Sunday, July 13, 2014

TRANSMISI DAN EKSPRESI FENOTIPE GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN PADA IKAN PATIN SIAM

July 13, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


PENDAHULUAN
Transfer gen penyandi hormon pertumbuhan pada ikan terbukti mampu mempercepat pertumbuhan beberapa spesies ikan budidaya antara lain pada ikan nila (Kobayashi et al., 2007); ikan mas (Hinits & Moav, 1999); ikan mud loach (Nam et al., 2001); ikan salmon Atlantik (Du et al., 1992); dan sebagainya. Hormon pertumbuhan adalah polipeptida yang sangat penting untuk pengaturan pertumbuhan pada vertebrata (Meier et al., 2006). Hormon pertumbuhan pituitari juga dikenal sebagai somatotropin pada ikan, dan merupakan protein kunci yang berperan dalam pengaturan pertumbuhan somatik dan banyak aspek metabolisme yang terdeteksi pada semua vertebrata (Ryynanen & Primmer, 2006). Pada ikan, hormon pertumbuhan terlibat dalam sejumlah proses fisiologi termasuk keseimbangan ionik, metabolisme lipid dan protein, pertumbuhan, reproduksi, dan fungsi kekebalan, serta berbagai aspek tingkah laku (Perez-Sanchez, 2000). Melalui transfer gen penyandi hormon pertumbuhan memungkinkan organisme memproduksi hormon pertumbuhan dalam jumlah yang lebih besar karena hormon pertumbuhan diproduksi tidak hanya di kelenjar pituitari tetapi dapat juga diproduksi di organ lainnya sesuai dengan promoter yang digunakan.
Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan budidaya air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia. Upaya peningkatan produksi ikan patin siam menuntut adanya ketersediaan induk/benih unggul terutama pada karakter pertumbuhan. Pemanfaatan teknologi transfer gen pada ikan patin siam diharapkan mampu menghasilkan ikan patin siam yang memiliki pertumbuhan cepat (supergrowth) . Transfer gen penyandi hormon pertumbuhan ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus growth hormone, PhGH) yang disambungkan dengan promoter β-aktin ikan mas (pCcBA) menunjukkan bahwa gen pCcBA-PhGH mampu terinsersi dan terekspresi pada ikan patin siam (Dewi et al., 2012). Pada ikan patin siam supergrowth generasi F0 umur sepuluh bulan, bobot ratarata mencapai 539 g dengan bobot ikan terbesar mencapai 745 g sedangkan bobot rata-rata kontrol adalah 346 g dengan bobot ikan terbesar 435 gram (Dewi, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat transmisi gen pCcBA-PhGH pada ikan patin siam supergrowth generasi F1, serta efeknya terhadap derajat pembuahan, derajat penetasan, dan pertumbuhan. Informasi yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai potensi pengembangan budidaya ikan patin siam supergrowth.
BAHAN DAN METODE
Produksi Populasi Ikan Patin Siam Supergrowth dan Kontrol
Ikan patin siam supergrowth generasi F1 ( SG 1) merupakan hasil persilangan antara induk betina ikan patin siam non-supergrowth (non-SG) dengan induk jantan supergrowth generasi F0 (SG 0). Ikan patin siam yang dijadikan populasi kontrol merupakan hasil persilangan antara induk betina ikan patin siam non-SG dengan induk jantan non-SG. Populasi SG 1 dan populasi kontrol berasal dari induk betina ikan patin siam yang sama. Masingmasing persilangan diulang dua kali. Ikan patin siam SG 0 merupakan ikan patin siam yang telah ditransfer gen pCcBA-PhGH (Dewi et al., 2012).
Pemijahan induk betina dan jantan dilakukan secara buatan. Induksi pematangan gonad ikan patin siam betina dilakukan melalui penyuntikan hormon HCG, sedangkan untuk merangsang ovulasi dilakukan melalui penyuntikan ovaprim. Induksi spermiasi pada ikan patin siam jantan dilakukan melalui penyuntikan ovaprim. Telur dan sperma diperoleh melalui proses stripping. Sperma dilarutkan dalam larutan fisiologis selanjutnya dicampurkan dengan telur. Penambahan air dilakukan untuk mengaktifkan sperma agar dapat membuahi sel telur. Sel telur yang telah dibuahi selanjutnya diinkubasi di dalam akuarium.
Parameter yang Diukur
Derajat pembuahan dan derajat penetasan
Derajat pembuahan (fertilization rate, FR) dihitung empat jam setelah pembuahan. Adapun derajat penetasan (hatching rate, HR) dihitung 24 jam setelah pembuahan. Pengamatan FR dan HR dilakukan sebanyak dua ulangan dari setiap persilangan. Derajat pembuahan dihitung dengan menggunakan rumus : [(Jumlah telur yang dibuahi/Jumlah total telur) x 100%]. Derajat penetasan dihitung dengan menggunakan rumus: [(Jumlah telur yang menetas/Jumlah telur yang dibuahi) x 100%)].
Transmisi gen pCcBA-PhGH
Transmisi gen pCcBA-PhGH pada populasi ikan patin siam SG 1 dilakukan dengan cara mendeteksi keberadaan gen PhGH pada fase yuvenil. Deteksi gen PhGH eksogen (transgen) dilakukan dengan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Deteksi keberadaan transgen dilakukan dengan memotong sebagian sirip ekor yuwana ikan patin siam untuk kemudian dilakukan ekstraksi DNA genom. PCR dilakukan menggunakan primer FphGH1 (5’-TAG AGT GTT GGT GGT GCT CTC TGT-3’) dan RphGH2 (5’-CGA TAA GCA CGC CGA TGC CCA TTT-3’). Ukuran fragmen gen PhGH eksogen produk PCR adalah 392 bp.
Pertumbuhan, sintasan, dan biomassa
Benih ikan patin siam dari populasi SG 1 dan kontrol dipelihara secara terpisah di kolam tanah berukuran 100 m2. Kepadatan yang digunakan 5 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa pelet komersial dengan kadar protein 28%-30% yang diberikan dua kali sehari secara at satiation. Pemeliharaan dilakukan selama empat bulan. Bobot ikan patin siam diukur setiap bulan. Sintasan dan bobot biomassa dihitung pada akhir pemeliharaan dengan cara menghitung jumlah dan bobot individu yang tertangkap.
HASIL DAN BAHASAN
Hasil Penelitian
Derajat pembuahan dan derajat penetasan ikan patin siam supergrowth dan kontrol
Kualitas sperma ditentukan antara lain oleh kemampuan sperma membuahi sel telur. Berdasarkan data yang tertera pada Gambar 1 bahwa derajat pembuahan dan derajat penetasan pada embrio yang berasal dari induk jantan ikan patin siam SG 0 cenderung lebih baik dibandingkan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penyisipan gen pCcBA-PhGH pada sperma ikan patin siam tidak menurunkan kualitas sperma.
Transmisi gen pCcBA-PhGH pada ikan patin siam supergrowth generasi F1
Transfer gen pCcBA-PhGH pada ikan patin siam diharapkan mampu ditransmisikan pada keturunannya. Pada penelitian ini, pemeriksaan keberadaan gen PhGH pada yuwana ikan patin siam yang merupakan hasil persilangan antara induk betina ikan patin siam non-SG dengan induk jantan SG 0 terdeteksi pada ukuran 392 bp (Gambar 2). Transmisi gen pCcBA-PhGH eksogen pada ikan patin siam supergrowth generasi F1 adalah sebesar 66,7% ( Tabel  1).

