hitam dan Nila Merah. Dalam rangka perbaikan genetik, jenis yang telah berhasil dikembangkan adalah Nila GESIT, Nila JICA, Nila LARASTI, Nila BEST, Nila NIRWANA, Nila JATIMBULAN.
Klafikasi Ikan Nila adalah sebagai berikut:
Kelas               :  Osteichthyes
Sub-kelas         :  Acanthoptherigii
Ordo                :  Percomorphi
Sub-ordo         :  Percoidea
Family             :  Cichlidae
Genus              :  Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Nila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.         Bentuk badan pipih kesamping memanjang;
2.         Mempunyai garis vertikal sepanjang tubuh 9-11 buah;
3.         Garis-garis pada sirip ekor berwana merah sejumlah 6-12 buah;
4.         Pada sirip pungung terdapat garis-garis miring; dan
5.         Mata tampak menonjol dan besar, tepi mata berwarna putih.
Nila merupakan ikan sungai atau danau yang cocok dipelihara di perairan tawar yang tenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan payau misalnya tambak. Kebiasaan makan nila diperairan alami adalah plankton, tumbuhan air yang lunak serta caing. Benih nila suka mengkonsumsi zooplankton seperti Rotatoria, Copepoda dan Cladocera; sedangkan termasuk alga yang menempal. Pada perairan umum anakan nila sering terlihat mencari makan di bagian dangkal. Sedangkan Nila dewasa di tempat yang lebih dalam. Nila dewasa mampu mengumpulkan makanan berbentuk plankton dengan bantuan lender (mucus) dalam mulut.
Nila terlihat memulai memijah sejak umur 4 bulan atau panjang badan berkisar 9.5 cm. pembiakan terjadi setiap tahun tanpa adanya musim tertentu dengan interval waktu kematangan telur sekitar 2 bulan. Induk betina matang kelamin dapat menghasilkan telur antara 250-1.100 butir. Nila tergolong sebagai Mouth Breeder atau pengeram dalam mulut. Telur-telur yang telah dubuahi akan menetas dalam jangka 35 hari di dalam mulut induk betina. Nila jantan mempunyai naluri membuat sarang berbentuk lubang di dasar perairan yang lunak sebelum mengajak pasangannya untuk memijah. Nila betina mengerami telur di dalam mulutnya dan senantiasa mengasuh anaknya yang masih lemah. Selama 10-13 hari, larva di asup oleh induk betina. Jika induk melihat ada ancaman, maka anakan akan dihisap masuk oleh mulut betina, dan dikeluarkan lagi bila situasi telah aman. Begitu berulang hingga benih berumur kurang dlebih 2 minggu.
ASPEK TEKNIS PRODUKTIF
Pembenihan
Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air yamg memadai secara teknis, tersedia sepanjang tahun. Setidaknya, pada pemeliharaan benih, debit air yang dibutuhkan berkisar 0.5 liter/detik. Nila dapat hidup pada suhu 25-30 derajat Celcius; pH air 6.5-8-5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan kedar ammoniak (NH3)< 0.01 mg/I; kecerahan kolam hingga 50 cm. selain itu ikan Nila juga hidup dalam perairan agaktenang dan kedalaman yang cukup.
Pembenihan ikan Nila dilakukan dukolam (outdoor hatchery) kontruksi kolam terbuat dari bahan beton/semen atau tanah. Bentuk kolam empat persegi panjang sebanyak 4 unit.asitas untuk masing-masing wadah/bak sebesar 500 m2.produksi benih terdiri dari:
a) Induk
Bobot induk betina sebesar 0.4 kg, sedangkan jantan sebesar 0.4 kg. perbandingan induk jantan dan betina dikawinkan adalah 1 : 2. Padat penebaran induk, untuk tiap pasang induk atau 3 ekor ikan, setidaknya disediakan lahan minimal 4 m2. Perawatan induk dilakukan dengan memberikan makanan tambahan seperti pellet, dedak, dan ampas tahu. Penambahan pakan alami dikolam dapat dilakukan dengan cara menggantungkan karung pupuk di bagian kolam tertentu, dengan terlebih dahulu melubaginya. Cara ini dimaksudkan agar pembusukan yang berlangsung di dalam karung teidak mengganggu kaulitas air kolam. Selanh beberapa hari biasanya disekitar karung akan tumbuh plankton.
b) Pakan
Pakan induk Nila adalah pakan buatan dapat berupa pellet dengan kadar protein 28-35% dengan kendungan lemeak tidak lebih dan 3%. Pada pemeliharaan induk, pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya sehinga perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang diris-iris.
