BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 disebutkan “Penyuluhan Perikanan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha perikanan agar mereka mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Proses belajar bersama dalam penyuluhan sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan belajar secara insidental untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih penting dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup (long life learning) secara mandiri dan berkelanjutan.
Secara aplikatif penyuluhan perikanan merupakan suatu proses pembelajaran bagi para pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya, menggunakan landasan falsafah kerja meningkatkan potensi dan kemampuan para pelaku utama dan keluarganya, sehingga mereka akan dapat mengatasi sendiri kebutuhan dan keinginannya, tanpa harus selalu tergantung pada orang lain. Sehingga dengan falsafah demikian, maka implikasinya akan sangat luas, tidak saja dalam bidang penyuluhan kelautan dan perikanan, tetapi juga dalam pembangunan kelautan dan perikanan, pembangunan perdesaan, dan pembangunan nasional. Dalam konsep penyuluhan perikanan juga dikenal beberapa prinsip yang terdiri dari: kesukarelaan, otonom, keswadayaan, partisipatif, egaliter, demokrasi, keterbukaan, kebersamaan, akuntabilitas, dan desentralisasi.
Sejalan dengan itu, tujuan utama dari penyuluhan perikanan adalah mempengaruhi para pelaku utama dan keluarganya agar berubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan oleh penyuluh, yang akhirnya mampu menyebabkan perbaikan mutu hidup dari pelaku utama kelautan dan perikanan. Perubahan perilaku yang terjadi dibagi kepada perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari sasaran penyuluhan. Untuk itulah, keberadaan dan peran penyuluh perikanan masih sangat diperlukan sebagai dinamisator, fasilitator, dan motivator dalam proses pembinaan dan pendampingan bagi para pelaku utama dan pelaku usaha tersebut dan sejalan dengan konsepsi itulah, penyuluhan perikanan sebagai rumpun ilmu hayat, ditengarai menjadi katalisator bagi upaya pembangunan perekonomian masyarakat dan eksistensinya menjadi penyokong bagi terwujudnya upaya kesejahteraan.
Seorang penyuluh perikanan harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya, sehingga maksud dan tujuan yang ingin disampaikan melalui komunikasi dapat diterima dengan baik dan jelas. Demikian pula dalam hal komunikasi melalui bahan-bahan tulisan seperti poster, folder, pamplet, dan sebagainya, tujuannya harus jelas. Kejelasan tujuan sangat penting dalam berkomunikasi. Tanpa tujuan yang jelas, sulit bagi kita untuk mengharapkan respon yang benar dari proses komunikasi. Hasil akhir yang ingin dicapai melalui pembelajaran modul ini adalah para peserta mampu berkomunikasi yang efektif dan memahami tahapan-tahapan dalam membangun komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan penyuluhan perikanan.
B. Deskripsi Singkat
Penyuluh perikanan harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya sebagai sasaran dalam kegiatan penyuluhan perikanan, agar maksud dan tujuan yang ingin disampaikan melalui komunikasi dapat diterima dengan baik dan jelas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kami susun modul “Komunikasi Dalam Penyuluhan Perikanan”. Modul ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi penyuluh perikanan pada Tingkat Ahli agar dapat memahami tentang komunikasi yang efektif serta dapat menerapkannya dalam kegiatan penyuluhan perikanan. Hal-hal pokok yang dibahas meliputi: Pengertian dan tujuan komunikasi dalam penyuluhan perikanan; Unsur-unsur komunikasi; Proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan; Adopsi dan difusi inovasi dalam penyuluhan perikanan.
C. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari seluruh isi modul ini peserta diharapkan dapat memahami tentang komunikasi yang efektif serta dapat menerapkannya dalam kegiatan penyuluhan perikanan.
D. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari seluruh isi modul ini peserta diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian dan tujuan komunikasi dalam penyuluhan perikanan;
b. Menjelaskan unsur-unsur komunikasi
c. Menjelaskan dan menerapkan proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan; dan
d. Menjelaskan dan menerapkan proses adopsi dan difusi inovasi dalam penyuluhan perikanan.
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
1. Pengertian dan tujuan komunikasi dalam penyuluhan perikanan
a. Pengertian komunikasi
b. Tujuan komunikasi
2. Unsur-unsur komunikasi
a. Komunikator
b. Pesan
c. Saluran/media
d. Sasaran/penerima/komunikan
e. Dampak/efek/feedback
3. Proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan
a. Model/bentuk komunikasi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi dari komunikasi
c. Karakteristik Saluran Komunikasi
d. Karakteristik Media
e. Tahapan komunikasi
f. Komunikasi yang Efektif
4. Proses Adopsi dan difusi inovasi dalam penyuluhan perikanan
a. Proses adopsi inovasi
b. Proses difusi inovasi
c. Penggolongan adopter
F. Waktu
1 Teori : 4 JP
2 Praktek : 6 JP
3 Total JP : 10 JP
G. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah :
1 Ceramah
2 Diskusi / Tanya Jawab
3 Simulasi dan Praktek
4 Studi Kasus
H. Media/Sarana Pembelajaran
Media/sarana pembelajaran yang digunakan adalah :
1 Laptop dan Proyektor LCD
2 White board dan Spidol
3 Kertas koran
4 Bahan Tayang
I. Petunjuk Penggunaan Modul
Anda sebagai peserta Diklat, dan agar dalam proses pembelajaran mata Diklat ini dapat berjalan lebih lancar, dan tujuan pembelajaran tercapai secara baik, Anda kami sarankan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Bacalah secara cermat, dan pahami tujuan pembelajaran ( indikator keberhasilan ) yang tertulis pada setiap awal pembelajaran,
2. Pelajari setiap materi pembelajaran secara berurutan,
3. Kerjakan secara sungguh-sungguh dan tuntas setiap tugas latihan pada setiap akhir pembelajaran,
4. Keberhasilan proses pembelajaran dalam mata pelajaran ini tergantung pada kesungguhan Anda. Untuk itu, belajarlah secara mandiri dan seksama. Untuk belajar mandiri, Anda dapat melakukannya seorang diri, berdua atau berkelompok dengan peserta Diklat lain yang memiliki pandangan yang sama dengan Anda dalam penguasaan materi pembelajaran yang baik, dan
5. Anda disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain, seperti yang tertera pada Daftar Pustaka pada akhir modul ini, dan jangan segan-segan bertanya kepada Widyaiswara yang mengampu mata Diklat ini.
Baiklah, selamat belajar ! Semoga Anda sukses menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diuraikan dalam mata pelajaran ini dalam upaya mendalami modul yang baik, dan memadai untuk memenuhi kebutuhan Anda sebagai peserta.
BAB II
PENGERTIAN DAN TUJUAN KOMUNIKASI
DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
A. Pengertian Komunikasi
Penyuluhan Perikanan merupakan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kapasitas kemampuan para pelaku utama dan pelaku usaha perikanan untuk mengorganisasikan dirinya dalam mengembangkan bisnis perikanan, untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, dengan tetap memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang – Undang No. 16 Tahun 2006). Untuk keberhasilan proses penyuluhan perikanan maka diperlukan komunikasi antara penyuluh dan sasaran penyuluhan. Manusia melakukan komunikasi karena:
1. Manusia sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesamanya dan dilakukan melalui komunikasi
2. Keinginan dan upaya manusia untuk mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan.
3. Upaya manusia untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain.
4. Upaya manusia untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dalam masyarakat.
Beberapa pengertian mengenai komunikasi dalam penyuluhan, antara lain :
1. Pengiriman atau tukar menukar informasi, ide.
2. Proses lewatnya informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
3. Proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti
4. Proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang dalam .
5. Proses dimana suatu ide dialirkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka .
6. Proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan mengggunakan media dan cara penyampaian informasi yang dipahami oleh kedua pihak serta saling memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolis (Marpaung dan Renaldi, 2001)
7. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Onong Uchjana Effendy)
8. Komunikasi sebagai kombinasi skill, science dan art
9. Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin “communicatus” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.
10.Komunikasi merupakan suatu proses yang dilakukan individu dalam hubungannya dengan individu lainnya, atau individu dalam kelompok, organisasi maupun dalam masyarakat guna menciptakan, mengirimkan dan menggunakan serta mempertukarkan informasi untuk mengkoordinasikan lingkungannya dan orang lain.
11.Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan dari seseorang (sumber, penyuluh) kepada orang lain (penerima, sasaran, pelaku utama/pelaku usaha) secara timbal balik (two-way traffic communication). Hal ini didukung oleh beberapa pendapat para ahli antara lain:
a. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”
b. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego
Dari berbagai definisi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalam melihat komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda.Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu yang bersifat multi-disipliner. Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ;
1. Komunikasi adalah suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.
Berdasarkan sifat dari komunikasi maka ada beberapa macam sebagai berikut:
1. Komunikasi bersifat simbolis
Maksudnya: Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
2. Komunikasi bersifat transaksional
Maksudnya: Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.
3. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
Maksudnya: Para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi.
Di dalam kegiatan penyuluhan perikanan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality). Perilaku (behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan kepribadian (personality) meliputi kemandirian, ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta posisi tawarnya (bargaining position)
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa didalam proses pembelajaran dalam diri sendiri adanya proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:
1. Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh dalam memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu mencari pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahan mereka, komunikasi ini sifatnya mengajak dengan menyajikan alternatif-alternatif pemecahan masalah, namun keputusan tetap pada sasaran.
2. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wenang” kepada pelaku utama dan pelaku usaha serta mendudukkannya sebagai “subyek” dalam proses pembangunan perikanan, bukan sebagai “obyek”, sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk a) Berpartisipasi; b) Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal; c) Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan keputusan; dan d) Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasil pembangunan perikanan.
3. Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran (pelaku utama maupun pelaku usaha). Proses pertukaran informasi timbal-balik ini mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahanya.