Populasi (Population)
Gambar 1. Derajat pembuahan (FR) dan derajat penetasan (HR) pada populasi hasil persilangan antara induk betina ikan patin siam nonsupergrowth dengan induk jantan ikan patin siam supergrowth generasi F0 (SG 1) dan non-supergrowth (kontrol)
Figure 1. Fertilization rate (FR) and hatching rate (HR) on F1 generation
crossed between wild female with male of supergrowth stripped catfish F0 generation (SG 1) and wild male (control)
Kontrol (Control)        SG 1
Gambar 2. Deteksi gen PhGH eksogen pada populasi kontrol dan ikan patin siam supergrowth
            generasi F1 (SG 1). (M = marker; 1-4 dan 1-10 = nomor individu; + = kontrol positif (plasmid pCcBA-PhGH); – = kontrol negatif (tanpa cetakan DNA); tanda panah = fragmen gen PhGH eksogen)
Figure 2.          Detection of exogenous PhGH gene on control and supergrowth stripped catfish F1 generation population (SG 1). (M = marker; 1-4 and 1-10 = number of individuals; + = positive control (pCcBA-PhGH plasmid); – = negative control (without DNA template); arrows = PhGH exogenous gene fragment)
Tabel 1.           Transmisi gen pCcBA-PhGH pada ikan patin siam supergrowth generasi F1
Table 1.           Transmission of pCcBA-PhGH gene on supergrowth stripped catfish F1 generation
Jumlah individu yang
Populasi           diperiksa (Ekor)
Population Number of sample analyzed (Fish)           Jumlah individu yang positif membawa transgen (Number of fish positively      
carrying transgene)
            Ekor (Fish )     %
SG 1     30
Kontrol (Control)         30       20
0          66.7
0

