1. SEJARAH SINGKAT
Ikan nila
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih
kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan
danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di
lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang
beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh
berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap
merah.
Bibit ikan
didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini
disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas
Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia
ikan nila telah dibudidayakan di seluruh propinsi.
3. JENIS
Klasifikasi ikan
nila adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis
nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.
4. MANFAAT
Sebagai sumber
penyediaan protein hewani.
5. PERSYARATAN LOKASI
a) Tanah yang baik untuk kolam
pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah
tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat
dibuat pematang/dinding kolam.
b) Kemiringan tanah yang baik untuk
pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi.
c) Ikan nila cocok dipelihara di
dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
d) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan
nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun,
dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan
memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh
adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan
hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga
biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton
harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi
(secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara
20-35 cm.
e) Debit air untuk kolam air tenang
8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak
dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
f) Nilai keasaman air (pH) tempat
hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.
Sedangkan
keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
g) Suhu air yang optimal berkisar
antara 25-30 derajat C.
h) Kadar garam air yang disukai antara
0-35 per mil.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan
Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Sarana berupa
kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari
sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).
Adapun jenis
kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:
a) Kolam pemeliharaan induk/kolam
pemijahan
Kolam ini
berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang
luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun
syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C;
kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
b) Kolam pemeliharaan benih/kolam
pendederan
Luas kolam tidak
lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan
sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam
pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
c) Kolam pembesaran
Kolam pembesaran
berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari
kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam
pembesaran, yaitu:
1. Kolam pembesaran tahap I berfungsi
untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya
berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam.
Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran
ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka
benih memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani.
2. Kolam pembesaran tahap II berfungsi
untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau
sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm.
Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter
persegi.
3. Pembesaran tahap III berfungsi untuk
membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas
500-2.000 meter persegi.
d) Kolam/tempat pemberokan
Pembesaran ikan
nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m sampai
2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan
kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat dipergunakan pula
untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah
diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit
selebar 11 ,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
2) Peralatan
Alat-alat yang
biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala,
waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk
maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala
kecil (gram) dan besar ( kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi
disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan
peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain
adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm,
ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung,
keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk
tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk
penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih,
ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),
sirib ( untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap
ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet
(untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya=
scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk
menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan Media
Yang dimaksud
dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan,
terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media
pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa
hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar
sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu
urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga
ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15
gram dan 10 gram/meter persegi.
6.2. Pembibitan
1) Pemilihan
Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk
bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
a) Mampu memproduksi benih dalam jumlah
yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
b) Pertumbuhannya sangat cepat.
c) Sangat responsif terhadap makanan
buatan yang diberikan.
d) Resisten terhadap serangan hama,
parasit dan penyakit.
e) Dapat hidup dan tumbuh baik pada
lingkungan perairan yang relatif buruk.
f) Ukuran induk yang baik untuk
dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri
untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut: a)
Betina
1. Terdapat 3 buah lubang pada
urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan
pucat tidak jelas.
3. Warna perut lebih putih.
4. Warna dagu putih.
5. Jika perut distriping tidak
mengeluarkan cairan.
b) Jantan
1. Pada alat urogenetial terdapat 2
buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan
terang dan jelas.
3. Warna perut lebih
gelap/kehitam-hitaman.
4. Warna dagu kehitam-hitaman dan
kemerah-merahan.
5. Jika perut distriping mengeluarkan
cairan.
Ikan nila sangat
mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam
meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan
sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi
yang diharapkan.
Untuk mengatasi
kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks).
Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang
tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina. Ada empat cara untuk memproduksi benih
ikan nila jantan yaitu: a) Secara manual (dipilih)
b) Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
c) Merangsang perubahan seks dengan
hormon
d) Teknik penggunaan hormon seks jantan
ada dua cara.
1. Perendaman
2. Perlakuan hormon melalui pakan
2) Pembenihan
dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha
pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :
a) Memelihara dan memijahkan induk ikan
untuk menghasilkan burayak ( anak ikan ).
b) Memelihara burayak (mendeder) untuk
menghasilkan benih ikan yang lebih besar.
Usaha pembenihan
biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan
dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut
induknya disebut "benih kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah
menetas disebut benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya
3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah
dipelihara selama 3-1 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat
8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur
2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi
selama 11 ,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan
berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.