Perubahan perilaku pelaku utama beserta keluarganya sebagai efek dari proses komunikasi adalah merupakan tujuan yang dikehendaki oleh para penyuluh perikanan dalam melaksanakan proses komunikasi dengan pelaku utama dan keluarganya. Untuk mencapai tujuan tersebut penyuluh perikanan harus mampu menyesuaikan tingkatan komunikasi yang dapat mempengaruhi pelaku utama dan keluarganya agar menghasilkan respons sesuai harapan, artinya antara penyuluh dan pelaku utama dalam berkomunikasi harus memiliki kemampuan bahasa yang sama agar terjadi hubungan pengertian dalam berkomunikasi. Kondisi ini akan memberikan efek sesuai dengan tujuan komunikasi.
B. Tujuan Komunikasi
Dipandang dari segi manfaat atau keuntungan, komunikasi dapat memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah:
1. Informatif
Memberi informasi pendekatan pada pikiran. Pada komunikasi secara informatif, Informasi-informasi yang disampaikan harus factual dan objektif. Memberikan informasi (pendekatan pada pikiran: gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya).
2. Persuasif
Menggugah perasaan orang seperti, senang, suka dan tidak suka. Dalam penyuluhan perikanan perlu untuk mengetahui perbedaan dari penerapan teknologi baru yang merupakan hasil kerja pikiran maupun akibat karena perasaan. Pikiran seseorang bersifat obyektif, sedangkan perasaan bersifat subyektif. Juga dalam pengadilan, perbedaan kedua hal tersebut sangat penting, hakim berusaha untuk membedakan antar tindakan atau perbuatan yang disebabkan perasaan dan tindakan atau perbuatan yang disebabkan oleh pikiran. Menggugah perasaan (pendekatan pada emosi: keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain-lain).
3. Entertainment/menghibur
Bertujuan untuk menghibur orang, misalnya seorang membuat dagelan atau lelucon bertujuan agar orang lain mempunyai perasaan gembira. Dalam komunikasi penyuluhan perikanan tujuan ini sering dianggap perlu dengan maksud agar sasaran (pelaku utama beserta keluarganya) memiliki perasaan gembira dan tidak bosan dalam mendengarkan segala informasi yang disampaikan oleh para penyuluh.
Proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan bertujuan untuk menarik perhatian, menggugah hati dan perasaan, meyakinkan serta memotivasi sasaran agar mau melakukan tindakan atau perubahan-perubahan untuk pengembangan usahanya, peningkatan produktivitas dan kesejahteraannya serta peningkatan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Menghibur komunikan, membuat mereka senang, tidak bersikap apatis maupun pesimis.
4. Mengubah sikap/perilaku (to change the behavior)
5. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
6. Mengubah masyarakat (to change the society)
C. Rangkuman
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Tujuan komunikasi berupa: (1) informative; (2) persuasive; (3) entertainment/menghibur; (4) mengubah sikap/perilaku; (5) mengubah opini/pendapat/pandangan; dan (6) mengubah masyarakat.
D. Latihan
1. Jelaskan pengertian komunikasi?
2. Peragakan cara berkomunikasi dengan tujuan untuk persuasif !!
3. Peragakan cara mengawali dan mengakhiri komunikasi dihadapan kelompok pelaku utama !!
BAB III
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
A. Komunikator/sumber informasi
Sumber komunikasi adalah pihak yang mengirim pesan atau informasi. Dalam penyuluhan sumber ini bisa penyuluh atau agen pembaharu.
Beberapa hal yang harus dimiliki sumber informasi untuk keberhasilan dalam komunikasi :
1. Sikap, tampilan, dan etika
Komunikator/sumber informasi yang baik adalah seseorang yang mempunyai sikap yang baik, artinya mampu menempatkan diri sesuai dengan kondisi sasaran. Selain itu mempunyai tampilan yang menarik sehingga sasaran akan tertarik untuk menerima pesan yang akan kita berikan. Hal yang tidak kalah penting seorang komunikator harus mempunyai etika yang mampu menyampaikan pesan dengan baik sesuai dengan aturan/etika yang berlaku di daerah sasaran.
2. Menguasai Pesan
Komunikator yang baik harus menguasai pesan yang akan diberikan ke sasaran. Penguasaan pesan bisa didapat dengan mempelajari terlebih dahulu materi/pesan yang akan disampaikan.
3. Menguasai metode penyampaian
Komunikator yang baik adalah yang menguasai teknik berbicara dalam mengungkapkan buah pikirannya dan cakap membangkitkan minat dan menarik perhatian sasaran serta mampu menyajikannya dengan baik.
4. Tidak menggurui, mendikte dan tidak menekan
Proses penyampaian pesan oleh sumber informasi sebaiknya tidak menggurui, mendikte dan menekan yaitu dengan mensejajarkan posisi sasaran dalam komunikasi tersebut dengan komunikator, menjadikan sasaran sebagai mitra berkomunikasi akan lebih memperlancar proses penyampaian pesan/informasi.
5. Menguasai sistem sosial setempat
Komunikator/sumber informasi yang baik adalah komunikator yang mampu menguasai sistem sosial setempat, artinya dalam menyampaikan pesan terlebih dahulu dipelajari kebiasaan atau sifat-sifat dari sasaran/masyarakat.
B. Pesan
Pesan merupakan informasi yang ditujukan kepada penerima. Dalam penyuluhan perikanan pesan ini dapat berupa materi penyuluhan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penyampaian pesan sebagai berikut ;
1. Pesan yang digunakan didasarkan pada kebutuhan sasaran.
Penyampaian pesan kepada sasaran sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan, untuk mengetahui kebutuhan sasaran terlebih dahulu dilakukan identifikasi
2. Tidak bertentangan dengan budaya setempat
Pesan/informasi yang akan disampaikan kepada sasaran harus disesuaikan dengan kebiasaan dan tidak bertentangan dengan budaya setempat. Sehingga pesan/informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh sasaran yang akan berdampak pada perilaku dan kepribadian sasaran.
3. Mudah diterapkan dan dilaksanakan
Pesan/informasi yang akan disampaikan sebaiknya berisi mengenai hal-hal yang mudah diterapkan dan dilaksanakan oleh sasaran, sehingga dampak yang diharapkan mampu mengubah perilaku dan kepribadian sasaran.
4. Ekonomis
Pesan/informasi yang disampaikan merupakan hal-hal yang mudah dimengerti dan mudah didapat oleh sasaran.
C. Saluran/Media
Media/saluran pada unsur komunikasi merupakan alur yang dilalui pesan yang disampaikan sumber pesan kepada penerima pesan. Saluran adalah jalan yang dilalui pesan yang disampaikan sumber kepada penerima. Saluran meliputi penggunaan metoda dan teknik serta penggunaan media yang relevan dengan tujuan, sasaran serta sifat pesannya. Pada umumnya semakin banyak indera yang distimuli melalui berbagai media semakin efektif proses komunikasi dalam penyuluhan. Penggunaan metoda, teknik dan media penyuluhan perikanan selain untuk meningkatkan pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan, untuk mendorong aktivitas dan kreativitas sasaran serta tumbuhnya rasa percaya diri.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan saluran/media komunikasi, sebagai berikut :
1. Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan (TV, radio).
2. Kebutuhan pemilihan memori/pesan yang disampaikan tetap diinga (billboard, majalah).
3. Jangkauan khalayak yang selektif (surat kabar,majalah).
4. Jangkauan khalayak lokal (radio lokal, bioskop).
5. Frekwensi penyampaian tinggi (radio).
6. Karakteristik Kreatif
a. Kebutuhan gerak (TV, film, iklan).
b. Kebutuhan warna (TV, film, majalah).
c. Kebutuhan suasana (radio, TV, fim).
d. Kebutuhan demonstrasi ( TV, film).
e. Kebutuhan deskripsi, bila pesan perlu uraian yang komprehensif, sistematis, rinci (surat kabar, majalah, brosur leaflet).
7. Tingkat efektivitas penyerapan materi oleh panca indra
a. Pengecap 1%,
b. Peraba 1,5%,
c. Penciuman 3%,
d. Pendengaran 11%,
e. Penglihatan 83%
D. Sasaran/Penerima/Komunikan
Penerima adalah pihak yang menerima pesan-pesan atau informasi, yaitu pihak yang diharapkan akan berubah baik perilaku maupun kepribadiannya. Dalam penyuluhan perikanan penerima atau sasaran adalah pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya.
Beberapa hal yang harus dipertimbangan dari sisi penerima pesan, sebagai berikut:
1. Sesuai kebutuhan
Proses penyampaian pesan/informasi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan komunikan, sehingga diharapkan dengan sesuainya pesan/informasi yang dibutuhkan oleh komunikan dapat merubah perilaku maupun kepribadian sasaran. Sehingga pesan yang disampaikan akan bermanfaat bagi sasaran.
2. Kesejajaran posisi dalam penyampaian pesan
Dalam proses komunikasi adanya kesejajaran antara komunikator dengan komunikan akan berpengaruh pada kelancaran proses komunikasi sendiri. Keberadaan komunikan akan merasa dihormati sehingga komunikan akan lebih mudah dalam menyampaikan pesan/informasi.
E. Dampak/Efek/Feedback
Dampak/Efek/Feedback pada komunikasi merupakan respon penerima terhadap pesan-pesan yang diterima dan merupakan umpan balik (feedback) bagi komunikator /sumber atas pesan-pesan yang disampaikan. Efek komunikasi berupa perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada sasaran akibat dari proses komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan menyangkut perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), serta perubahan kepribadian sasaran (kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan lain sebagainya). Efek komunikasi ada yang langsung bisa diketahui, misalnya perubahan pengetahuan dan keterampilan, tetapi adapula yang tidak langsung artinya perlu waktu yang lama seperti perubahan sikap dan kepribadian. Pada komunikasi dua arah (two way trafficts communication) komunikator bisa memperoleh umpan balik secara langsung dibanding komunikasi yang searah.
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality). Perilaku (behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan kepribadian (personality) meliputi kemandirian, ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta posisi tawarnya (bargaining position).
F. Rangkuman
Unsur-unsur komunikasi terdiri dari: (1) Komunikator/sumber informasi; (2) Pesan atau esensi komunikasi (content/message); (3) Saluran/Media; (4) Komunikan/penerima informasi; dan (5) Dampak/Efek/Feedback.