Pertumbuhan, sintasan, dan biomassa ikan patin siam supergrowth dan kontrol
Berdasarkan data pada Gambar 3, pertumbuhan populasi ikan patin siam SG 1 pada bulan pertama cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Pada pengamatan bulan kedua sampai bulan keempat, kecepatan pertumbuhan populasi ikan patin siam SG 1 cenderung lebih cepat dibandingkan dengan kontrol. Kecepatan pertumbuhan populasi ikan patin siam SG 1 pada bulan keempat pemeliharaan 47,5% lebih cepat dibandingkan populasi kontrol.
Sintasan populasi ikan patin siam SG 1 dan kontrol pada bulan keempat pemeliharaan cenderung tidak berbeda (Tabel 2). Pertambahan bobot biomassa populasi ikan patin SG 1 70,5% lebih berat dibandingkan populasi kontrol.
Bahasan

Gambar 3. Pertumbuhan populasi ikan patin siam supergrowth generasi F1 (SG 1) dan kontrol selama empat bulan pemeliharaan
Figure 3. Growth of supergrowth stripped catfish F1 generation and control population for four months rearing
Tabel 2. Sintasan dan biomassa ikan patin siam supergrowth generasi F1 (SG 1) dan kontrol
Table 2. Survival rate (SR) and biomass of supergrowth stripped catfish F1 generation (SG 1) and control
Parameter (Parameters)           SG 1 (SG 1)    Kontrol (Control )
Bobot awal (Initial weight ) (g)          18±9    21±14
Bobot akhir (Final weight ) (g)           167±64            121±59
Sintasan (Survival rate) (%)    48.8     48
Biomassa awal (Initial biomass ) (g)   9.000   10.500
Biomassa akhir (Final biomass ) (g)    40.824 29.168