6.3.
Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu
sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan,
dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil
diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran.
Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu
pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH
tanah dan memberantas hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak
100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian
dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar
kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar
bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah
semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari
agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman
80100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari
induk ikan.
1) Pemupukan
Pemupukan dengan
jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan
dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh dinas
perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah.
Beberapa hari
sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan
pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan diratakan.
Setelah itu,
dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk
menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan
penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik sebanyak 300-1.000 kg/ha.
Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan
dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam.
Selesai
pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi
antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Han kelima air kolam
ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam
tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang
ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar
kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air,
jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama
pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2
minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis.
Pupuk susulan
ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kglha. Pupuk itu dibagi menjadi
empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang bambu. Kemudian keranjang
diletakkan di dasar kolam, dua bush di kin dan dua buah di sisi kanan aliran
air masuk. Sedangkan yang dua keranjang lagi diletakkan di sudut-sudut kolam.
Urea dan TSP
masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi
lubang-lubang kecil agar pupuk sedikit demi sedikit. Kantong pupuk tersebut
digantungkan sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam. Posisi ng
terendam tetapi tidak sampai ke dasar kolam. Selain pukan ulang. ikan nila juga
harus tetap diberi dedak dan katul. pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam
air tawar, payau atau sawah yang diberakan.
2) Pemberian Pakan
Pemupukan kolam
telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang
hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus
(cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga
masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan
kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan
bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E
dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh
juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet
sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat
bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan
beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan
di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka
berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram =
594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali
sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan
bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah
berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan
pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Sistem dan
intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan input
yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar.
Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang berbeda-beda.
Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat, yaitu
a) Sistem ekstenslf (teknologi
sederhana)
- Sistem ekstensif merupakan sistem
pemeliharaan ikan yang belum berkembang. Input produksinya sangat sederhana.
Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan
tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya kolam pekarangan
yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga sendiri. Sistem
pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di wilayah
desa miskin.
- Pemupukan tidak diterapkan secara
khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa
dapur limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).
- Perkiraan pemanenan tidak tentu.
Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan
sistem ekstensif sebenar cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam
herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang berukuran 30
ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan kemudian beranak,
demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2
bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan
seminggu sekali.
b) Sistem semi-Intensif (teknologi
madya)
- Pemeliharaan semi-intensif dapat
dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini
biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan
dan pemberian pakan tambahan yang teratur.
- Prasarana berupa saluran irigasi
cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu,
penggantian air juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah
hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi atau
sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak lebih
dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih gelondongan
besar.
- Budi daya ikan nila secara
semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara
polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi
karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.
- Sistem semi-intensif juga dapat
dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam ikan dikelola bersama
dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak
kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak
menjadi pupuk untuk kolam.
- Usaha tani kangkung, genjer dan
sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi
pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan
dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.
- Usaha huler/penggilingan padi
mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya
dibangun kolam ikan di dekat penggilingan tersebut.
- Hasil penelitian Balai Penelitian
Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per
1 ha/tahun.
c) Sistem intensif (teknologi maju)
- Sistem pemeliharaan intensif
adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi ikan tinggi sampai
sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
- Pemeliharaan dapat dilakukan di
kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat
dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air
yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.
- Pada usaha intensif, benih ikan nita
yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus
bermutu.
- Ransum hariannya 3% dan berat
biomassa ikan per hari. makanan sebaiknya berupa pelet yang berkadar protein
25-26%, lemak 6-8%.
Pemberian pakan
sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan
itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak
habis dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa
serangan penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi
pakan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
a) Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi
benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan
air 500 cc/100 meter persegi.
b) Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan
ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari
bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
c) Kodok
Makan telur
telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan
membuang hidup-hidup.
d) Ular
Menyerang benih
dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
e) Lingsang
Memakan ikan
pada malam hari. Pengendalian: pasang jebakan berumpun. f) Burung
Memakan benih yang
berwarna menyala seperti
merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu
agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
7.2. Penyakit
a) Penyakit pada kulit
Gejala: pada
bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir.
Pengendalian: (1) direndam dalam larutan PK ( kalium permanganat) selama 30-60
menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari
kemudian. (2) direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan
dosis 2-3,5 %.
b) Penyakit pada insang
Gejala: tutup insang
bengkak, Lembar insang
pucat/keputihan. Pengendalian: sama dengan di atas.
c) Penyakit pada organ dalam
Gejala: perut
ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian: sama dengan di
atas.