G. Latihan
1. Gambarkan unsur-unsur komunikasi dan jelaskan kaitannya dalam pelaksanaan penyuluhan perikanan?
2. Peragakan anda sebagai sumber untuk menyampaikan pesan kepada kelompok pelaku utama perikanan !
3. Berikan kriteria keberhasilan komunikasi yang anda lakukan berdampak/effek positif pada kelompok pelaku utama perikanan !
BAB IV
PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
A. Model/Bentuk Komunikasi
Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam:
1. Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media), dalam hal ini terbagi atas:
a. Komunikasi vertikal : terjadi antara bawahan terhadap atasan atau sebaliknya dalam konteks laporan atau menyampaikan hasil suatu kegiatan
b. Komunikasi horizontal : terjadi sesama pejabat atau staf dalam konteks diskusi bekerjasama dalam menyelesaian suatu kegiatan
c. Komunikasi top down : terjadi pada saat pimpinan suatu instansi atau unit kerja memberikan pengarahan, bimbingan dan pertemuan dimana atasan memiliki informasi yang layak dan patut diketahui oleh bawahan
d. Komunikasi botom-up : interaksi yang terjadi bawahan dengan atasan dalam beberapa konteks pekerjaan
e. Komunikasi internal : komunikasi antara pejabat maupun staf dalam satu lingkup instansi atau organisasi.
f. Komunikasi eksternal : segala bentuk interaksi yang terjadi antara individu atau instansi dengan instansi lainnya.
2. Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu, umumnya menggunakan media bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, dll, bahan tertayang: film. Umumnya model komunikasi demikian dicirikan antara lain:
a. Tidak ada tanya jawab
b. Pesan harus jelas dan tepat dan menarik
c. Media penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah dipahami oleh sasaran penyuluhan
3. Sasaran komunikan/penerima melalui Panca Indra
a. Indra penglihatan, misalnya bahan cetakan, album foto, slide tanpa suara; yang hanya dapat digunakan untuk sasaran penyuluhan yang dapat melihat.
b. Indra pendengaran, misalnya Radio, yang hanya pemutaran tape recorder, obrolan sore; dapat digunakan jika sasaran penyuluhan tidak mengalami gangguan pendengaran.
c. Kombinasi indra penerima, misalnya demontrasi cara/hasil, pemutaran film dan tv ; merupakan kombinasi antara indra (Audio Visual Aids).
Secara garis besar model/bentuk komunikasi dilihat dari segi pesan yang digunakan terbagi kedalam:
1. Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Cansandra L. Book (1980), dalam Mulyana (2005), mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.
2. Pesan Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.Jalaludin (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut: (1) Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; (2) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan; (3) Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; (4) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: (a) Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; (b) Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; (c) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
b. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
c. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
d. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
e. Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
Mark L. Knapp dalam Jalaludin (1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Mulayana (2005), menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:
a. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banyak ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).
B. Komunikasi yang Efektif
Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Sebenarnya, ini hanyalah salah satu ukuran bagi efektifitas komunikasi. Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Bila S adalah pengirim atau sumber pesan dan R penerima pesan, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap bila respons yang diinginkan S dan respons yang diberikan R identik (Goyer, 1970) dalam Mulyana (2005).
R = makna yang ditangkap penerima = 1
S makna yang dimaksud pengirin
Bagaimana cara mengukur keefektifan komunikasi? Kita tidak dapat menilai keefektifam komunikasi yang kita lakukan bila apa yang kita maksudkan tidak jelas, kita harus benar-benar tahu apa yang kita inginkan. Lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan.
Beberapa kriteria yang menandai keberhasilan komunikasi adalah berupa:
1. Kepercayaan penerima pesan (komunikan) terhadap komunikator serta keterampilan komunikator berkomunikasi (menyajikan isi komunikasi sesuai tingkat nalar komunikan)
2. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan komunikan.
3. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antar komunikator dan komunikan
4. Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan perhatian komunikan akan kebutuhannya atas pesan yang diterima
5. Setting komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan dan menantang)
6. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media yang sesuai dengan jenis indera penerima pesan).
C. Tahapan komunikasi
Tahapan dalam komunikasi adalah berupa:
1. Pola komunikasi antar pribadi secara umum dimulai dari tahap superfisial (dasar) sampai tahap akrab (intim)
2. Perubahan dari tahap umum kepada tahap intim membutuhkan waktu yang relatif tidak sama kepada setiap orang
3. Tahap interaksi bidang kepribadian umum (public area) : individu berusaha menghindari konflik, sedikit evaluasi diri, hubungan disesuaikan dengan norma sosial pada situasi tersebut
4. Tahap pertukaran eksplorasi (exploratory exchange): pola komunikasi mencakup pengembangan kepribadian umum (publik) dan mulai membuka aspek kepribadian khusus, mulai akrab, rileks dan mengarah pada saling kenal.
5. Tahap pertukaran interaksi sosial efektif (effective interaction) : pola komunikasi mengarah kepada persahabatan akrab, hubungan mengarah romantis, bebas, banyak menggunakan kesadaran diri, masih keengganan untuk membuka keintiman. Komunikasi terfokus pada saling belajar dari satu sama lain.
6. Tahap hubungan stabil (stable exchange stage): pola komunikasi mengarah kepada keterbukaan umum pribadi dalam semua tingkat baik yang bersifat umum dan pribadi. Komunikasi verbal dan non-verbal dalam tahap ini berorientasi lingkungan dan mulai memiliki tahap emosi yang efektif terhadap lawan bicara.
D. Rangkuman
Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam: (1) Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media); dan (2) Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu (bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, bahan tertayang, film dan lain-lain).
Keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada pihak komunikator (sumber), tetapi juga tergantung dari receptor. Walaupun pihak komunikator telah memenuhi persyaratan, akan tetapi bila pihak receptor kurang memenuhi maka hasil komunikasi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Tahapan dalam komunikasi adalah berupa: (1) Pola komunikasi antar pribadi secara umum dimulai dari tahap superfisial (dasar) sampai tahap akrab (intim); (2) Perubahan dari tahap umum kepada tahap intim membutuhkan waktu yang relatif tidak sama kepada setiap orang; (3) Tahap interaksi bidang kepribadian umum (public area); (4) Tahap pertukaran eksplorasi (exploratory exchange); (5) Tahap pertukaran interaksi sosial efektif (effective interaction); dan (6) Tahap hubungan stabil (stable exchange stage).
E. Latihan
1. Jelaskan tentang tingkat efektivitas penyerapan materi oleh panca indra?
2. Peragakan masing-masing model/bentuk komunikasi dalam penyuluhan perikanan?
3. Peragakan cara komunikasi terhadap pelaku utama, sehingga komunikasi yang anda lakukan dianggap berhasil !
BAB V
PROSES ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI
DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
A. Proses Adopsi Inovasi
1. Konsep Adopsi Bahlen
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar (awreness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi ( adoption).
a. Tahap sadar: sasaran telah mengetahui informasi tetapi informasi tersebut dirasa kurang.
b. Tahap minat: sasaran mencari informasi atau keterangan lebih lanjut mengenai informasi tersebut.
c. Tahap menilai: sasaran sudah menilai dengan cara value/bandingkan inovasi terhadap keadaan dirinya pada saat itu dan dimasa yang akan datang serta menentukan apakah pelaku utama sasaran mencoba inovasi atau tidak.
d. Tahap mencoba: sasaran sudah mencoba meskipun dalam skala kecil untuk menentukan angka dan kesesuaian inovasi atau tidak.
e. Tahap adopsi/menerapkan: sasaran sudah meyakini kebenaran inovasi dan inovasi tersebut dirasa bermanfaat baginya. Pada tahap ini pelaku utama sasaran menerapkan dalam jumlah/skala yang lebih besar.
Konsep adopsi digunakan secara meluas oleh peneliti dan penyuluh. Meskipun demikian model adopsi mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
a. Tidak semua proses tersebut di atas diakhiri dengan tahap adopsi, adakalanya berupa penolakan terhadap adopsi.
b. Kelima tahap di atas terjadi tidak selalu berurutan.
c. Suatu proses adopsi pada tahap akhir akan diikuti dengan konfirmasi yaitu dengan cara mencari lebih lanjut untuk memperkokoh keputusannya (terus mengadopsi ) atau menerapkan inovasi lainnya (menolak)
2. Konsep Adopsi Rogers dan Schoemaker
Rogers dan Schoemaker (1992) menjelaskan bahwa proses adopsi dapat terjadi melalui 4 (empat) tahapan yaitu : tahap mengetahui (knowledge), persuasif (persuasive), mengambil keputusan (decision) dan konfirmasi (confirmation) yang selanjutnya diklasifikasikan menjadi empat tahap yaitu :
a. Tahap mengetahui : pelaku utama sasaran sudah mengetahui adanya inovasi dan mengerti bagaimana inovasi itu berfungsi.
b. Tahap Persuasi : pelaku utama sasaran sudah membentuk sikap terhadap inovasi yaitu apakah inovasi tersebut dianggap sesuai ataukah tidak sesuai bagi dirinya.
c. Tahap Keputusan : pelaku utama sasaran sudah terlibat dalam pembuatan keputusan yaitu apakah menerima atau menolak inovasi.
d. Tahap Konfirmasi:pelaku utama sasaran mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Mungkin pada tahap ini pelaku utama sasaran mengubah keputusan untuk menolak inovasi yang telah di adopsi sebelumnya.
