Natrium
Chlorida merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan oleh masyarakat dalam
pengolahan makanan dan bahan baku dalam berbagai industri kimia. Industri kimia
yang paling banyak menggunakan Natrium Chlorida sebagai bahan bakunya adalah
industri Chlor Alkali. Produk utama dari industri ini adalah chlorine (Cl2) dan
Natrium Hidroksida (NaOH), yang banyak dibutuhkan oleh industri lain, seperti
industri pulp dan kertas, tekstil, deterjen, sabun dan pengolahan air limbah
[1-2].
Teknologi
terbaru yang digunakan dalam industri Chlor Alkali adalah elektrolisa larutan
garam (brine). Teknologi ini digunakan karena harga bahan baku lebih murah,
kemurnian produk lebih tinggi, tekanan dan temperatur operasinya rendah [2].
Proses elektrolisa larutan garam umumnya menggunakan sel membran karena
dibandingkan dengan sel diafragma dan sel merkuri, sel membran dapat
menghasilkan produk elektrolisa dengan kemurnian lebih tinggi. Tetapi kelemahan
dari sel membran itu sendiri adalah larutan garam yang diumpankan ke electroyzer
harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Sampai saat ini pemisahan garam dari
impuritasnya masih menjadi permasalahan yang cukup serius dalam industri Chlor
Alkali, terutama karena harus sering dilakukan penggantian sel membran dalam
electrolyzer untuk dapat mengantisipasi kegagalan proses. Ada tiga macam
pengaruh endapan terhadap membran, yaitu turunnya produksi akibat turunnya
efisiensi membran, naiknya power listrik akibat naiknya tahanan membran dan turunnya umur membran.
Oleh
karena itu diperlukan proses pemurnian larutan garam dari impuritasnya sebelum
diumpankan ke electrolyzer [1-2]. Proses pemurnian ini bertujuan untuk
memaksimalkan efisiensi dari cells electrolytic yang dilakukan dengan cara
menghilangkan impuritas seperti ion calcium, dan magnesium yang terdapat dalam
larutan garam. Impuritas-impuritas tersebut dapat bereaksi dengan ion karbonat
(CO32-) sehingga akan membentuk endapan putih yaitu CaCO3. Endapan-endapan yang
terbentuk akan menutupi permukaan membran sehingga akan menghambat penyeberangan
ion Na+ dari anoda ke katoda. Baku mutu larutan garam sebagai umpan
electrolyzer adalah NaCl 300 ± 20 gram/ liter, Ca2+ 10 ppm.
Untuk
penghilangan impuritas dari produk garam dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain dengan resin penukar ion. Akan tetapi proses ini memerlukan biaya
yang besar untuk biaya pembelian dan regenerasi resin[3]. Oleh karena itu
digunakan senyawa kimia yaitu Na2CO3 yang harganya lebih murah. Dengan
penambahan Na2CO3 dalam larutan garam akan terbentuk endapan CaCO3 yang
nantinya akan dipisahkan dalam larutan sehingga ion Ca2+ yang masih tersisa
dalam larutan akan memenuhi baku mutu sebagai umpam electrolyzer [4].
Endapan adalah zat yang memisahkan diri
sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan (S) suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi
molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti
suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada
komposisi pelarutnya
[5].
Bahruddin et al. mempelajari penentuan rasio
Ca/Mg optimum pada proses pemurnian garam dapur dengan penambahan natrium
karbonat, natrium hidroksida, dan flokulan pada temperature 70° C. Dari
penelitian tersebut ditemukan bahwa pemurnian garam dipengaruhi oleh rasio
Ca/Mg, bila rasionya terlalu kecil ataupun terlalu besar mengakibatkan
pengendapan impuritas tidak dapat berlangsung dengan baik. Selain itu ditemukan
pula bahwa penambahan flokulan cukup mempengaruhi penurunan kadar Ca2+.
Partikel-partikel yang berflokulasi, yakni saling mendekati dan membentuk
gumpalan bahan yang lebih besar yang akan mengendap dalam larutan. [6-7].
Natrium
karbonat perlu ditambahkan dalam jumlah excess agar dapat bereaksi dengan
impuritas kalsium yang terlarut membentuk endapan kalsium karbonat. Gancy et.al
telah melakukan penelitian untuk memurnikan larutan garam dengan menambahkan
natrium karbonat excess, dimana waktu reaksi natrium karbonat divariasi. Sampel
yang berupa larutan garam yang mengandung 25 % berat sodium klorida, 228 ppm
kalsium (dihitung sebagai kalsium elemental) dikontakkan dengan sejumlah
natrium karbonat dan diaduk 300 rpm. Pada akhir waktu reaksi karbonat, sejumlah
natrium hidroksida ditambahkan dan diaduk (kira-kira 60 rpm) selama satu menit.
Dibiarkan bereaksi selama 6 jam dan setelah itu disaring dengan kertas saring
Whatman No.42. Filtrat yang diperoleh dianalisa untuk mengetahui kadar kalsium
yang tersisa dalam larutan. Proses analisa ini dilakukan dengan metode titrasi
dengan menggunakan EDTA 0,01 M sebagai titran [8]. End point akan tercapai jika
sampel yang mulanya berwarna merah anggur berubah menjadi biru cerah [8-9].
Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa waktu reaksi natrium karbonat yang
paling efektif adalah 45 menit.
Namun
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan koagulan dan waktu reaksi
NaOH untuk membentuk endapan Mg(OH)2 belum pernah dilakukan.Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian lebih mendalam agar dapat diketahui variabel apa
saja yang berpengaruh dalam penghilangan impuritas dalam produk garam, sehingga
dapat dihasilkan produk garam yang lebih murni.
Bahan
dan Metode Penelitian
Bahan
NaCl, Aquadest, Na2CO3, Poly Aluminium Chloride (PAC),
NaOH 0,1 N
Reagen
EDTA,
Hydroxylamine, KCN, KOH, HHSSNA
Alat
beaker glass, electric heat, pengaduk, timbangan digital, erlenmeyer, labu
takar, corong, buret
Prosedur
Kerja
Penelitian ini diawali dengan pembuatan
larutan garam, yaitu melarutkan 300 gr NaCl dalam aquadest hingga diperoleh
larutan dengan volume 1 liter . Proses pelarutan dilakukan pada suhu 70ºC.
Setelah itu kedalam larutan ditambahkan Na2CO3 dengan variabel yang telah
ditentukan, yaitu 0,6;1,2;1,8;2,4;3;3,6 ml. Penambahan Na2CO3 dilakukan pada
suhu 60º-70ºC, kemudian larutan diaduk selama 1 menit dan ditambahkan PAC
dengan variabel 10 dan 40 ppm.. Didiamkan selama 30 menit lalu disaring dengan
menggunakan kertas saring MN 640. Kemudian ditambahkan NaOH hingga pH larutan
10 dan didiamkan selama 6 jam. Setelah itu saring kembali larutan dengan kertas
saring MN 640.
Analisa
ion Ca2+ dilakukan dengan metode titrasi, yaitu dengan cara memasukkan 50 ml
sampel larutan garam ke dalam erlenmeyer, tambahkan 0,5 ml Hydroxylamine, 0,5
ml KCN, 1 ml KOH dan indikator HHSSNA secukupnya. Titrasi campuran tersebut
dengan menggunakan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah
anggur menjadi biru terang yang tidak hilang pada penggocokan dan warna tetap
stabil selama 5 menit. Kadar Ca2+ dalam
sampel dapat dinyatakan sebagai Ca2+
atau CaCO3.
Kesimpulan
Pengaruh penambahan natrium karbonat dan PAC
dalam larutan garam telah diinvestigasi. Proses pemurnian ini dilakukan dengan
proses pengendapan impuritas yang terkandung dalam larutan garam. Sedangkan
analisanya dilakukan dengan metode titrasi. Hasil menunjukkan bahwa dengan
penambahan natrium karbonat 3 ml dapat diperoleh kadar ion Ca2+ paling rendah.
Penambahan PAC tidak memberikan pengaruh yang cukup berarti dalam penghilangan
ion kalsium dalam larutan garam. Dalam proses analisa sebaiknya digunakan buret
dengan ketelitisn tinggi agar penentuan TAT lebih akurat sehingga diperoleh
kadar ion kalsium yang tersisa dalam larutan garam sesuai dengan kadar yang
sebenarnya.
Daftar
Pustaka
[1] A.B. Gancy,C.J. Kaminski, both of
Syracuse, N.Y., (1978), “ Brine Purification Process”, U.S. Patent
No.4,115,219
[2] Bahruddin Zulfansyah, Aman, Iiyas Arin,
Nurfatihayati, (2003), “Penentuan Rasio Ca/Mg Optimum pada Proses Pemurnian
Garam Dapur”, Jurusan Teknik Kimia, FT, Universitas Riau, Pekanbaru.
[3] Y. Oda,, M. Suhara,, S. Goto, T.
Hukushima, all of Yokohama, K. Miura Chohfu ,T. Hamano Yokohama all of Japan,
(1980),” Electrolysis of Aqueous Solution of Sodium Chloride”, U. S. Patent No
4,202,743
[4] D. B. Loftis.,D.D. Justice, both of
Clevelan, Tenn, (1991), “Process To
Control The Addition Of
Carbonate
To Electrolytic Cell Brine Systems”,U.S. Patent No. 5,023,803
[5] Svehla,G., (1979),” Textbook of Macro
and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis” , Longman Group Limited, London
[6] R.A.Day Jr,, A.L. Underwood,( 1986),
“Quantitative Analysis”, Fifth Edition, Emory University
[7] Sanoesi, S.,( 1994 ),“Study Sistem
Flokulasi Filtrasi Dalam Pengolahan Air”, Program Pascasarjana, Program Study
Teknik Lingkungan ITB Bandung
[8] Moritz ,George J., (1984), “Production
of Purified Brine”, U.S. Patent No. 4,448,682
[9] G.D. Cristian.,( 1994).” Analytical
Chenistry”, fifth edition, United State of America
[10] Greenberg,A.Lenore,S.Andrew D. ,(1992),
“Standart Methods for Examination Water and Waste Water,18 edition, Washington
: APHA.
Hasil
Penelitian :
Dina Lesdantina dan Istikomah
Jurusan
Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro
0 comments:
Post a Comment