Secara umum
hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada
budidaya ikan nila:
a) Pengeringan dasar kolam secara
teratur setiap selesai panen.
b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar
bebas penyakit.
c) Hindari penebaran ikan secara
berlebihan melebihi kapasitas.
d) Sistem pemasukan air yang ideal
adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya.
f) Penanganan saat panen atau
pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
g) Binatang seperti burung, siput, ikan
seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan
masuk ke areal perkolaman.
8. PANEN
Pemanenan ikan
nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.
a) Panen total
Panen total
dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10 cm.
Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu
pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan
dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau
scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk
menghindari lukanya ikan.
b) Panen sebagian atau panen selektif
Panen selektif
dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran
tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah
ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih ( biasanya terluka akibat
jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat
dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.
9. PASCAPANEN
Penanganan
pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun
ikan segar.
a) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan
konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal
yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan
hidup, segar dan sehat antara lain:
1. Dalam pengangkutan gunakan air yang
bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada
pagi hari atau sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat
pengangkutan tidak terlalu padat.
b) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas
merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan
untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan
hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci
agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus bersih dan
tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan
keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak
jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg
dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
3. Ikan diletakkan
di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C. Gunakan es berupa
potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1.
Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan
es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara
ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup
kotak.
c) Sedangkan
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
1) Benih ikan harus dipilih yang sehat
yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan
baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem
terbuka).
2) Air yang dipakai media pengangkutan
harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya.
Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
3) Sebelum diangkut benih ikan harus
diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang
berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat
dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak
pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran
3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4) Berdasarkan lama/jarak pengiriman,
sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Sistem terbuka
Dilakukan untuk
mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat
pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan
dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk
pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam,
menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih
5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan
benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke
dalam kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan
kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke
kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4)
kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan
posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35
m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai
berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm
dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
- Buka kantong plastik, tambahkan
air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan
suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke waskom
yang berisi larutan tetrasiklin selama
12 menit.
- Masukan benih ikan ke dalam bak
pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain
itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut.
Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm
atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
- Setelah 1 minggu dikarantina,
tebar benih ikan di kolam budidaya.
10. ANALISIS
EKONOMI BUDIDAYA
10.1 .Analisa
Usaha Budidaya
Perkiraan
analisis usaha budidaya ikan nila selama 1 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa
Barat adalah sebagai berikut:
a) Biaya
produksi
1. Sewa kolam Rp. 120.000,-
2. Benih ikan nila 4000 ekor, @
Rp.200,- Rp. 800.000,3. Pakan
- Dedak 8 karung @ Rp.800,- Rp. 6.400,-
5. Obat dan pupuk
- Kotoran ayam 4 karung, @
Rp.7.000,- Rp. 28.000,- Urea dan TSP 10 kg, @ Rp.1.800,- Rp.
18.000,-
- Kapur 30 kg, @ Rp. 1.200,- Rp. 36.000,-
6. Peralatan Rp. 100.000,-
7. Tenaga kerja 1 orang @ Rp. 7500,-
Rp. 225.000,7. Biaya tak terduga 10%
Rp. 133.340,-
Jumlah biaya
produksi Rp.1.466.740,b) Pendapatan
benih ikan 85%,4000 ekor @ Rp.700,- Rp.2.380.000,-
c) Keuntungan Rp. 913.260,-
d) Parameter kelayakan usaha
B/C ratio 1 , 62
10.2 .Gambaran
Peluang Agribisnis
Dengan adanya
luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan
buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat
baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
Disamping itu
banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta
dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan
penyakit dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya
kemudahan dalam hal periizinan import.
Walaupun
permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan nila dan ikan air tawar lainnya
selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara
rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal
ikan nila mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual
baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu
penjualan benih ikan nila boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup
baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan
untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha
bisnis yang cerah.
11. DAFTAR
PUSTAKA
a) Sugiarto Ir, 1988, Teknik Pembenihan
Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV. Simplex (Anggota IKAPI)”.
b) Rahardi, F. 1993. Kristiawati,
Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan, Penerbit Swadaya, Jakarta.
0 comments:
Post a Comment