3. Konsep Proses Adopsi Kellogg.
Model Adopsi Kellogg menyebutkan bahwa pada proses adopsi khususnya teknologi perikanan dapat dilakukan melalui beberapa langkah agar pelaku utama bersedia menerima/mengadopsi teknologi tersebut. Model adopsi meliputi (4) empat tahap yaitu diagnosis, perencanaan dan rekayasa teknologi adaptif, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha dan percobaan antar lokasi dan diseminasi.
a. Pada tahap pertama, penentuan wilayah sasaran dan mendiagnosis situasi pelaku utama. Pada umumnya wilayah sasaran diusahakan mempunyai karkteristik agroklimate yang relatif homogen. Penyuluh perikanan dapat mengidentifikasi wilayah sasaran lebih baik dibandingkan peneliti.
b. Tahap kedua, merencanakan dan merekayasa teknologi adaptif dengan menggunakan informasi yang diperoleh pada tahap pertama. Berdasarkan informasi ini, dapat dibuat perencanaan dan rekayasa teknologi yang sesuai dengan kondisi lapangan.
c. Tahap ketiga, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha. Hasil penelitian yang diperoleh dari eksperimen sebelumnya dapat diuji dan diverifikasi di tingkat usaha. Sasaran akan bersedia mengadopsi teknologi/Introduksi teknologi apabila teknologi tersebut memiliki keunggulan dibanding dengan teknologi sebelumnya, juga hasilnya dilihat sendiri oleh pelaku utama sebagai sasaran.
d. Tahap keempat, selama proses pengujian dan verifikasi di tingkat usaha pasti terjadi percobaan di lahan usaha yang dilakukan pelaku utama perikanan. Hal ini mengindikasikan bahwa pilihan teknologi sudah dilakukan pelaku utama dan diharapkan terjadi perbaikan teknik budidaya yang signifikan. Hubungan antara tahap dalam proses komunikasi dengan proses adopsi serta metode penyuluhan tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan antara metode penyuluhan, tahap komunikasi dan tahap adopsi
Metode Penyuluhan
Tahap-tahap Komunikasi
Tahap-tahap Adopsi
Metode Perorangan
Menggerakkan Usaha
Adopsi
Metode Kelompok
Meyakinkan
Percobaan
Membangkitkan Keinginan
Penilaian
Metode Massal
Menggugah Hati
Minat
Menaruh Perhatian
Kesadaran
Dengan mempelajari model adopsi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1 dan membandingkan satu dengan lainnya, diketahui bahwa model adopsi Bahlen memilki kelemahan dalam proses adopsi yaitu tidak selalu diakhiri dengan tahap adopsi. Adakalanya pelaku utama menolak inovasi yang yang diintroduksikan.
Model adopsi Rogers dan Schoemaker digunakan untuk mengatas keterbatasan model adopsi Bohlen tersebut. Rogers dan Schoemaker (1983) mengatakan bahwa tingkat adopsi dipengaruhi oleh lima (5) faktor yaitu :
a. Tipe keputusan adopsi inovasi
b. Atribut yang terkandung dalam inovasi
c. Karakteristik system sosial pelaku utama dan/pelaku usaha sebagai sasaran
d. Karakteristik saluran komunikasi yang digunakan
e. Usaha yang dilakukan penyuluh untuk meyakinkan pelaku utama dan/pelaku usaha sebagai sasaran.
B. Proses Difusi Inovasi
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penyuluhan perikanan adalah terjadinya proses perubahan masyarakat (sasaran penyuluhan) yang berdaya. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada masyarakat agar tahu, mau, dan mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya.
Perubahan sosial yang direncanakan pada proses penyuluhan sangat rumit yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu : invensi, difusi, dan konsekuensi-konsekuensi invensi merupakan kegiatan perubahan atau pengembangan inovasi baru.
Difusi merupakan proses penyebaran inovasi dari seorang yang telah mengadopsi inovasi kepada orang lain dalam masyarakat. Konsekuensi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat adanya adopsi atau penolakan terhadap suatu inovasi.
Penyuluhan perikanan menitikberatkan perubahan sosial jangka pendek yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan difusi inovasi dan mengarahkan perubahan dalam masyarakat. Difusi inovasi dapat dipandang sebagai proses komunikasi khusus. Pada difusi inovasi, sumber pesan dapat berupa penemu, penyuluh perikanan dan stakeholder. Perubahan secara praktis yang diharapkan adalah pengetahuan, sikap dan prilaku, faktor yang mendorong dan menghambat perubahan.
Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota suatu sistem sosial. Dengan patokan bahwa sumber inovasi asalnya dari lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi yaitu Model Top Down, Model Feed Back dan Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama.
1. Model Difusi Top Down
Model Difusi Top Down dikembangkan berdasarkan penelitian di India, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan sekolah, laboratorium dan stasiun percobaan. Model top down difusion sebagai model penyuluhan perikanan konvensional. Pada model ini peneliti melakukan penelitian di laboratorium maupun stasiun penelitian dan menghasilkan rekomendasi yang disebarluaskan pada seluruh pelaku utama.
2. Model Feed-Back
Model ini dikembangkan oleh Benor dan Horison . Model ini dikenal sebagai trainning and visit system atau di Indonesia di sebut sistem latihan dan kunjungan (sistem laku). Model ini selanjutnya dibukukan dengan judul “Agricultural Eftension The Training and Visit System”. Model feed back dianggap sebagai perbaikan model Top Drown yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara peneliti dan penyuluh. Model feed-back menjadi popular dan berkembangnya Farming System Research yang mengaitkan penelitian ditingkat usaha kedalam metode penelitian.
3. Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama pada awalnya dikembangkan berupa difusi farmer back to farmer. Model ini mengasumsikan bahwa penelitian harus dimulai dan diakhiri di tingkat sasaran. Hal ini berarti bahwa pelaku utama (sasaran) harus dilibatkan secara aktif sebagai anggota tim pemecahan masalah di lapangan. Pelaku utama/pelaku usaha dengan pengalaman jangka panjangnya mengetahui kondisi usahanya, kondisi sosial, ekonomi, teknis, keadaan pasar dan lain sebagainya.
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama mengandung beberapa siklus kegiatan dan masing-masing kegiatan ini berusaha mencapai tujuan tertentu.
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama ini dapat diawali dengan eksperimen sederhana dan diakhiri survey di tingkat pelaku utama. Kunci perbedaannya dengan model difusi yang lain adalah fleksibilitas dan penelitian di tingkat pelaku utama untuk mengindentifikasikan sumber daya yang dimilikinya.
C. Penggolongan Adopter
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka dikenal 5 (lima) golongan adopter yaitu :
1. Inovator (golongan perintis dan pelapor)
Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam masyarakat. Karakteristik golongan ini antara lain: gemar, mencoba, inovasi dan rata-rata pada masyarakatnya pada umumnya berpartisipasi aktif dalam penyebarluasan inovasi.
2. Early Adopter (golongan penyetrap dini)
Golongan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, gemar membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi non lahan yang relative komplit.
3. Early Mayority (golongan Penyetrap awal)
Golongan ini pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rata-rata seperti anggota masyarakat lainnya, dapat menerima inovasi selama inovasi tersebut memberikan keuntungan kepadanya.
4. Late Mayority (golongan Penyetrap akhir)
Golongan ini pada umumnya berusia lanjut dan memilki tingkat pendidikan rendah, status sosial ekonominya sangat rendah dan lambat menerapkan inovasi.
5. Laggard (Golongan Penolak)
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta huruf, status sosial eknominya sangat rendah, tidak suka terhadap perubahan-perubahan.
Tabel 2. Karkteristik sosial ekonomi pada berbagai kategori adopter.
Variabel
Inovator
Early Adaptor
Early Mayority
Late Mayority
Laggard
Umur
Setengah Umur
Muda
Setangah Umur tua
Muda sampai tua
Tua
Pendidikan
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah Sekali
Ekonomi
Baik
Baik
Sedang sampai baik
Kurang
Kurang sekali
Status Sosial
Tinggi
Sedang
Sedang sampai baik
rendah
Paling rendah
Pola Hubungan
Kosmopolit
Kosmopolit
Cendrung Lokalita
Lokalita
Sangat lokalita
Dengan melihat uraian di atas maka perbandingan karakteristik sosial ekonomi dari kategori adopter ditinjau dari aspek kecepatan manerapkan inovasi secara sederhana sebagaimana tertera pada Tabel 2.
D. Rangkuman
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar (awreness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi ( adoption).
Difusi merupakan proses penyebaran inovasi dari seorang yang telah mengadopsi inovasi kepada orang lain dalam masyarakat. Konsekuensi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat adanya adopsi atau penolakan terhadap suatu inovasi.
Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota suatu sistem sosial. Dengan patokan bahwa sumber inovasi asalnya dari lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi yaitu Model Top Down, Model Feed Back dan Model Difusi Pelaku Utama.
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka dikenal 5 (lima) golongan adopter yaitu: (1) Inovator (golongan perintis dan pelapor); (2) Early Adopter (golongan penyetrap dini); (3) Early Mayority (golongan Penyetrap awal); (4) Late Mayority (golongan Penyetrap akhir); dan (5) Laggard (Golongan Penolak).
E. Latihan
Sebutkan dan jelaskan salah satu konsep adopsi dan aplikasinya dalam penyuluhan?
Sebutkan dan jelaskan salah satu model difusi dan aplikasinya dalam penyuluhan?
Sebutkan langkah-langkah dalam menghadapi kelompok laggard?
BAB VI
PENUTUP
Modul Komunikasi dalam Penyuluhan Perikanan Tingkat Ahli ini menguraikan tentang Pengertian dan Tujuan Komunikasi dalam Penyuluhan Perikanan, Unsur-Unsur Komunikasi dan Proses Adopsi dan Difusi dalam Penyuluhan Perikanan.
Demikianlah paparan Modul Komunikasi dalam Penyuluhan Perikanan yang telah kami tuangkan didalam modul ini, semoga dapat menambah kajian dan pemahaman para peserta diklat, dalam rangka memberikan keseragaman terhadap warna pengajaran pada diklat jabatan fungsional ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan kami dalam menyajikan modul ini, untuk itu kami mengharapkan koreksi seperlunya, guna kesempurnaan dalam penulisan modul ini, akhirnya kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terkait langsung dalam penulisan modul ini, mudah-mudahan kehadiran modul ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
KUNCI JAWABAN
BAB II
1. Pengertian komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan dari seseorang (sumber, penyuluh) kepada orang lain (penerima, sasaran, pelaku utama/pelaku usaha) secara timbal balik (two-way traffic communication). Hal ini didukung oleh beberapa pendapat para ahli antara lain:
Menggugah perasaan (pendekatan pada emosi: keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain-lain).
