Latar Belakang
Dalam melakukan sesuatu pekerjaan harus adanya dasar atau tujuan pasti yang akan dicapai, dalam suatu pekerjaan harus fokus dan bersungguh-sungguh jika ingin memperoleh hasil yang maksimal.
Pengeringan kolam merupakan suatu bagian dari kegiatan budidaya ikan pada persiapan kolam ikan. Pengeringan kolam dilakukan dengan tujuan untuk membunuh hama dan bibit penyakit yang ada pada kolam, pada kolam pemijahan pengeringan kolam ini bertujuan untuk merangsang pemijahan ikan, dengan bau ampo yang dihasilkan dari tanah yang terairi air kolam
Proses persiapan kolam selain pengeringan kolam dilakukan juga pengapuran, dan pemupukan kolam. Pengapuran kolam dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pH kolam. Pemupukan kolam dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan pakan alami yaitu berupa fithoplankton dan zooplankton.
Kegiatan pengeringan kolam dilakukan selama 3 hari sampai kondisi tanah dasar kolam retak-retak. Pada kegiatan pengeringan kolam ini saluran air masuk ke kolam harus ditutup agar proses pengeringan berjalan sempurna.
Ilustrasikan sama hal nya dalam dunia perikanan, dalam dunia perikanan harus mempunyai suatu niat dan pondasi untuk mencapai tujuan yang pasti. Suatu pembudidaya tidak hanya mempunyai bekal teori yang memadai tetapi harus mempunyai suatu system atau manajemen yang baik dalam berbudidaya khususnya budidaya perikanan.
Pada suatu siklus budidaya cukup banyak cara dan tahapan-tahapan yang dapat ditempuh guna memdapatkan hasil yang maksimal, contoh pembersihan kolam budidaya, pengeringan, pengapuran, pemupukan hinga akhir budidaya berlangsung harus memperhatikan tahapan-tahapan tersebut. Pengapuran dan pemupukan itu penting. Untuk itu penulis ingin membahas bagaimana eratnya hubungan pengapuran dan pemupukan dalam mempersiapkan media budidaya.
Agar budidaya ikan mengalami keberhasilan maka perlu persiapan yang baik dan terencana. Menurut Rahayu Budiati (2010) proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi:
1. Pengeringan
Tahap pengeringan bertujuan untuk meningkatkan produksi, memperbaiki pematang, salah satu bentuk kontrol alami terhadap pengganggu ataupun predator, menyebabkan terjadinya mineralisasi dari kandungan organik dan mengoksidasi asam organik, dan dapat menguapkan racun-racun yang ada di kolam budidaya sebelumnya, dimungkinkan berasal dari sisa pakan, feses. Pengeringan meningkatkan pH tanah, pengeringan dasar kolam yang dilakukan para pembudidaya kampung lele dilakukan selama 2 – 3 hari, tetapi saat cuaca tidak mendukung seperti pada musim hujan maka pengeringan tidak dilakukan tetapi dapat dimanipulasi dengan penaburan kapur yang salah satu fungsinya adalah mematikan hama, stabilisator pH tanah dan air sehingga dapat meningkatkan produksi sama seperti fungsi pengeringan.
2. Membersihkan lumpur dan sampah
Lumpur yang menumpuk didasar kolam dibuang digunakan untuk menutupi kebocoran yang ada pada dinding kolam dan memperkuat pematang kolam. Kolam jenis permanen dibersihkan lumut yang menempel pada dinding dan dasar kolam, selain itu biasanya pada kolam permanen banyak remis atau bekicot yang menempel pada dinding kolam.
Kegiatan pembersihan lumpur dan sampah selesai dilakukan maka kolam di isi air sedalam 1 meter. Kedalaman kolam 1 meter bertujuan supaya suhu air dalam kolam tidak fluktuatif sehingga ikan tidak mudah stress yang mengakibatkan serangan penyakit dan kematian.
3. Pengapuran
Pengapuran merupakan persiapan kolam yang digunakan untuk mematikan hama dan parasit ikan, stabilisator pH tanah dan air, menaikkan alkalinitas, kesadahan dan ketersediaan unsur P. kebutuhan kapur CaCo3 pada kolam budidaya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
pH akhir – pH awal X 0,16 .
