Sebelum mempelajari teknik
budidayanya, marilah kita mengenal lebih jauh perihal udang ini, baik
pengenalan species, karakteristik maupun sifat-sifatnya.
Klasifikasi udang galah (Mudjiman,
1983)
Phyllum
|
|
: Arthropoda
|
Subphyllum
|
|
: Mandibulata
|
Kelas
|
|
: Crustacea
|
Subkelas
|
|
: Malacostraca
|
Ordo
|
|
: Decapoda
|
Famili
|
|
: Palamonidae
|
Subfamil
|
|
: Palamoniae
|
Genus
|
|
: Macrobrachium
|
Species
|
|
: Macrobrachium
rosenbergii, de Man
|
1.2. KARAKTERISTIK
DAN SIFAT-SIFAT UDANG GALAH
1.2.1
Karakteristik Morfologis
Secara umum, udang galah
mempunyai karakteristik morfologis sebagai berikut:
Ø
Tubuh beruas–ruas sebanyak 5 ruas yang
masing-masing dilengkapi sepasang kaki renang; kulit keras dari chitin; pelura
ke dua menutupi pleura pertama dan ke tiga;
Ø
Badan terbagi tiga bagian : kepala+dada (cephalothorax); badan (abdomen); dan ekor (uropoda);
Ø
Cephalothorax
dibungkus karapas (carapace);
Ø
Tonjolan seperti pedang pada carapace disebut rostrum dengan gigi atas sejumlah 11-15 buah dan gigi bawah 8-14
buah.;
Ø Kaki
jalan ke dua pada udang dewasa tumbuh sangat panjang dan besar, panjangnya bisa
mencapai 1,5 kali panjang badan, sedang pada udang betina pertumbuhan tidak
begitu mencolok;
1.2.2 Karakteristik
Habitat/Biologis dan Sifat-sifatnya Sedang karakteristik habitat/biologis
udang galah adalah:
Ø
Memiliki dua habitat yaitu air payau salinitas
5-20 ppt (stadia larva-juvenil), dan air tawar (stadia juana-dewasa) (Gambar
3);
Ø
Matang kelamin umur 5 – 6 bulan (mendekati muara
sungai untuk memijah lagi;
Ø
Mengalami beberapa kali ganti kulit (molting)
yang diikuti dengan perubahan struktur morfologisnya, hingga akhirnya
bermorfologis menjadi juvenil (juana);
Selain morfologi, untuk
membudidayakan ikan/udang perlu diketahui sifat-sifatnya; beberapa sifat yang
penting diketahui antara lain adalah :
Ø
Euryhalin,
yaitu dpt hidup pada kisaran
salinitas yg lebar (0-20 ppt);
Ø
Omnivora, yaitu pemakan segala (tumbuhan dan hewan);
Ø Pada
stadia larva, udang galah memakan plankton hewani (zooplankton), seperti
rotifera, protozoa, cladocera, dan copepoda;
Gambar 3. Daur hidup udang galah.
Ø
Stadia Post larva, juvenil, dan dewasa : memakan
cacing, serangga air, udang renik, telur ikan, ganggang, potongan tumbuh –
tumbuhan air, potongan hewan, jasad penempel, hancuran biji – bijian dan buah –
buahan, siput, dan sebagainya, juga memakan jenisnya sendiri (kanibal,
khususnya ketika molting);
Ø
Nokturnal, yaitu aktif makan malam hari. Jika lingkungan
hidupnya dapat dibuat relatif gelap udang akan aktif makan walaupun siang hari;
Ø
Larva bersifat planktonis, aktif berenang,
tertarik oleh cahaya tetapi menjauhi sinar matahari;
Ø
Pada stadium pertama (I), larva cenderung
berkelompok dekat permukaan air dan semakin lanjut umurnya akan semakin
menyebar dan individual serta suka mendekati dasar. Di alam larva hidup pada
salinitas 5 – 10 0/00..
Perkembangan stadia udang galah
secara garis besar disajikan pada Gambar 4.
1.2.3 Tanda-tanda Udang Galah
Jantan dan Betina
Perbedaan antara udang jantan dan
udang betina adalah sebegai berikut:
Bentuk badang udang jantan
dibagian perut lebih ramping dan ukuran pleuron lebih pendek, sedang pada
betina bagian perut tumbuh melebar dan pleuron agak memanjang. Letak alat
kelamin jantan pada pasangan kaki jalan ke lima, pada betina pada pasangan kaki
jalan ke tiga. (Gambar 1).