Integrasi transgen pada genom yang terjadi setelah fase satu sel menyebabkan terjadinya fenomena mosaik. Mosaik dapat terjadi pada sel somatik dan sel gonad. Pada penelitian ini, transmisi gen pCcBA-PhGH dari founder (F0) kepada keturunannya yaitu sebesar 66,7%. Pada spesies ikan lain, transmisi transgen pada generasi F1 sangat bervariasi. Transmisi gen pFV-1/csGH hasil persilangan antara ikan mas jantan transgenik dengan betina non-transgenik yaitu sebesar 12,5%-63% (Moav et al., 1995). Transmisi gen MThGH pada hasil persilangan antara ikan mas jantan transgenik dengan betina non-transgenik adalah sebesar 72%-88% (Wu et al., 2003). Tingkat transmisi gen ZpβypGH pada ikan zebra generasi F1 yaitu 53% (Sheela et al., 1998) lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Inou et al. (1990) pada ikan medaka; tingkat transmisi transgen pada ikan medaka generasi F1 adalah 100%.
Transfer gen hormon pertumbuhan ikan patin siam telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ikan patin siam. Pada ikan patin siam SG 0 umur empat bulan (pembesaran dua bulan di kolam), kecepatan pertumbuhan mencapai 53,38% dibandingkan kontrol (Dewi et al., 2012). Pada umur sepuluh bulan (pembesaran delapan bulan di kolam), kecepatan pertumbuhan populasi ikan patin siam SG 0 mencapai 56% lebih tinggi dibandingkan kontrol dengan pertumbuhan ikan patin siam SG 0 tercepat mencapai 115% lebih cepat dibandingkan rata-rata kontrol dan 71% lebih cepat dibandingkan ikan kontrol yang terbesar (Dewi, 2011). Perbaikan karakter pertumbuhan pada ikan patin siam SG 0 berhasil diwariskan pada keturunannya. Pada ikan patin siam SG 1 yang dibesarkan selama empat bulan di kolam, kecepatan pertumbuhannya mencapai 47,5% lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Peningkatan pertumbuhan pada ikan patin siam SG 1 serupa dengan ikan mas yang ditransfer gen MThGH. Transfer gen MThGH pada ikan mas mampu mempercepat pertumbuhannya. Pada ikan mas MThGH generasi F0 umur empat bulan, bobot rata-ratanya mencapai 2,75 kg sedangkan bobot ikan mas kontrol yang terbesar adalah 1,4 kg (Wang et al., 2001). Pada ikan mas transgenik MThGH generasi F1, rata-rata pertumbuhannya 42%80% lebih cepat dibandingkan kontrol (Wu et al., 2003).
Pertumbuhan ikan patin siam SG 1 yang lebih cepat dibandingkan kontrolnya diiringi dengan peningkatan biomassanya. Selama empat bulan pemeliharaan, peningkatan bobot biomassa populasi ikan patin siam SG 1 70,5% lebih berat dibandingkan populasi kontrolnya. Peningkatan bobot biomassa yang signifikan pada populasi ikan patin siam SG 1 memberikan harapan untuk meningkatkan produksi ikan patin siam di masa mendatang.
Efek peningkatan pertumbuhan yang signifikan pada ikan yang disisipi gen penyandi hormon pertumbuhan disebabkan karena transfer gen penyandi hormon pertumbuhan akan meningkatkan kadar hormon pertumbuhan di dalam tubuh ikan. Level hormon pertumbuhan yang tinggi di dalam tubuh ikan akan menginduksi sintesis insulin like growth factor-I (IGF-I) di hati dan selanjutnya IGF-I akan menstimulasi otot untuk mensintesis protein. Selain memengaruhi sekresi IGF-I, hormon pertumbuhan juga dapat langsung menstimulasi otot untuk menyintesis protein. Beberapa faktor ini, diduga menyebabkan beberapa individu yang disisipi gen penyandi hormon pertumbuhan berukuran lebih besar dibandingkan kontrol (Devlin et al., 2009).
Potensi tumbuh ikan yang disisipi gen penyandi hormon pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan kontrol perlu didukung oleh kondisi lingkungan yang optimal, nutrisi yang mencukupi, dan kondisi ikan yang sehat. Penelitian Guan et al. (2008) pada ikan mas menunjukkan bahwa konsumsi pakan ikan mas yang disisipi gen penyandi hormon pertumbuhan 2,12 kali lebih besar dibandingkan yang kontrol. Begitu pula konsumsi oksigen ikan mas yang disisipi gen penyandi hormon pertumbuhan 1,33 kali lebih besar dibandingkan kontrol. Namun pada saat dipuasakan selama 96 jam, konsumsi oksigen ikan mas yang disisipi gen penyandi pertumbuhan, dan kontrol tidak berbeda. Hal ini dapat dijadikan acuan pada ikan patin siam supergrowth, di mana pertumbuhan ikan patin siam supergrowth diduga dapat meningkat lebih cepat apabila diberi pakan dan kondisi lingkungan yang optimal.