0,1
Pembudidaya di kampung lele tidak melakukan pengapuran karena jenis tanah yang ada dikampung lele sudah cukup baik untuk pertumbuhan lele. Pengapuran harus dilakukan pada suatu kolam budidaya yang menggunakan jenis tanah gambut. Tanah gambut memiliki ciri yaitu KTK (kapasitas tukar kation) sangat tinggi, tetapi persentase kejenuhan basa sangat rendah, sehingga menyulitkan penyerapan hara. Kondisi tersebut tidak menunjang kemudahan penyediaan hara yang memadai untuk kebutuhan hara phytoplankton. Ketersediaan beberapa unsur hara dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan proses pelapukan bahan organik tanah gambut. Oleh karena itu, pengelolaan tanah gambut untuk pertanian dan perikanan perlu penanganan khusus karena tidak hanya masalah rendahnya ketersediaan hara, tetapi juga masalah sifat racun dari asam-asam organik. (Astuti, 2008)
4. Pemupukan
Pemupukan kolam pada prinsipnya adalah untuk menyuburkan air, dengan terbentuknya pakan alami dan pupuk dapat menjaga kesetimbangan air agar fluktuasi komponen perairan tidak besar. Kesuburan perairan ditandai dengan air yang telah berwarna hijau cerah. Kegiatan pemupukan bertujuan antara lain :
Penumbuhan phytoplankton dan zooplankton
Menciptakan suhu, pH yang konstan dengan indikasi perubahan warna air hijau cerah
Menciptakan keseimbangan ekosistem bio aquatic yang berfungsi sebagai penyediaan pakan alami untuk starter maupun bakteri decomposer.
Pupuk yang digunakan berasal dari pupuk kandang atau kotoran hewan. Pupuk kandang digolongkan dalam dua jenis yaitu pupuk yang bersifat panas dan pupuk bersifat dingin. Pupuk kandang bersifat panas dinamakan demikian karena jenis pupuk ini lebih cepat terurai oleh jasad renik dan menimbulkan panas, seringkali penguraian tersebut tidak terjadi secara sempurna atau tidak terurai dengan baik yang merubah bahan organik sisa tersebut menjadi gas, dampaknya terhadap kondisi kolam adalah timbulnya panas berlebih yang dapat membunuh ikan. Pupuk kadang panas sebaiknya harus melalui dekomposisi secara baik yaitu melalui jalan penjemuran sampai kering. Kotoran kambing, domba dan kuda termasuk kedalam jenis pupuk panas. Pupuk yang kedua adalah pupuk dingin seperti kotoran babi, sapi, kotoran ayam dan kerbau. Jenis pupuk dingin mengalami penguraian secara lambat yang menghindarkannya dari panas berlebih. Tetapi sebagaimana pupuk panas, pupuk dinginpun harus mengalami dekomposisi secara baik.
Pembudidaya kampung lele menggunakan pupuk kotoran ayam, pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam memilki kadar hara P yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang kotoran hewan yang lain. Kotoran ayam lebih cepat terdekomposisi sehingga lebih cepat memberikan respon untuk terbentuknya plankton dalam air yang digunakan sebagai pakan alami oleh ikan.
Pemupukan dilakukan 2 hari sebelum penebaran benih dengan dosis tiap kolam bervolume 60 m3, maka pupuk setengah karung ± 25 kg pupuk. Pemupukan tidak harus dilakukan 2 hari sebelum penebaran jika kondisi mendesak misal karena benih sudah ada dan siap untuk ditebar maka sebagai starter awal untuk benih maka menggunakan 1/3 dari air budidaya sebelumnya. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan menebarkan langsung ke air di dalam kolam atau pupuk ditaruh dalam wadah yang memiliki ventilasi udara misal karung pakan, plastik yang di bolong kecil-kecil.
Pemupukan dalam satu kali budidaya dilakukan satu kali pemberian pupuk yaitu pada awal budidaya, jika setelah pupuk tidak berfungsi lagi di dalam kolam untuk menumbuhkan pakan alami, maka didalam kolam sudah dapat tergantikan oleh feses ikan lele sendiri. Feses merupakan limbah organik yang bersifat biodegradable, yaitu senyawa yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Pemberian pupuk dapat dilakukan kembali pada saat musim hujan jika terjadi hujan lebat karena apabila habis hujan lebat, biasanya air dasar hangat, air permukaan dingin dan pH nya rendah, penebaran pupuk yang bereaksi asam sangat membantu agar ikan tidak stress.