Banyaknya pelat sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa par hari. Agar diketahui berat bio massa, maka diambil sempel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di kolam. Sebagai contoh, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka barat biomassa 220 x 90 = 19.800 garam. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Rensum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak separti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan, terlebih jika barang tersebut sudah barbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
c) Peralatan
1.         Peralatan pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva: pengukuran kualitas air: thermometer. Peralatan lapangan: ember, baskom, gayung, selang plastik, saringan, plankton net, serok, timbangan, aerasi dan instalasinya.
2.         Peralatan pendederan: peralatan lapangan: thermometer, ember, baskom, saringan, serok, lambit, waring, cangkul, hapa penampung benih, timbangan dll.
Persiapan produksi larva dilakukan dengan mengeringkan dasar kolam selama kurang lebih 3 hari. Lubang-lubang pada pematang kolam ditimbun dengan tanah. Pengapuran diperlukan untuk memperbaiki dan pH tanah dan mematikan bibit penyakit maupun hama ikan. Pemupukan dilakukan untuk menyediakan makanan alami ikan bagi benih yang baru menetas. Selanjutnya, kolam diairi hingga air mencapai ketinggian 50-70  cm.
Proses produksi larva dilakukan dengan pemeliharaan induk. Proses pemijahan alami pada suhu air berkisar 25-30 derajat celcius , keaseman (pH) 6.5-7.5, dan ketinggian air 0.6-1m. pemasukan induk ikan ke dalam kolam dilakukan pada padi dan sore hari karena suhu tidak tinggi, dan untuk menjaga agar induk tidak stress, induk dimasukkan satu persatu.
Induk jantan akan mulai menggali sarang induk jantan segera memburu induk betina pelepas telur oleh induk betina, yang dengan cepat dibuahi oleh induk jantan dengan cara menyemprotkan spermanya. Selesai pemijahan, induk betina menghisap telur-telur yang telah dibuahi untuk dierami di dalam mulutnya. Induk jantan akan meninggalkan induk betina, membuat sarang dan kawin lagi.
Anakan yang telah keluar dari mulut induk segera dipanen dan dipisahkan tersendiri pada bak pemeliharaan larva. Panen benih sudak boleh dilakukan dengan menggunakan serokan/waring dan ditampung dalam ember/baskom untuk dipindahkan ke kolam pendederan. Penangkapan sebaiknya dilakukan pada pagi hari di saat benih biasanya berkumpul di permukaan air. Bila matahari makin tinggi dan suhu air meningkat biasanya benih akan berada di bagian dasar kolam mencari tempat yang sejuk. Penangkapan biasanya beberapa kali dan membutuhkan waktu 2 jam. Masamasa kritis berkisar 10 hari, karena benih sangat rentan mengalami kematian, sehingga pemeliharaan harus dilakukan secara hati-hati.
Kualitas air media pemeliharaan anakan diatur pada suhu 25 – 30 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5 ketinggian air media 0,6 – 1 m dalam kolam pemeliharaan dengan kapasitas luasan berkisar 500 m2. Padat tebar larva berkisar 150 ekor per m2 dengan waktu pemeliharaan 10 hari. Ukuran panen 1 – 3  cm dengan bobot 1 gram.
Pemeliharaan benih dilakukan pada suhu 30 – 32 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5 ketinggian air media 20 – 30 cm dalam wadah pemeliharaan dengan kapasitas 500 m2. Ukuran benih tebar 1 – 3 cm, bobot 1 gram dengan padat tebar larva 50 – 75 ekor per m2. Waktu pemeliharaan 20 hari dengan ukuran panen 3 – 5  cm dan bobot 2,5 gram.
Pendederan dilakukan pada suhu 30 – 32 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5 ketinggian air media 20 – 50 cm dalam wadah pemeliharaan dengan kapasitas 500 m2.
Ukuran benih tebar 3 – 5 cm dengan bobot 2,5 gram. Padat tebar larva 50 ekor per m2. Waktu pemeliharaan 30 hari, dengan ukuran panen 5 – 8 cm dan bobot 5 gr. Kedalaman perairan kolam untuk pendederan nila di kolam tanah adalah 50 – 70 cm. Pakan benih berupa pakan buatan dengan kadar protein berkisar 30% .