Udang jantan (Gambar 5):
§ Relatif
lebih besar;
§
Pasangan kaki jalan yang kedua relatif lebih
besar dan panjang (bahkan dapat mencapai 1,5 kali panjang total tubuhnya);
§ Bagian
perut lebih ramping;
§ Ukuran
pleuron lebih pendek;
§
Alat kelamin jantan terdapat pada di antara
pasangan kaki jalan kelima;
Udang betina (Gambar 5):
§
Tubuh lebih kecil, badan agak melebar, demikian
pula kaki renangnya, membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber);
§ Pleuron
memanjang;
§
Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih
besar, tetapi tidak sebesar dan sepanjang udang jantan;
§
Alat kelamin terletak pada pasangan kaki ke
tiga, merupakan suatu lubang yang
disebut thelicum.
(b); alat kelamin jantan (c), dan alat kelamin betina (d)
Khusus untuk ukuran kaki jalan
pada udang galah yang dikenal berukuran panjang/besar, telah dihasilkan
varietas yang bercapit lebih kecil yaitu yang disebut Gi-Makro (seperti pada
Gambar 5a). Capit yang lebih kecil ini
mempunyai keunggulan tersendiri.
1.3. PERSYARATAN
LOKASI
Beberapa kriteria lokasi/calon
lokasi yang baik untuk hatchery
adalah :
Ø
Lokasi hendaknya mempunyai sumber air laut dan
air tawar, karena untuk pemijahan dan larva stadia awal udang galah membutuhkan
air payau;
Ø
Lingkungan sekitar bebas dari pencemaran, agar
kualitas air pasok memenuhi syarat kebersihan dan bebas bahan pencemar.
Ø Lokasi
aman dari banjir dan bencana alam lain;
Ø Tersedia
sumber listrik;
Ø Tersedia
tenaga kerja;
Ø Kebutuhan
sarana budidaya terjamin;
Ø
Aksesibilitas baik; Ø
Keamanan terjamin;
Ø
Pemasaran benih mudah.
Air sumber harus memenuhi baik
kuantitas maupun kualitasnya. Semakin
tinggi kualitas unsur-unsur tersebut maka akan semakin kuat mendukung
keberhasilan usaha. Kualitas air harus
memenuhi syarat baik fisik, kimiawi maupun biologi. Harus dapat menyediakan air dengan salinitas
12 ppt. Nilai-nilai parameter kualitas air dijsaikain pada Tabel 1.
Tabel 1.
Parameter kualitas air untuk pasok unit Hatchery Udang Galah.:
pH
|
7-8,5
|
Suhu (oC)
|
25-30
|
H2S (ppm)
|
nil
|
Chlorin
|
nil
|
Nitrat (ppm)
|
20
|
Nitrit (ppm)
|
0,1
|
Kesadahan total air tawar (mg/l setara
CaCO3)
|
<100 p="">
100>
|
Kekeruhan
|
nil
|
TDS (ppm)
|
217
|
Fe (ppm)
|
<0 .02="" p="">
0>
|
PO4 (ppm)
|
0,15
|
CO2 bebas
|
nil
|
1.4. SARANA
PRASARANA
Fasilitas yang Digunakan Untuk Usaha
Pembenihan
Dalam bisnis benih udang
galah, ada dua macam unit produksi penghasil benih, yaitu Panti Benih atau yang
dikenal dengan Hatchery, dan yang ke
dua adalah panti benih skala pekarangan atau dikenal sebagai Backyard Hatchery. Fasilitas-fasilitas
yang dibutuhkan untuk suatu hatchery
udang galah adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
Tabel 2. Fasilitas
untuk suatu Panti Benih Udang Galah.
No.
|
Jenis
Fasilitas/Peralatan
|
Keterangan
|
1.
|
Bangunan tempat bak-bak pemeliharaan,
gudang, alat lab, ruang kerja/administrasi, dll.
|
Bangunan indoor menunjang untuk terciptanya
suhu media budidaya relatif tinggi dan stabil.
|
2.
|
Bak-bak pemeliharaan induk
|
Bisa berupa kolam tanah. Ukuran bergantung
pada banyaknya induk (ukuran besar hingga 400-500 m2)
|
3.
|
Bak pemijahan
|
Kolam tanah ukuran minimal 100 m2 dengan
kedalam air sekitar 75 cm – 100 cm.
|
4.
|
Bak penetasan
|
Bak fibreglass ukuran (0,5 X 1 X 1) M 3
dengan volume 500 liter.