PEMBAHASAN
Persiapan tanah perlu dilakukan sebelum memulai budidaya. Meliputi:
• Pengeringan dan Pengolahan Tanah
• Pemberantasan Hama
• Pemupukan
• Pengapuran
• Pengendalian Gulma Air
Pengeringan dan Pengolahan Tanah
Pengeringan dasar kolam perlu dilakukan setelah panen, sebagai tindakan higienis seperti misalnya pada waktu adanya penyakit ikan dan juga untuk oksidasi dan mineralisasi lumpur sehingga menambah kesuburan tanah dan meningkat suplai nutrien ke dalam air kolam.
Pengeringan harus berlangsung sampai permukaan dasar kolam pecah-pecah. Selama pengeringan perbaikan pematang, saluran pemasukan dan pengeluaran air dan kotak pemanenan dapat dilaksanakan . Jika bahan organik yang terakumulasi didasar kolam banyak, maka perlu dilakukan pembuangan lumpur organik
Pengeringan berfungsi sebagai pembasmi hama dan pengurai bahan organik, sehingga dapat mempercepat proses penumbuhan pakan alami melalui penyediaan hara dari hasil proses mineralisasi. Pengeringan berfungsi juga untuk menghilangkan atau mengurangi sebanyak mungkin produksi H2S, NH3 dan senyawa racun yang lain..
Lama pengeringan bisa berlangsung 1-2 minggu tergantung dari kondisi lumpur dan keadaan cuaca.
Pemberantasan hama
Pemberantasan hama dengan obat-obatan kimia harus bersifat nonselektif dan mematikan hama serta tidak meninggalkan residu beracun.
Pemupukan
Pemupukan tambak berguna untuk menumbuhkan pakan alami. Dilakukan setelah tambak dikeringkan dan dikapur. Pupuk organik disarankan karena berfungsi ganda yaitu dapat merangsang pertumbuhan pakan alami dan memperbaiki struktur tanah.Pupuk kandang diberikan dengan dosis 1-3 ton/ha. Pupuk anorganik juga bisa digunakan dalam pemupukan. Biasa digunakan adalah campuran urea dan TSP dengan perbandingan dosis 75-150 kg/ha urea dan 75-100 kg/ TSP.Pupuk anorganik lain adalah NPK untuk menumbuhkan plankton dengan dosis N:P:K = 16:66:0 sebanyak 22kg/ha atau pupuk (NPK = 16:20:0) sebanyak 50 kg/ha.
Pengapuran
Pengapuran dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas kolam Pengaruh pengapuran adalah untuk meningkatkan pH lumpur dasar dan karenanya menambah tersedianya fosfor yang berasal dari pupuk , meningkatkan alkalinitas air dan menambah tersedianya CO2 untuk fotosintesis, meningkatkan alkalinitas air dan karenanya menambah buffer air dalam menetralisir perubahan pH harian yang umum terjadi di kolam eutrofik dengan air bersifat asam
Pengendalian Gulma Air
Gulma air yang tumbuh bisa menjadi pengganggu kegiatan budidaya.
Keberadaan tumbuhan air bisa berdampak sbb:
• Tidak terdapat makanan di dasar
• Bahan makanan diambil oleh gulma sehingga tidak tersedia bagi ikan
• Persediaan oksigen menjadi kurang
• Terjadi penurunan produksi
• Kolam menjadi kurang baik untuk aktivitas pemberian pakan menggunakan rakit/perahu
Langkah Pengendalian Gulma Air :
Ø Pengeringan dan pengolahan tanaman dasar
Ø Pengendalian secara mekanis dengan memotong dan menghilangkan gulma air secara langsung
Ø Pengendalian kimiawi dengan herbisida seperti Natrium Trichloroacetat, 95% sebanyak 100-250 kg/ha
Ø Pengendalian secara biologis dengan ikan Koan (Grass carp)
DAFTAR PUSTAKA
Budiati, Rahayu. 2010. Budidaya Ikan Lele, http://www.kompasiana.com, diakses
tanggal 9 Mei 2012
Astuti, 2008.Persiapan Lahan Untuk Budidaya Ikan,
http://zuraidakusumastuti.blogspot.com, diakses tanggal 9 Mei 2012
Dalam melakukan sesuatu pekerjaan harus adanya dasar atau tujuan pasti yang akan dicapai, dalam suatu pekerjaan harus fokus dan bersungguh-sungguh jika ingin memperoleh hasil yang maksimal.