Persiapan kolam pendederan dilakukan dengan jalan mengeringkan kolam, pengapuran dan pemupukan dengan pupuk kandang ataupun pupuk buatan. Pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar dengan dosis 1 kg/m2. Nila sangat menyukai pakan alami berupa plankton, sehingga tujuan pemupukan susulan agar plankton dapat bertahan hidup dengan baik. Pupuk yang digunakan harus mengandung unsur fosfor dan nitrogen maka dianjurkan untuk menggunakan pupuk DSP (Double
Superphosphat) atau TSP (Triple Superphospat) dan urea. Untuk kolam seluas 200 m2 dosis pupuk yang diperlukan 2 kg DSP atau TSP dan 2 kg urea. Pupuk diberikan setelah kolam terisi air.
Pupuk buatan dimasukkan ke dalam kantong-kantong kecil yang diberi lubang kecil, kemudian diikatkan pada sebatang bilah bambu dan ditancapkan pada dasar kolam. Dengan demikian, pupuk tersebut akan menggantung, terendam air dan akan larut sedikit demi sedikit. Cara pemupukan seperti ini dilakukan untuk menghindari terikatnya unsur-unsur kimia dari pupuk terutama fosfat oleh kompleks humus dalam lumpur.
Pembesaran
1 Pembesaran Pada kolam Tanah
Usaha pembesaran Nila dapat dilakukan pada dataran rendah sampai agak tinggi sampai dengan 500 m dari permukaan laut (dpl). Sumber air tersedia sepanjang tahun dengan kualitas air tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, kekuatan arus 20 – 40 cm/detik. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan nila adalah pH air antara 6,5 – 8,6, suhu air berkisar antara 25 – 30 0C. Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l,kadar garam air 0 – 28 ppt, dan Ammoniak (NH3)  kurang dari 0,02 ppm.
Persyaratan lokasi pemeliharaan pada kolam atau tambak sebagai berikut :
1.         Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lembung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam;
2.         Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3 – 5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi;
3.         Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Tingkat kecerahan air dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Pada kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20 – 30  cm;
4.         Debit air untuk kolam air tenang 8 – 15  liter/detik;
Setidaknya, dua minggu sebelum dipergunakan kolam harus dipersiapkan dengan baik. Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan, dicangkul dan diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai terjadi kebocoran, saluran air diperbaiki agar pasokan air menjadi lancar. Saringan dipasang pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hama. Untuk itu, dapat digunakan kapur tohor sebanyak 100 – 300  kg/ha atau kapur pertanian dengan dosis 500 – 1.000 kg/ha. Setelah itu, pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam, dengan dosis 1 – 2 ton/ha. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan, agar bila air dimasukkan, maka dapat tersebar secara merata. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5 – 10 cm dan dibiarkan 2 – 3 hari agar terjadi mineralisasi tanah dasar kolam. Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 75 – 100 cm. Kolam siap untuk ditebari bibit ikan hasil pendederan jika fitoplankton telah terlihat tumbuh dengan baik.
Fitoplankton yang tumbuh dengan baik ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Jika diperhatikan, pada dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anakanak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, ketinggian air kolam diatur sedalam 75 – 100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis.
Pupuk susulan menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kg/ha. Pupuk itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam karung, dua buah di kiri dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Dapat pula ditambahkan bebrapa karung kecil yang diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar pupuk dapat larut sedikit demi sedikit. Kantong pupuk tersebut digantungkan sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam, posisi terendam tetapi tidak sampai ke dasar kolam.
Pada sistem pemeliharaan intensif atau teknologi maju, pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesring mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih. Pada usaha intensif, benih Nila yang dipelihara harus tunggal kelamin, dan jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu, dengan ransum hariannya 30% dan berat biomassa ikan per hari. Makanan sebaiknya berrupa pelet yang berkadar protein berkisar 30%, dengan kadar lemak 6 – 8%. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisnya sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan kiranya dapat habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan, seperti serangan penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberikan pakan.
2 Pembesaran Pada Karamba Jaring Apung (KJA)
Wadah untuk pembesaran di Karamba Jaring Apung (KJA) umumnya berukuran 4x4x3 m3. Spesifikasi KJA sebagai berikut :
1.         Pelampung: bahan styrofoam atau drum, bentuk silindris, jumlah pelampung minimal 8  buah/jaring;
2.         Tali jangkar: bahan polyetiline (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan, jumlah 5 utas/jaring, diameter 0.75 inci;
3.         Jangkar: bahan besi/blok beton/batu, bentuk segi empat, berat minimal 40 kg/buah, jumlah 5 buah/jaring;
4.         Jaring: bahan polyetiline (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau, ukuran jaring (7x7x2,5 m3).