BAB III
1 Secara umum unsur-unsur komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Komponen Tersebut Harus Ada Apabila Tidak
lengkap dan Tidak Jelas -> Komunikasi
Tidak Berhasil
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality)
2 Sebagai sumber harus memperhatikan
a. Sikap, tampilan, etika
b. Sebagai sumber informasi
c. Menguasai Pesan
d. Menguasai metode penyampaian
e. Tidak menggurui, mendikte dan tidak menekan
f. Menguasai sistem sosial setempat
Apabila salah satu dari hal diatas belum dimiliki oleh sumber maka pesan yang disampaikan belum berhasil
3 Sasaran memperlihatkan perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dan perubahan kepribadian (kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan lain sebagainya)
BAB III
1. Secara umum unsur-unsur komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Komponen Tersebut Harus Ada Apabila Tidak
Lengkap dan Tidak Jelas -> Komunikasi
Tidak Berhasil
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality)
2. Sumber komunikasi adalah pihak yang mengirim pesan atau informasi. Dalam penyuluhan sumber ini bisa penyuluh atau agen pembaharu.
3. Dampak/Efek/Feedback pada komunikasi merupakan respon penerima terhadap pesan-pesan yang diterima dan merupakan umpan balik (feedback) bagi komunikator /sumber atas pesan-pesan yang disampaikan. Efek komunikasi dalam penyuluhan berupa perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada sasaran akibat dari proses komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan menyangkut perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), serta perubahan kepribadian sasaran (kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan lain sebagainya).
BAB IV
1. Tingkat efektivitas penyerapan materi oleh panca indra:
a. Pengecap 1%,
b. Peraba 1,5%,
c. Penciuman 3%,
d. Pendengaran 11%,
e. Penglihatan 83%
2. Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam:
a. Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media)
b. Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu (bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, dll) (bahan tertayang: film)
1) Tidak ada tanya jawab
2) Pesan harus jelas dan tepat dan menarik
3) Media penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah dipahami oleh sasaran penyuluhan
3. Beberapa kriteria yang menandai keberhasilan komunikasi adalah berupa:
a. Kepercayaan penerima pesan (komunikan) terhadap komunikator serta keterampilan komunikator berkomunikasi (menyajikan isi komunikasi sesuai tingkat nalar komunikan)
b. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan komunikan.
c. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antar komunikator dan komunikan
d. Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan perhatian komunikan akan kebutuhannya atas pesan yang diterima
e. Setting komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan dan menantang)
f. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media yang sesuai dengan jenis indera penerima pesan).
BAB V
1. Model Adopsi Kellogg menyebutkan bahwa pada proses adopsi khususnya teknologi perikanan dapat dilakukan melalui beberapa langkah agar pelaku utama bersedia menerima/mengadopsi teknologi tersebut. Model adopsi meliputi (4) empat tahap yaitu diagnosis, perencanaan dan rekayasa teknologi adaptif, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha dan percobaan antar lokasi dan diseminasi.
Penerapan tahapan dalam model adopsi ini dalam penyuluhan perikanan sering ditemui pada pelaksanaan uji coba teknologi spesifik lokasi.
2. Salah satu model difusi adalah Model Feed-Back
Model ini dikembangkan oleh Benor dan Horison . Model ini dikenal sebagai trainning and visit system atau di Indonesia di sebut sistem latihan dan kunjungan (sistem laku). Model ini selanjutnya dibukukan dengan judul “Agricultural Eftension The Training and Visit System”. Model feed back dianggap sebagai perbaikan model Top Drown yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara peneliti dan penyuluh. Model feed-back menjadi popular dan berkembangnya Farming System Research yang mengaitkan penelitian ditingkat usaha kedalam metode penelitian.
Penerapan model ini dalam penyuluhan ditandai oleh peran serta aktif pelaku utama sebagai sasaran penyuluhan.
3. Langkah-langkah dalam menghadapi kelompok laggard:
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta huruf, status sosial ekonominya sangat rendah, tidak suka terhadap perubahan-perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimpus, 2003. Pedoman Umum Pemilihan Metoda Penyuluhan Perikanan. Badan PSDMP. Departemen Perikanan. Jakarta.
__________, 2006. Sistem Penyuluhan Perikanan, Perikanan, dan Kehutanan. Undang-undang RI. No. 16 Tahun 2006. Presiden RI.
__________, 2007. Metodologi Penyuluhan Perikanan Partisipatif.
Berlo, David K., 1980. The Process of Communication. An Introduction of Theory and Practice. Michigan State University. USA.
Stewart L.T dan Sylvia Moss, 2001. Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Djuarsa Serjaya, Sasa dkk 1999, Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta.
Ibrahim Jabal, 2003, Komunikasi dan Penyuluhan Perikanan.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya Bandung.
Marpaung dan Renaldi, 2001. Teknik Komunikasi dan Presentasi yang Efektif. Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia, Jakarta.
Nasuturi Zulkarimen, 1988. Komunikasi Pembangunan, PT. Raja Grafinindo Persada. Jakarta
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Roger,E.M., F.F. Shoemaker, 1986. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Penerjemah Hanafi,A. Usaha nasional, Surabaya. Terjemahan dari Commuication Of Innovations.
“Sinar Mentari” Gender Focal Point Pengembangan SDM Perikanan. STPP. Malang.
Tim Pusbangluh, 2008. Modul Dasar-dasar Komunikasi. Pusat Pengembangan Penyuluhan BPSDMKP, Jakarta.
Tim Pusbangluh, 2009. Modul Komunikasi yang Efektif. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENYUSUN
Fahrur Razi, SST dilahirkan di Pematang Panjang (Banjarmasin) 26 Januari 1982, lulus dari Sekolah Pertanian Pembangunan Banjarbaru pada Jurusan Budidaya Ikan Air Tawar tahun 1999 dan menamatkan pendidikan D4 Penyuluhan Perikanan di STPP Bogor tahun 2004, serta telah mengikuti berbagai pelatihan antara lain: Pengelolaan budidaya ikan air tawar (Banjarnegara, 2003); HACCP (Bogor, 2004); Pembekalan Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (Jakarta, 2004); Budidaya udang vaname di tambak (Bali, 2005); Intensifikasi Budidaya Udang di Tambak (Jepara, 2005); Diseminasi Budidaya Kerapu dan Perikanan di Laut (Gondol, 2006); Konsultan Keuangan Mitra Bank (Denpasar, 2007); Pelatihan Dasar bagi Penyuluh Perikanan Tingkat Ahli (Banjarbaru, 2008). Memulai karier sebagai Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak dengan penempatan pada Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana tahun 2004 s/d 2007, sejak Januari 2008 mengemban amanah sebagai PNS dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan pada Pusat Pengembangan Penyuluhan BPSDMKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 disebutkan “Penyuluhan Perikanan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha perikanan agar mereka mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Proses belajar bersama dalam penyuluhan sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan belajar secara insidental untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih penting dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup (long life learning) secara mandiri dan berkelanjutan.
Secara aplikatif penyuluhan perikanan merupakan suatu proses pembelajaran bagi para pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya, menggunakan landasan falsafah kerja meningkatkan potensi dan kemampuan para pelaku utama dan keluarganya, sehingga mereka akan dapat mengatasi sendiri kebutuhan dan keinginannya, tanpa harus selalu tergantung pada orang lain. Sehingga dengan falsafah demikian, maka implikasinya akan sangat luas, tidak saja dalam bidang penyuluhan kelautan dan perikanan, tetapi juga dalam pembangunan kelautan dan perikanan, pembangunan perdesaan, dan pembangunan nasional. Dalam konsep penyuluhan perikanan juga dikenal beberapa prinsip yang terdiri dari: kesukarelaan, otonom, keswadayaan, partisipatif, egaliter, demokrasi, keterbukaan, kebersamaan, akuntabilitas, dan desentralisasi.
Sejalan dengan itu, tujuan utama dari penyuluhan perikanan adalah mempengaruhi para pelaku utama dan keluarganya agar berubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan oleh penyuluh, yang akhirnya mampu menyebabkan perbaikan mutu hidup dari pelaku utama kelautan dan perikanan. Perubahan perilaku yang terjadi dibagi kepada perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari sasaran penyuluhan. Untuk itulah, keberadaan dan peran penyuluh perikanan masih sangat diperlukan sebagai dinamisator, fasilitator, dan motivator dalam proses pembinaan dan pendampingan bagi para pelaku utama dan pelaku usaha tersebut dan sejalan dengan konsepsi itulah, penyuluhan perikanan sebagai rumpun ilmu hayat, ditengarai menjadi katalisator bagi upaya pembangunan perekonomian masyarakat dan eksistensinya menjadi penyokong bagi terwujudnya upaya kesejahteraan.
Seorang penyuluh perikanan harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya, sehingga maksud dan tujuan yang ingin disampaikan melalui komunikasi dapat diterima dengan baik dan jelas. Demikian pula dalam hal komunikasi melalui bahan-bahan tulisan seperti poster, folder, pamplet, dan sebagainya, tujuannya harus jelas. Kejelasan tujuan sangat penting dalam berkomunikasi. Tanpa tujuan yang jelas, sulit bagi kita untuk mengharapkan respon yang benar dari proses komunikasi. Hasil akhir yang ingin dicapai melalui pembelajaran modul ini adalah para peserta mampu berkomunikasi yang efektif dan memahami tahapan-tahapan dalam membangun komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan penyuluhan perikanan.
B. Deskripsi Singkat
Penyuluh perikanan harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya sebagai sasaran dalam kegiatan penyuluhan perikanan, agar maksud dan tujuan yang ingin disampaikan melalui komunikasi dapat diterima dengan baik dan jelas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kami susun modul “Komunikasi Dalam Penyuluhan Perikanan”. Modul ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi penyuluh perikanan pada Tingkat Ahli agar dapat memahami tentang komunikasi yang efektif serta dapat menerapkannya dalam kegiatan penyuluhan perikanan. Hal-hal pokok yang dibahas meliputi: Pengertian dan tujuan komunikasi dalam penyuluhan perikanan; Unsur-unsur komunikasi; Proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan; Adopsi dan difusi inovasi dalam penyuluhan perikanan.
C. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari seluruh isi modul ini peserta diharapkan dapat memahami tentang komunikasi yang efektif serta dapat menerapkannya dalam kegiatan penyuluhan perikanan.
D. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari seluruh isi modul ini peserta diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian dan tujuan komunikasi dalam penyuluhan perikanan;
b. Menjelaskan unsur-unsur komunikasi
c. Menjelaskan dan menerapkan proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan; dan
d. Menjelaskan dan menerapkan proses adopsi dan difusi inovasi dalam penyuluhan perikanan.
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
1. Pengertian dan tujuan komunikasi dalam penyuluhan perikanan
a. Pengertian komunikasi
b. Tujuan komunikasi
2. Unsur-unsur komunikasi
a. Komunikator
b. Pesan
c. Saluran/media
d. Sasaran/penerima/komunikan
e. Dampak/efek/feedback
3. Proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan
a. Model/bentuk komunikasi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi dari komunikasi
c. Karakteristik Saluran Komunikasi
d. Karakteristik Media
e. Tahapan komunikasi
f. Komunikasi yang Efektif
4. Proses Adopsi dan difusi inovasi dalam penyuluhan perikanan
a. Proses adopsi inovasi
b. Proses difusi inovasi
c. Penggolongan adopter
F. Waktu
1 Teori : 4 JP
2 Praktek : 6 JP
3 Total JP : 10 JP
G. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah :
1 Ceramah
2 Diskusi / Tanya Jawab
3 Simulasi dan Praktek
4 Studi Kasus
H. Media/Sarana Pembelajaran
Media/sarana pembelajaran yang digunakan adalah :
1 Laptop dan Proyektor LCD
2 White board dan Spidol
3 Kertas koran
4 Bahan Tayang
I. Petunjuk Penggunaan Modul
Anda sebagai peserta Diklat, dan agar dalam proses pembelajaran mata Diklat ini dapat berjalan lebih lancar, dan tujuan pembelajaran tercapai secara baik, Anda kami sarankan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Bacalah secara cermat, dan pahami tujuan pembelajaran ( indikator keberhasilan ) yang tertulis pada setiap awal pembelajaran,
2. Pelajari setiap materi pembelajaran secara berurutan,
3. Kerjakan secara sungguh-sungguh dan tuntas setiap tugas latihan pada setiap akhir pembelajaran,
4. Keberhasilan proses pembelajaran dalam mata pelajaran ini tergantung pada kesungguhan Anda. Untuk itu, belajarlah secara mandiri dan seksama. Untuk belajar mandiri, Anda dapat melakukannya seorang diri, berdua atau berkelompok dengan peserta Diklat lain yang memiliki pandangan yang sama dengan Anda dalam penguasaan materi pembelajaran yang baik, dan
5. Anda disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain, seperti yang tertera pada Daftar Pustaka pada akhir modul ini, dan jangan segan-segan bertanya kepada Widyaiswara yang mengampu mata Diklat ini.
Baiklah, selamat belajar ! Semoga Anda sukses menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diuraikan dalam mata pelajaran ini dalam upaya mendalami modul yang baik, dan memadai untuk memenuhi kebutuhan Anda sebagai peserta.
BAB II
PENGERTIAN DAN TUJUAN KOMUNIKASI
DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
A. Pengertian Komunikasi
Penyuluhan Perikanan merupakan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kapasitas kemampuan para pelaku utama dan pelaku usaha perikanan untuk mengorganisasikan dirinya dalam mengembangkan bisnis perikanan, untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, dengan tetap memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang – Undang No. 16 Tahun 2006). Untuk keberhasilan proses penyuluhan perikanan maka diperlukan komunikasi antara penyuluh dan sasaran penyuluhan. Manusia melakukan komunikasi karena:
1. Manusia sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesamanya dan dilakukan melalui komunikasi
2. Keinginan dan upaya manusia untuk mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan.
3. Upaya manusia untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain.
4. Upaya manusia untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dalam masyarakat.
Beberapa pengertian mengenai komunikasi dalam penyuluhan, antara lain :
1. Pengiriman atau tukar menukar informasi, ide.
2. Proses lewatnya informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
3. Proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti
4. Proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang dalam .
5. Proses dimana suatu ide dialirkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka .
6. Proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan mengggunakan media dan cara penyampaian informasi yang dipahami oleh kedua pihak serta saling memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolis (Marpaung dan Renaldi, 2001)
7. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Onong Uchjana Effendy)
8. Komunikasi sebagai kombinasi skill, science dan art
9. Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin “communicatus” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.
10.Komunikasi merupakan suatu proses yang dilakukan individu dalam hubungannya dengan individu lainnya, atau individu dalam kelompok, organisasi maupun dalam masyarakat guna menciptakan, mengirimkan dan menggunakan serta mempertukarkan informasi untuk mengkoordinasikan lingkungannya dan orang lain.
11.Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan dari seseorang (sumber, penyuluh) kepada orang lain (penerima, sasaran, pelaku utama/pelaku usaha) secara timbal balik (two-way traffic communication). Hal ini didukung oleh beberapa pendapat para ahli antara lain:
a. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”
b. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego
Dari berbagai definisi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalam melihat komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda.Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu yang bersifat multi-disipliner. Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ;
1. Komunikasi adalah suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.
Berdasarkan sifat dari komunikasi maka ada beberapa macam sebagai berikut:
1. Komunikasi bersifat simbolis
Maksudnya: Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
2. Komunikasi bersifat transaksional
Maksudnya: Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.
3. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
Maksudnya: Para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi.
Di dalam kegiatan penyuluhan perikanan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality). Perilaku (behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan kepribadian (personality) meliputi kemandirian, ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta posisi tawarnya (bargaining position)
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa didalam proses pembelajaran dalam diri sendiri adanya proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:
1. Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh dalam memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu mencari pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahan mereka, komunikasi ini sifatnya mengajak dengan menyajikan alternatif-alternatif pemecahan masalah, namun keputusan tetap pada sasaran.
2. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wenang” kepada pelaku utama dan pelaku usaha serta mendudukkannya sebagai “subyek” dalam proses pembangunan perikanan, bukan sebagai “obyek”, sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk a) Berpartisipasi; b) Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal; c) Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan keputusan; dan d) Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasil pembangunan perikanan.
3. Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran (pelaku utama maupun pelaku usaha). Proses pertukaran informasi timbal-balik ini mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahanya.
Perubahan perilaku pelaku utama beserta keluarganya sebagai efek dari proses komunikasi adalah merupakan tujuan yang dikehendaki oleh para penyuluh perikanan dalam melaksanakan proses komunikasi dengan pelaku utama dan keluarganya. Untuk mencapai tujuan tersebut penyuluh perikanan harus mampu menyesuaikan tingkatan komunikasi yang dapat mempengaruhi pelaku utama dan keluarganya agar menghasilkan respons sesuai harapan, artinya antara penyuluh dan pelaku utama dalam berkomunikasi harus memiliki kemampuan bahasa yang sama agar terjadi hubungan pengertian dalam berkomunikasi. Kondisi ini akan memberikan efek sesuai dengan tujuan komunikasi.
B. Tujuan Komunikasi
Dipandang dari segi manfaat atau keuntungan, komunikasi dapat memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah:
1. Informatif
Memberi informasi pendekatan pada pikiran. Pada komunikasi secara informatif, Informasi-informasi yang disampaikan harus factual dan objektif. Memberikan informasi (pendekatan pada pikiran: gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya).
2. Persuasif
Menggugah perasaan orang seperti, senang, suka dan tidak suka. Dalam penyuluhan perikanan perlu untuk mengetahui perbedaan dari penerapan teknologi baru yang merupakan hasil kerja pikiran maupun akibat karena perasaan. Pikiran seseorang bersifat obyektif, sedangkan perasaan bersifat subyektif. Juga dalam pengadilan, perbedaan kedua hal tersebut sangat penting, hakim berusaha untuk membedakan antar tindakan atau perbuatan yang disebabkan perasaan dan tindakan atau perbuatan yang disebabkan oleh pikiran. Menggugah perasaan (pendekatan pada emosi: keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain-lain).
3. Entertainment/menghibur
Bertujuan untuk menghibur orang, misalnya seorang membuat dagelan atau lelucon bertujuan agar orang lain mempunyai perasaan gembira. Dalam komunikasi penyuluhan perikanan tujuan ini sering dianggap perlu dengan maksud agar sasaran (pelaku utama beserta keluarganya) memiliki perasaan gembira dan tidak bosan dalam mendengarkan segala informasi yang disampaikan oleh para penyuluh.
Proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan bertujuan untuk menarik perhatian, menggugah hati dan perasaan, meyakinkan serta memotivasi sasaran agar mau melakukan tindakan atau perubahan-perubahan untuk pengembangan usahanya, peningkatan produktivitas dan kesejahteraannya serta peningkatan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Menghibur komunikan, membuat mereka senang, tidak bersikap apatis maupun pesimis.
4. Mengubah sikap/perilaku (to change the behavior)
5. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
6. Mengubah masyarakat (to change the society)
C. Rangkuman
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Tujuan komunikasi berupa: (1) informative; (2) persuasive; (3) entertainment/menghibur; (4) mengubah sikap/perilaku; (5) mengubah opini/pendapat/pandangan; dan (6) mengubah masyarakat.
D. Latihan
1. Jelaskan pengertian komunikasi?
2. Peragakan cara berkomunikasi dengan tujuan untuk persuasif !!
3. Peragakan cara mengawali dan mengakhiri komunikasi dihadapan kelompok pelaku utama !!
BAB III
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
A. Komunikator/sumber informasi
Sumber komunikasi adalah pihak yang mengirim pesan atau informasi. Dalam penyuluhan sumber ini bisa penyuluh atau agen pembaharu.
Beberapa hal yang harus dimiliki sumber informasi untuk keberhasilan dalam komunikasi :
1. Sikap, tampilan, dan etika
Komunikator/sumber informasi yang baik adalah seseorang yang mempunyai sikap yang baik, artinya mampu menempatkan diri sesuai dengan kondisi sasaran. Selain itu mempunyai tampilan yang menarik sehingga sasaran akan tertarik untuk menerima pesan yang akan kita berikan. Hal yang tidak kalah penting seorang komunikator harus mempunyai etika yang mampu menyampaikan pesan dengan baik sesuai dengan aturan/etika yang berlaku di daerah sasaran.