Pengeringan kolam merupakan suatu bagian dari kegiatan budidaya ikan pada persiapan kolam ikan. Pengeringan kolam dilakukan dengan tujuan untuk membunuh hama dan bibit penyakit yang ada pada kolam, pada kolam pemijahan pengeringan kolam ini bertujuan untuk merangsang pemijahan ikan, dengan bau ampo yang dihasilkan dari tanah yang terairi air kolam
Proses persiapan kolam selain pengeringan kolam dilakukan juga pengapuran, dan pemupukan kolam. Pengapuran kolam dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pH kolam. Pemupukan kolam dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan pakan alami yaitu berupa fithoplankton dan zooplankton.
Kegiatan pengeringan kolam dilakukan selama 3 hari sampai kondisi tanah dasar kolam retak-retak. Pada kegiatan pengeringan kolam ini saluran air masuk ke kolam harus ditutup agar proses pengeringan berjalan sempurna.
Ilustrasikan sama hal nya dalam dunia perikanan, dalam dunia perikanan harus mempunyai suatu niat dan pondasi untuk mencapai tujuan yang pasti. Suatu pembudidaya tidak hanya mempunyai bekal teori yang memadai tetapi harus mempunyai suatu system atau manajemen yang baik dalam berbudidaya khususnya budidaya perikanan.
Pada suatu siklus budidaya cukup banyak cara dan tahapan-tahapan yang dapat ditempuh guna memdapatkan hasil yang maksimal, contoh pembersihan kolam budidaya, pengeringan, pengapuran, pemupukan hinga akhir budidaya berlangsung harus memperhatikan tahapan-tahapan tersebut. Pengapuran dan pemupukan itu penting. Untuk itu penulis ingin membahas bagaimana eratnya hubungan pengapuran dan pemupukan dalam mempersiapkan media budidaya.
Agar budidaya ikan mengalami keberhasilan maka perlu persiapan yang baik dan terencana. Menurut Rahayu Budiati (2010) proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi:
1. Pengeringan
Tahap pengeringan bertujuan untuk meningkatkan produksi, memperbaiki pematang, salah satu bentuk kontrol alami terhadap pengganggu ataupun predator, menyebabkan terjadinya mineralisasi dari kandungan organik dan mengoksidasi asam organik, dan dapat menguapkan racun-racun yang ada di kolam budidaya sebelumnya, dimungkinkan berasal dari sisa pakan, feses. Pengeringan meningkatkan pH tanah, pengeringan dasar kolam yang dilakukan para pembudidaya kampung lele dilakukan selama 2 – 3 hari, tetapi saat cuaca tidak mendukung seperti pada musim hujan maka pengeringan tidak dilakukan tetapi dapat dimanipulasi dengan penaburan kapur yang salah satu fungsinya adalah mematikan hama, stabilisator pH tanah dan air sehingga dapat meningkatkan produksi sama seperti fungsi pengeringan.
2. Membersihkan lumpur dan sampah
Lumpur yang menumpuk didasar kolam dibuang digunakan untuk menutupi kebocoran yang ada pada dinding kolam dan memperkuat pematang kolam. Kolam jenis permanen dibersihkan lumut yang menempel pada dinding dan dasar kolam, selain itu biasanya pada kolam permanen banyak remis atau bekicot yang menempel pada dinding kolam.
Kegiatan pembersihan lumpur dan sampah selesai dilakukan maka kolam di isi air sedalam 1 meter. Kedalaman kolam 1 meter bertujuan supaya suhu air dalam kolam tidak fluktuatif sehingga ikan tidak mudah stress yang mengakibatkan serangan penyakit dan kematian.
3. Pengapuran
Pengapuran merupakan persiapan kolam yang digunakan untuk mematikan hama dan parasit ikan, stabilisator pH tanah dan air, menaikkan alkalinitas, kesadahan dan ketersediaan unsur P. kebutuhan kapur CaCo3 pada kolam budidaya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
pH akhir – pH awal X 0,16 .