5.         Luas peruntukan areal pemasangan jaring maksimal 10% dari luas potensi perairan atau 1% dari luas perairan waktu surut terendah dan jumlah luas jaring maksimal 10 % dari luas areal peruntukan pemasangan jaring.
Sebagai upaya sterilisasi, sebelum ditebar, benih direndam dalam larutan Kalium Pemanganat konsentrasi 4 – 5 ppm selama kurang lebih 15 – 30 menit. Adaptasi suhu dilakukan agar suhu dilakukan agar suhu pada kemasan ikan sama suhu di KJA dengan cara merendam wadah kemasan benih ke KJA selama 1 (satu) jam. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar ikan tidak mengalami stres atau kematian akibat perbedaan suhu tersebut. Benih yang ditebar berukuran 5 – 8 cm, berat 30 – 50 gram dengan padat tebar 50 – 70 ekor/m3. Pakan digunakan untuk pembesaran ikan nila adalah lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air (termometer, sechsi disk, kertas lakmus), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring, ember, alat panen, dll), dan sampan.
Lama pemeliharaan adalah 4 bulan dengan tingkat kelangsungan hidup/Survival Rate 9SR0 80%. Pakan yang diberikan berupa pelet apung dengan dosis 3 – 4% dari bobot total ikan. Frekuensi pemberiannya, 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore dengan rasio konversi pakan (FCR) 1,3. Panen dapat dilakukan berdasarkan permintaan pasar, namun umumnya ukuran panen pada kisaran 500 gram/ekor.
Panen dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi resiko kematian ikan. Penanganan panen dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup dan segar antara lain: (1) pengangkutan menggunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 0C; (2) waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari:
PENUTUP
Setiap tahun permintaan terhadap Nila terus naik, baik dari pembeli luar negeri maupun lokal. Nila tidak hanya diminati penikmat kuliner lokal, tapi juga dari luar negeri, terutama Amerika Serikat (AS). Tak heran , peluang pasar ikan ini masih terbuka lebar. Apalagi sejauh ini pasokan ikan nila masih belum mampu melayani tingginya permintaan pasar. AS, sebagai contoh, membutuhkan fillet atau potongan daging tanpa tulang Nila sebanyak 90 juta ton per tahun. Belum lagi permintaan dari sejumlah Negara lainnya yang jumlahnya juga terbilang besar. Sebaliknya, pasokan Nila masih jauh di bawah angka kebutuhan itu.
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi kolam air tawar sebesar 11.740 Ha dan perairan danau air tawar meliputi: (1) Danau Poso (32.150 Ha), (2) Danau Lindu (3.453 Ha), (3) Danau Rano (150 Ha), (4) Danau Tiu (525 Ha), (5) Danau Talaga (750 Ha) dan (6) Danau Wanga (138 Ha) serta danau-danau lain. Selain itu, masih terdapat potensi berupa rawa dan sungai sebesar 1.639.605 Ha. Oleh sebab itu, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dalam upaya pengembangan ikan air tawar khususnya Nila, telah melakukan penebaran benih ikan pada perairan umum daratan (PUD) melalui kegiatan Restocking. Kegiatan tersebut merupakan kalender rutinDKP Provinsi Sulawesi Tengah. Kegiatan terkait lain adalah pemanfaatan lahan tambak idle, dengan merubah komoditas menjadi Nila Gesit dengan tujuan: (1) peningkatan stok populasi ikan; (2) peningkatan gizi masyarakat (PROKSIMAS), dan (3) peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini, masyarakat telah memulai membudidayakan Nila, baik di kolam, tambak payau, KJA, maupun perairan umum. Rasa yang enak dan harga yang cenderung terjangkau menyebabkan permintaan pemenuhan pasar lokal semakin meningkat. Tingginya permintaan benih dan hasil produksi untuk konsumsi masih belum dapat dipenuhi oleh para pembenih dan pembudidaya lokal. Potensi pendukung dan permintaan yang tinggi untuk pasaran lokal, merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah bagi pengembangan Nila di Sulawesi Tengah.
Daftar Pustaka
Direktorat Usaha, 2010. Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, 2000.
BAPPENAS RI.
Sugiarto, 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV.Simplex.

0 comments:

Post a Comment