|
5.
|
Bak pemeliharaan larva
|
-
Kolam tanah ukuran minimal 100 m2 dengan kedalam air
sekitar 75 cm – 100 cm, atau
-
Bak beton
kapasitas minimal 510 m3.
|
6.
|
Bak pemeliharaan yuwana
|
-
Bak fiberglass volume 500 liter–
1.000 liter, atau
-
Bak beton kapasita 5–10 m3.
|
7.
|
Bak pemeliharaan tokolan 1-2
|
-
Bak beton volume 5–15 m3, atau
-
Kolam tanah ukuran minimal 200 m – 400 m.
|
8.
|
Bak penetasan Artemia salina, bak untuk pengobatan, dll.
|
- Bak fibreglass, conical, ukuran
bergantung banyaknya Artemia yang akan ditetaskan (10-500 ltr).
|
7.
|
Tandon air laut, air tawar, dan bak
pencampuran air
|
Bak beton, kapasitas minimal 3x volume
bak-bak larva/benih.
|
5.
|
Pompa air laut, air tawar
|
Kapasitas bergantung pada besar kecilnya
unit prosuksi (kapasitas 50
|
|
|
ltr/detik atau lebih besar)
|
No.
|
Jenis
Fasilitas/Peralatan
|
Keterangan
|
6.
|
Peralatan aerasi
|
Blower sentral atau Hi-blow, sesuai unit
produksinya.
|
7.
|
Perlengkapan pengepakan
|
Botol oksigen dan isinya, styrofoam,
plastik packing, dan bahan lain.
|
8.
|
Peralatan bantu kerja
(timbangan, ember, baskom, slang sipon,
dll.
|
|
9.
|
Peralatan lab (kualitas air, mikroskop,
timbangan obat, dll)
|
|
10.
|
Sumber listrik (PLN/Genset)
|
Daya sesuai kebutuhan.
|
11.
|
Kendaraan angkutan
|
|
12.
|
Peralatan adminsitrasi
|
|
13.
|
Mess pekerja pos jaga, dll.
|
|
14.
|
Dapur, dll.
|
|
Untuk backyard hatchery, sudah barang
tentu fasiltas/peralatannya terbatas, yaitu :
ü
bak-bak pemeliharaan larva yang umumnya dari
tembok dan hanya ditutup dengan terpal;
ü
peralatan-peralatan bantu kerja budidaya seperti
pompa, slang, aerator, perlengkapan pengepakan, timbangan obat; ü peralatan kualitas air yang sederhana.
ü
dll.
Ruang indoor : harus dapat
mempertahankan suhu ruang agar cukup tinggi (air media pemeliharaan larva/benih
+/-28-31oC). Suhu cukup
tinggi/optimal tersebut akan menunjang (1) laju pertumbuhan lebih cepat, (2)
konversi pakan lebih kecil, (3) serta resiko terserang penyakit lebih
rendah. Untuk bak-bak larva/benih pada
backyard hatchery umumnya cukup
dengan menutupnya dengan terpal.
Bak
pemeliharaan larva bisa dari berbagai bentuk baik persegi maupun conical. Bak bentuk conical mempunyai keunggulan
tersendiri yaitu lebih efektif dalam pengeluaran kotoran, dengan catatan
dimensi, debit aliran air dan sirkulasinya menunjang. Untuk bak-bak yang terbuat dari beton dan fibreglass atau sejenisnya, permukaannya
harus benar-benar halus. Hal ini
dimaksudkan agar pembersihan kotoran dan penyuci-hamaan dapat lebih efektif,
karena kotoran dan permukaan yang tidak rata menjadi tempat hidup dan
berkembangnya organisme penyakit. Beberapa contoh fasilitas hatchery disajikan pada Gambar 6.
Salah satu sarana penting yang
harus ada pada hatchery adalah sarana
biosekuriti, berupa bak cuci kaki (foobath),
bak cuci tangan (handwash), dan pagar
keliling.
Unit sarana budidaya yang umum
ada di masyarakat adalah merupakan sistim air diam (stagnant water system). Dalam perkembangannya, unit budidaya sistim
resirkulasi sudah mulai diaplikasikan. Sistim ini mempunyai keunggulan yaitu
dengan luas/volume yang sama, produksinya lebih besar (tingkat produktivitasnya
lebih tinggi). Namun demikian dalam unit sistim ini perlu pengontrolan yang
ketat agar terhindar dari serangan penyakit.
0 comments:
Post a Comment