0,1
Pembudidaya di kampung lele tidak melakukan pengapuran karena jenis tanah yang ada dikampung lele sudah cukup baik untuk pertumbuhan lele. Pengapuran harus dilakukan pada suatu kolam budidaya yang menggunakan jenis tanah gambut. Tanah gambut memiliki ciri yaitu KTK (kapasitas tukar kation) sangat tinggi, tetapi persentase kejenuhan basa sangat rendah, sehingga menyulitkan penyerapan hara. Kondisi tersebut tidak menunjang kemudahan penyediaan hara yang memadai untuk kebutuhan hara phytoplankton. Ketersediaan beberapa unsur hara dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan proses pelapukan bahan organik tanah gambut. Oleh karena itu, pengelolaan tanah gambut untuk pertanian dan perikanan perlu penanganan khusus karena tidak hanya masalah rendahnya ketersediaan hara, tetapi juga masalah sifat racun dari asam-asam organik. (Astuti, 2008)
4. Pemupukan
Pemupukan kolam pada prinsipnya adalah untuk menyuburkan air, dengan terbentuknya pakan alami dan pupuk dapat menjaga kesetimbangan air agar fluktuasi komponen perairan tidak besar. Kesuburan perairan ditandai dengan air yang telah berwarna hijau cerah. Kegiatan pemupukan bertujuan antara lain :
Penumbuhan phytoplankton dan zooplankton
Menciptakan suhu, pH yang konstan dengan indikasi perubahan warna air hijau cerah
Menciptakan keseimbangan ekosistem bio aquatic yang berfungsi sebagai penyediaan pakan alami untuk starter maupun bakteri decomposer.
Pupuk yang digunakan berasal dari pupuk kandang atau kotoran hewan. Pupuk kandang digolongkan dalam dua jenis yaitu pupuk yang bersifat panas dan pupuk bersifat dingin. Pupuk kandang bersifat panas dinamakan demikian karena jenis pupuk ini lebih cepat terurai oleh jasad renik dan menimbulkan panas, seringkali penguraian tersebut tidak terjadi secara sempurna atau tidak terurai dengan baik yang merubah bahan organik sisa tersebut menjadi gas, dampaknya terhadap kondisi kolam adalah timbulnya panas berlebih yang dapat membunuh ikan. Pupuk kadang panas sebaiknya harus melalui dekomposisi secara baik yaitu melalui jalan penjemuran sampai kering. Kotoran kambing, domba dan kuda termasuk kedalam jenis pupuk panas. Pupuk yang kedua adalah pupuk dingin seperti kotoran babi, sapi, kotoran ayam dan kerbau. Jenis pupuk dingin mengalami penguraian secara lambat yang menghindarkannya dari panas berlebih. Tetapi sebagaimana pupuk panas, pupuk dinginpun harus mengalami dekomposisi secara baik.
Pembudidaya kampung lele menggunakan pupuk kotoran ayam, pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam memilki kadar hara P yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang kotoran hewan yang lain. Kotoran ayam lebih cepat terdekomposisi sehingga lebih cepat memberikan respon untuk terbentuknya plankton dalam air yang digunakan sebagai pakan alami oleh ikan.
Pemupukan dilakukan 2 hari sebelum penebaran benih dengan dosis tiap kolam bervolume 60 m3, maka pupuk setengah karung ± 25 kg pupuk. Pemupukan tidak harus dilakukan 2 hari sebelum penebaran jika kondisi mendesak misal karena benih sudah ada dan siap untuk ditebar maka sebagai starter awal untuk benih maka menggunakan 1/3 dari air budidaya sebelumnya. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan menebarkan langsung ke air di dalam kolam atau pupuk ditaruh dalam wadah yang memiliki ventilasi udara misal karung pakan, plastik yang di bolong kecil-kecil.
Pemupukan dalam satu kali budidaya dilakukan satu kali pemberian pupuk yaitu pada awal budidaya, jika setelah pupuk tidak berfungsi lagi di dalam kolam untuk menumbuhkan pakan alami, maka didalam kolam sudah dapat tergantikan oleh feses ikan lele sendiri. Feses merupakan limbah organik yang bersifat biodegradable, yaitu senyawa yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Pemberian pupuk dapat dilakukan kembali pada saat musim hujan jika terjadi hujan lebat karena apabila habis hujan lebat, biasanya air dasar hangat, air permukaan dingin dan pH nya rendah, penebaran pupuk yang bereaksi asam sangat membantu agar ikan tidak stress.