KESIMPULAN
Gen pCcBA-PhGH pada ikan patin siam supergrowth berhasil ditransmisikan dari generasi F0 ke generasi F1 sebesar 66,7%. Ekspresi fenotipe gen pCcBA-PhGH pada ikan patin siam supergrowth generasi F1 mampu meningkatkan pertumbuhan sampai 47,5% dibandingkan kontrol. Pertambahan biomassa pada ikan patin siam supergrowth generasi F1 70 ,5% lebih tinggi dibandingkan populasi kontrol.
Hasil karya ilmiah dan telah di publikasikan oleh :
Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi, Jadmiko Darmawan, dan Ika Nurlaela
Balai Penelitian Pemuliaan Ikan
Jl. Raya 2 Sukamandi, Subang 41256 E-mail: wiewie_thea@yahoo.com
DAFTAR ACUAN
Devlin, R.H., Sakhrani, D., Tymchuk, W.E., Rise, M.L., & Goh, B. 2009. Domestication and growth hormone transgenesis cause similar changes in gene expression in coho salmon (Oncorhynchus kisutch). Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 106(9): 3,047-3,052.
Dewi, R.R.S.P.S. 2011. Transfer gen melalui perantaraan sperma untuk memproduksi ikan transgenik. Prosiding Konferensi Akuakultur Indonesia 2011, hlm. 372-378.
Dewi, R.R.S.P.S., Alimuddin, Sudrajat, A.O., & Sumantadinata, K. 2012. Efektivitas transfer dan ekspresi gen PhGH pada ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus). J. Ris. Akuakultur, 7(2): 171-180
Du, S.J., Gong, Z., Fletcher, G.L., Shears, M.A., King, M.J., Idler, D.R., & Hew, C.L. 1992. Growth enhancement in transgenic Atlantic salmon by the use of an “all fish” chimeric growth hormone gene construct. Biol. Tech., 10: 176-180.
Guan, B., Hu, W., Zhang, T., Wang, Y., & Zhu, Z. 2008 . Metabolism traits of “all-fish” growth hormone transgenic common carp (Cyprinus carpio L.). Aquaculture, 284: 217-223. Hinits, Y. & Moav, B. 1999. Growth performance studies in transgenic Cyprinus carpio. Aquaculture, 173: 285-296.
Inoue, K., Yamashita, S., Hata, J., Kabeno, S., Asada, S., Nagahisa, E., & Fujita, T. 1990. Electroporation as a new technique for producing transgenic fish. Cell. Differ. Dev., 29: 123-128.
Kobayashi, S., Alimuddin, Morita, T., Miwa, M., Lu, J., Endo, M., Takeuchi, T., & Yoshizaki, G. 2007. Transgenic nile tilapia (Oreochromis niloticus) over expressing growth hormone show reduced ammonia excretion. Aquaculture, 270: 427-435.
Meier, K.M., Castano, C., Laurino, J., Levy, J.A., & Marins, L.F. 2006. cDNA cloning and phylogenetic analysis of growth hormone genes from the mullet Mugil platanus (Mugilomorpha, mugilidae) and the halfbeak Hemiramphus brasiliensis (Atherinomorpha, Hemiramphidae). Atlantica, 28: 97102.
Moav, B., Hinits, Y., Groll, Y., & Rothbard, S. 1995.
Inheritance of recombinant carp β-actin/ GH cDNA gene in transgenic carp. Aquaculture, 137: 179-185.
Nam, Y.K., Noh, J.K., Cho, Y.S., Cho, H.J., Cho, K.N., Kim, G., & Kim, D.S. 2001. Dramatically accelerated growth and extraordinary gigantism of transgenic mud loach Misgurnus mizolepis. Trans. Res., 10: 353-362.
Perez-Sanchez, J. 2000. The involvement of growth hormone in growth regulation, energy homeostasis and immune function in the gilthead sea bream (Sparus aurata): a short review. Fish Physiol. Biochem., 22: 135-144.
Ryynanen, H.J. & Primmer, C.R. 2006. Varying signals of the effects of natural selection during teleost growth hormone gene evolution. Genome, 49: 42-53.
Sheela, S.G., Chen, J.D., Mathavan, S., & Pandian, T.J. 1998. Construction, electroporatic transfer and expression of ZpβypGH and ZpβrtGH in zebrafish. J. Biosci., 23: 565576.
Wang, Y., Hu, W., Wu, G., Sun, Y., Chen, S., Zhang, F., Zhu, Z., Feng, J., & Zhang, X. 2001. Genetic analysis of “all-fish” growth hormone gene transferred carp (Cyprinus carpio L.) and its F1 generation. Chin. Sci. Bull., 46: 1 ,174– 1,177.
Wu, G., Sun, Y., & Zhu, Z. 2003. Growth hormone gene transfer in common carp. Aquat. Living Resour., 16: 416-420.

0 comments:

Post a Comment