PEMBAHASAN
Persiapan tanah perlu dilakukan sebelum memulai budidaya. Meliputi:
• Pengeringan dan Pengolahan Tanah
• Pemberantasan Hama
• Pemupukan
• Pengapuran
• Pengendalian Gulma Air
Pengeringan dan Pengolahan Tanah
Pengeringan dasar kolam perlu dilakukan setelah panen, sebagai tindakan higienis seperti misalnya pada waktu adanya penyakit ikan dan juga untuk oksidasi dan mineralisasi lumpur sehingga menambah kesuburan tanah dan meningkat suplai nutrien ke dalam air kolam.
Pengeringan harus berlangsung sampai permukaan dasar kolam pecah-pecah. Selama pengeringan perbaikan pematang, saluran pemasukan dan pengeluaran air dan kotak pemanenan dapat dilaksanakan . Jika bahan organik yang terakumulasi didasar kolam banyak, maka perlu dilakukan pembuangan lumpur organik
Pengeringan berfungsi sebagai pembasmi hama dan pengurai bahan organik, sehingga dapat mempercepat proses penumbuhan pakan alami melalui penyediaan hara dari hasil proses mineralisasi. Pengeringan berfungsi juga untuk menghilangkan atau mengurangi sebanyak mungkin produksi H2S, NH3 dan senyawa racun yang lain..
Lama pengeringan bisa berlangsung 1-2 minggu tergantung dari kondisi lumpur dan keadaan cuaca.
Pemberantasan hama
Pemberantasan hama dengan obat-obatan kimia harus bersifat nonselektif dan mematikan hama serta tidak meninggalkan residu beracun.
Pemupukan
Pemupukan tambak berguna untuk menumbuhkan pakan alami. Dilakukan setelah tambak dikeringkan dan dikapur. Pupuk organik disarankan karena berfungsi ganda yaitu dapat merangsang pertumbuhan pakan alami dan memperbaiki struktur tanah.Pupuk kandang diberikan dengan dosis 1-3 ton/ha. Pupuk anorganik juga bisa digunakan dalam pemupukan. Biasa digunakan adalah campuran urea dan TSP dengan perbandingan dosis 75-150 kg/ha urea dan 75-100 kg/ TSP.Pupuk anorganik lain adalah NPK untuk menumbuhkan plankton dengan dosis N:P:K = 16:66:0 sebanyak 22kg/ha atau pupuk (NPK = 16:20:0) sebanyak 50 kg/ha.
Pengapuran
Pengapuran dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas kolam Pengaruh pengapuran adalah untuk meningkatkan pH lumpur dasar dan karenanya menambah tersedianya fosfor yang berasal dari pupuk , meningkatkan alkalinitas air dan menambah tersedianya CO2 untuk fotosintesis, meningkatkan alkalinitas air dan karenanya menambah buffer air dalam menetralisir perubahan pH harian yang umum terjadi di kolam eutrofik dengan air bersifat asam
Pengendalian Gulma Air
Gulma air yang tumbuh bisa menjadi pengganggu kegiatan budidaya.
Keberadaan tumbuhan air bisa berdampak sbb:
• Tidak terdapat makanan di dasar
• Bahan makanan diambil oleh gulma sehingga tidak tersedia bagi ikan
• Persediaan oksigen menjadi kurang
• Terjadi penurunan produksi
• Kolam menjadi kurang baik untuk aktivitas pemberian pakan menggunakan rakit/perahu
Langkah Pengendalian Gulma Air :
Ø Pengeringan dan pengolahan tanaman dasar
Ø Pengendalian secara mekanis dengan memotong dan menghilangkan gulma air secara langsung
Ø Pengendalian kimiawi dengan herbisida seperti Natrium Trichloroacetat, 95% sebanyak 100-250 kg/ha
Ø Pengendalian secara biologis dengan ikan Koan (Grass carp)
DAFTAR PUSTAKA
Budiati, Rahayu. 2010. Budidaya Ikan Lele, http://www.kompasiana.com, diakses
tanggal 9 Mei 2012
Astuti, 2008.Persiapan Lahan Untuk Budidaya Ikan,
http://zuraidakusumastuti.blogspot.com, diakses tanggal 9 Mei 2012
0 comments:
Post a Comment