2. Menguasai Pesan
Komunikator yang baik harus menguasai pesan yang akan diberikan ke sasaran. Penguasaan pesan bisa didapat dengan mempelajari terlebih dahulu materi/pesan yang akan disampaikan.
3. Menguasai metode penyampaian
Komunikator yang baik adalah yang menguasai teknik berbicara dalam mengungkapkan buah pikirannya dan cakap membangkitkan minat dan menarik perhatian sasaran serta mampu menyajikannya dengan baik.
4. Tidak menggurui, mendikte dan tidak menekan
Proses penyampaian pesan oleh sumber informasi sebaiknya tidak menggurui, mendikte dan menekan yaitu dengan mensejajarkan posisi sasaran dalam komunikasi tersebut dengan komunikator, menjadikan sasaran sebagai mitra berkomunikasi akan lebih memperlancar proses penyampaian pesan/informasi.
5. Menguasai sistem sosial setempat
Komunikator/sumber informasi yang baik adalah komunikator yang mampu menguasai sistem sosial setempat, artinya dalam menyampaikan pesan terlebih dahulu dipelajari kebiasaan atau sifat-sifat dari sasaran/masyarakat.
B. Pesan
Pesan merupakan informasi yang ditujukan kepada penerima. Dalam penyuluhan perikanan pesan ini dapat berupa materi penyuluhan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penyampaian pesan sebagai berikut ;
1. Pesan yang digunakan didasarkan pada kebutuhan sasaran.
Penyampaian pesan kepada sasaran sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan, untuk mengetahui kebutuhan sasaran terlebih dahulu dilakukan identifikasi
2. Tidak bertentangan dengan budaya setempat
Pesan/informasi yang akan disampaikan kepada sasaran harus disesuaikan dengan kebiasaan dan tidak bertentangan dengan budaya setempat. Sehingga pesan/informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh sasaran yang akan berdampak pada perilaku dan kepribadian sasaran.
3. Mudah diterapkan dan dilaksanakan
Pesan/informasi yang akan disampaikan sebaiknya berisi mengenai hal-hal yang mudah diterapkan dan dilaksanakan oleh sasaran, sehingga dampak yang diharapkan mampu mengubah perilaku dan kepribadian sasaran.
4. Ekonomis
Pesan/informasi yang disampaikan merupakan hal-hal yang mudah dimengerti dan mudah didapat oleh sasaran.
C. Saluran/Media
Media/saluran pada unsur komunikasi merupakan alur yang dilalui pesan yang disampaikan sumber pesan kepada penerima pesan. Saluran adalah jalan yang dilalui pesan yang disampaikan sumber kepada penerima. Saluran meliputi penggunaan metoda dan teknik serta penggunaan media yang relevan dengan tujuan, sasaran serta sifat pesannya. Pada umumnya semakin banyak indera yang distimuli melalui berbagai media semakin efektif proses komunikasi dalam penyuluhan. Penggunaan metoda, teknik dan media penyuluhan perikanan selain untuk meningkatkan pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan, untuk mendorong aktivitas dan kreativitas sasaran serta tumbuhnya rasa percaya diri.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan saluran/media komunikasi, sebagai berikut :
1. Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan (TV, radio).
2. Kebutuhan pemilihan memori/pesan yang disampaikan tetap diinga (billboard, majalah).
3. Jangkauan khalayak yang selektif (surat kabar,majalah).
4. Jangkauan khalayak lokal (radio lokal, bioskop).
5. Frekwensi penyampaian tinggi (radio).
6. Karakteristik Kreatif
a. Kebutuhan gerak (TV, film, iklan).
b. Kebutuhan warna (TV, film, majalah).
c. Kebutuhan suasana (radio, TV, fim).
d. Kebutuhan demonstrasi ( TV, film).
e. Kebutuhan deskripsi, bila pesan perlu uraian yang komprehensif, sistematis, rinci (surat kabar, majalah, brosur leaflet).
7. Tingkat efektivitas penyerapan materi oleh panca indra
a. Pengecap 1%,
b. Peraba 1,5%,
c. Penciuman 3%,
d. Pendengaran 11%,
e. Penglihatan 83%
D. Sasaran/Penerima/Komunikan
Penerima adalah pihak yang menerima pesan-pesan atau informasi, yaitu pihak yang diharapkan akan berubah baik perilaku maupun kepribadiannya. Dalam penyuluhan perikanan penerima atau sasaran adalah pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya.
Beberapa hal yang harus dipertimbangan dari sisi penerima pesan, sebagai berikut:
1. Sesuai kebutuhan
Proses penyampaian pesan/informasi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan komunikan, sehingga diharapkan dengan sesuainya pesan/informasi yang dibutuhkan oleh komunikan dapat merubah perilaku maupun kepribadian sasaran. Sehingga pesan yang disampaikan akan bermanfaat bagi sasaran.
2. Kesejajaran posisi dalam penyampaian pesan
Dalam proses komunikasi adanya kesejajaran antara komunikator dengan komunikan akan berpengaruh pada kelancaran proses komunikasi sendiri. Keberadaan komunikan akan merasa dihormati sehingga komunikan akan lebih mudah dalam menyampaikan pesan/informasi.
E. Dampak/Efek/Feedback
Dampak/Efek/Feedback pada komunikasi merupakan respon penerima terhadap pesan-pesan yang diterima dan merupakan umpan balik (feedback) bagi komunikator /sumber atas pesan-pesan yang disampaikan. Efek komunikasi berupa perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada sasaran akibat dari proses komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan menyangkut perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), serta perubahan kepribadian sasaran (kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan lain sebagainya). Efek komunikasi ada yang langsung bisa diketahui, misalnya perubahan pengetahuan dan keterampilan, tetapi adapula yang tidak langsung artinya perlu waktu yang lama seperti perubahan sikap dan kepribadian. Pada komunikasi dua arah (two way trafficts communication) komunikator bisa memperoleh umpan balik secara langsung dibanding komunikasi yang searah.
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality). Perilaku (behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan kepribadian (personality) meliputi kemandirian, ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta posisi tawarnya (bargaining position).
F. Rangkuman
Unsur-unsur komunikasi terdiri dari: (1) Komunikator/sumber informasi; (2) Pesan atau esensi komunikasi (content/message); (3) Saluran/Media; (4) Komunikan/penerima informasi; dan (5) Dampak/Efek/Feedback.
G. Latihan
1. Gambarkan unsur-unsur komunikasi dan jelaskan kaitannya dalam pelaksanaan penyuluhan perikanan?
2. Peragakan anda sebagai sumber untuk menyampaikan pesan kepada kelompok pelaku utama perikanan !
3. Berikan kriteria keberhasilan komunikasi yang anda lakukan berdampak/effek positif pada kelompok pelaku utama perikanan !
BAB IV
PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
A. Model/Bentuk Komunikasi
Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam:
1. Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media), dalam hal ini terbagi atas:
a. Komunikasi vertikal : terjadi antara bawahan terhadap atasan atau sebaliknya dalam konteks laporan atau menyampaikan hasil suatu kegiatan
b. Komunikasi horizontal : terjadi sesama pejabat atau staf dalam konteks diskusi bekerjasama dalam menyelesaian suatu kegiatan
c. Komunikasi top down : terjadi pada saat pimpinan suatu instansi atau unit kerja memberikan pengarahan, bimbingan dan pertemuan dimana atasan memiliki informasi yang layak dan patut diketahui oleh bawahan
d. Komunikasi botom-up : interaksi yang terjadi bawahan dengan atasan dalam beberapa konteks pekerjaan
e. Komunikasi internal : komunikasi antara pejabat maupun staf dalam satu lingkup instansi atau organisasi.
f. Komunikasi eksternal : segala bentuk interaksi yang terjadi antara individu atau instansi dengan instansi lainnya.
2. Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu, umumnya menggunakan media bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, dll, bahan tertayang: film. Umumnya model komunikasi demikian dicirikan antara lain:
a. Tidak ada tanya jawab
b. Pesan harus jelas dan tepat dan menarik
c. Media penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah dipahami oleh sasaran penyuluhan
3. Sasaran komunikan/penerima melalui Panca Indra
a. Indra penglihatan, misalnya bahan cetakan, album foto, slide tanpa suara; yang hanya dapat digunakan untuk sasaran penyuluhan yang dapat melihat.
b. Indra pendengaran, misalnya Radio, yang hanya pemutaran tape recorder, obrolan sore; dapat digunakan jika sasaran penyuluhan tidak mengalami gangguan pendengaran.
c. Kombinasi indra penerima, misalnya demontrasi cara/hasil, pemutaran film dan tv ; merupakan kombinasi antara indra (Audio Visual Aids).
Secara garis besar model/bentuk komunikasi dilihat dari segi pesan yang digunakan terbagi kedalam:
1. Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Cansandra L. Book (1980), dalam Mulyana (2005), mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.
2. Pesan Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.Jalaludin (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut: (1) Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; (2) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan; (3) Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; (4) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: (a) Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; (b) Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; (c) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
b. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
c. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
d. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
e. Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
Mark L. Knapp dalam Jalaludin (1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Mulayana (2005), menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:
a. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banyak ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).
B. Komunikasi yang Efektif
Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Sebenarnya, ini hanyalah salah satu ukuran bagi efektifitas komunikasi. Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Bila S adalah pengirim atau sumber pesan dan R penerima pesan, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap bila respons yang diinginkan S dan respons yang diberikan R identik (Goyer, 1970) dalam Mulyana (2005).
R = makna yang ditangkap penerima = 1
S makna yang dimaksud pengirin
Bagaimana cara mengukur keefektifan komunikasi? Kita tidak dapat menilai keefektifam komunikasi yang kita lakukan bila apa yang kita maksudkan tidak jelas, kita harus benar-benar tahu apa yang kita inginkan. Lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan.
Beberapa kriteria yang menandai keberhasilan komunikasi adalah berupa:
1. Kepercayaan penerima pesan (komunikan) terhadap komunikator serta keterampilan komunikator berkomunikasi (menyajikan isi komunikasi sesuai tingkat nalar komunikan)
2. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan komunikan.
3. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antar komunikator dan komunikan
4. Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan perhatian komunikan akan kebutuhannya atas pesan yang diterima
5. Setting komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan dan menantang)
6. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media yang sesuai dengan jenis indera penerima pesan).
C. Tahapan komunikasi
Tahapan dalam komunikasi adalah berupa:
1. Pola komunikasi antar pribadi secara umum dimulai dari tahap superfisial (dasar) sampai tahap akrab (intim)
2. Perubahan dari tahap umum kepada tahap intim membutuhkan waktu yang relatif tidak sama kepada setiap orang
3. Tahap interaksi bidang kepribadian umum (public area) : individu berusaha menghindari konflik, sedikit evaluasi diri, hubungan disesuaikan dengan norma sosial pada situasi tersebut
4. Tahap pertukaran eksplorasi (exploratory exchange): pola komunikasi mencakup pengembangan kepribadian umum (publik) dan mulai membuka aspek kepribadian khusus, mulai akrab, rileks dan mengarah pada saling kenal.
5. Tahap pertukaran interaksi sosial efektif (effective interaction) : pola komunikasi mengarah kepada persahabatan akrab, hubungan mengarah romantis, bebas, banyak menggunakan kesadaran diri, masih keengganan untuk membuka keintiman. Komunikasi terfokus pada saling belajar dari satu sama lain.
6. Tahap hubungan stabil (stable exchange stage): pola komunikasi mengarah kepada keterbukaan umum pribadi dalam semua tingkat baik yang bersifat umum dan pribadi. Komunikasi verbal dan non-verbal dalam tahap ini berorientasi lingkungan dan mulai memiliki tahap emosi yang efektif terhadap lawan bicara.
D. Rangkuman
Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam: (1) Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media); dan (2) Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu (bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, bahan tertayang, film dan lain-lain).
Keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada pihak komunikator (sumber), tetapi juga tergantung dari receptor. Walaupun pihak komunikator telah memenuhi persyaratan, akan tetapi bila pihak receptor kurang memenuhi maka hasil komunikasi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Tahapan dalam komunikasi adalah berupa: (1) Pola komunikasi antar pribadi secara umum dimulai dari tahap superfisial (dasar) sampai tahap akrab (intim); (2) Perubahan dari tahap umum kepada tahap intim membutuhkan waktu yang relatif tidak sama kepada setiap orang; (3) Tahap interaksi bidang kepribadian umum (public area); (4) Tahap pertukaran eksplorasi (exploratory exchange); (5) Tahap pertukaran interaksi sosial efektif (effective interaction); dan (6) Tahap hubungan stabil (stable exchange stage).
E. Latihan
1. Jelaskan tentang tingkat efektivitas penyerapan materi oleh panca indra?
2. Peragakan masing-masing model/bentuk komunikasi dalam penyuluhan perikanan?
3. Peragakan cara komunikasi terhadap pelaku utama, sehingga komunikasi yang anda lakukan dianggap berhasil !
BAB V
PROSES ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI
DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
A. Proses Adopsi Inovasi
1. Konsep Adopsi Bahlen
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar (awreness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi ( adoption).
a. Tahap sadar: sasaran telah mengetahui informasi tetapi informasi tersebut dirasa kurang.
b. Tahap minat: sasaran mencari informasi atau keterangan lebih lanjut mengenai informasi tersebut.
c. Tahap menilai: sasaran sudah menilai dengan cara value/bandingkan inovasi terhadap keadaan dirinya pada saat itu dan dimasa yang akan datang serta menentukan apakah pelaku utama sasaran mencoba inovasi atau tidak.
d. Tahap mencoba: sasaran sudah mencoba meskipun dalam skala kecil untuk menentukan angka dan kesesuaian inovasi atau tidak.
e. Tahap adopsi/menerapkan: sasaran sudah meyakini kebenaran inovasi dan inovasi tersebut dirasa bermanfaat baginya. Pada tahap ini pelaku utama sasaran menerapkan dalam jumlah/skala yang lebih besar.
Konsep adopsi digunakan secara meluas oleh peneliti dan penyuluh. Meskipun demikian model adopsi mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
a. Tidak semua proses tersebut di atas diakhiri dengan tahap adopsi, adakalanya berupa penolakan terhadap adopsi.
b. Kelima tahap di atas terjadi tidak selalu berurutan.
c. Suatu proses adopsi pada tahap akhir akan diikuti dengan konfirmasi yaitu dengan cara mencari lebih lanjut untuk memperkokoh keputusannya (terus mengadopsi ) atau menerapkan inovasi lainnya (menolak)
2. Konsep Adopsi Rogers dan Schoemaker
Rogers dan Schoemaker (1992) menjelaskan bahwa proses adopsi dapat terjadi melalui 4 (empat) tahapan yaitu : tahap mengetahui (knowledge), persuasif (persuasive), mengambil keputusan (decision) dan konfirmasi (confirmation) yang selanjutnya diklasifikasikan menjadi empat tahap yaitu :
a. Tahap mengetahui : pelaku utama sasaran sudah mengetahui adanya inovasi dan mengerti bagaimana inovasi itu berfungsi.
b. Tahap Persuasi : pelaku utama sasaran sudah membentuk sikap terhadap inovasi yaitu apakah inovasi tersebut dianggap sesuai ataukah tidak sesuai bagi dirinya.
c. Tahap Keputusan : pelaku utama sasaran sudah terlibat dalam pembuatan keputusan yaitu apakah menerima atau menolak inovasi.
d. Tahap Konfirmasi:pelaku utama sasaran mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Mungkin pada tahap ini pelaku utama sasaran mengubah keputusan untuk menolak inovasi yang telah di adopsi sebelumnya.
3. Konsep Proses Adopsi Kellogg.
Model Adopsi Kellogg menyebutkan bahwa pada proses adopsi khususnya teknologi perikanan dapat dilakukan melalui beberapa langkah agar pelaku utama bersedia menerima/mengadopsi teknologi tersebut. Model adopsi meliputi (4) empat tahap yaitu diagnosis, perencanaan dan rekayasa teknologi adaptif, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha dan percobaan antar lokasi dan diseminasi.
a. Pada tahap pertama, penentuan wilayah sasaran dan mendiagnosis situasi pelaku utama. Pada umumnya wilayah sasaran diusahakan mempunyai karkteristik agroklimate yang relatif homogen. Penyuluh perikanan dapat mengidentifikasi wilayah sasaran lebih baik dibandingkan peneliti.
b. Tahap kedua, merencanakan dan merekayasa teknologi adaptif dengan menggunakan informasi yang diperoleh pada tahap pertama. Berdasarkan informasi ini, dapat dibuat perencanaan dan rekayasa teknologi yang sesuai dengan kondisi lapangan.
c. Tahap ketiga, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha. Hasil penelitian yang diperoleh dari eksperimen sebelumnya dapat diuji dan diverifikasi di tingkat usaha. Sasaran akan bersedia mengadopsi teknologi/Introduksi teknologi apabila teknologi tersebut memiliki keunggulan dibanding dengan teknologi sebelumnya, juga hasilnya dilihat sendiri oleh pelaku utama sebagai sasaran.
d. Tahap keempat, selama proses pengujian dan verifikasi di tingkat usaha pasti terjadi percobaan di lahan usaha yang dilakukan pelaku utama perikanan. Hal ini mengindikasikan bahwa pilihan teknologi sudah dilakukan pelaku utama dan diharapkan terjadi perbaikan teknik budidaya yang signifikan. Hubungan antara tahap dalam proses komunikasi dengan proses adopsi serta metode penyuluhan tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan antara metode penyuluhan, tahap komunikasi dan tahap adopsi
Metode Penyuluhan
Tahap-tahap Komunikasi
Tahap-tahap Adopsi
Metode Perorangan
Menggerakkan Usaha
Adopsi
Metode Kelompok
Meyakinkan
Percobaan
Membangkitkan Keinginan
Penilaian
Metode Massal
Menggugah Hati
Minat
Menaruh Perhatian
Kesadaran
Dengan mempelajari model adopsi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1 dan membandingkan satu dengan lainnya, diketahui bahwa model adopsi Bahlen memilki kelemahan dalam proses adopsi yaitu tidak selalu diakhiri dengan tahap adopsi. Adakalanya pelaku utama menolak inovasi yang yang diintroduksikan.
Model adopsi Rogers dan Schoemaker digunakan untuk mengatas keterbatasan model adopsi Bohlen tersebut. Rogers dan Schoemaker (1983) mengatakan bahwa tingkat adopsi dipengaruhi oleh lima (5) faktor yaitu :
a. Tipe keputusan adopsi inovasi
b. Atribut yang terkandung dalam inovasi
c. Karakteristik system sosial pelaku utama dan/pelaku usaha sebagai sasaran
d. Karakteristik saluran komunikasi yang digunakan
e. Usaha yang dilakukan penyuluh untuk meyakinkan pelaku utama dan/pelaku usaha sebagai sasaran.
B. Proses Difusi Inovasi
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penyuluhan perikanan adalah terjadinya proses perubahan masyarakat (sasaran penyuluhan) yang berdaya. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada masyarakat agar tahu, mau, dan mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya.
Perubahan sosial yang direncanakan pada proses penyuluhan sangat rumit yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu : invensi, difusi, dan konsekuensi-konsekuensi invensi merupakan kegiatan perubahan atau pengembangan inovasi baru.
Difusi merupakan proses penyebaran inovasi dari seorang yang telah mengadopsi inovasi kepada orang lain dalam masyarakat. Konsekuensi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat adanya adopsi atau penolakan terhadap suatu inovasi.
Penyuluhan perikanan menitikberatkan perubahan sosial jangka pendek yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan difusi inovasi dan mengarahkan perubahan dalam masyarakat. Difusi inovasi dapat dipandang sebagai proses komunikasi khusus. Pada difusi inovasi, sumber pesan dapat berupa penemu, penyuluh perikanan dan stakeholder. Perubahan secara praktis yang diharapkan adalah pengetahuan, sikap dan prilaku, faktor yang mendorong dan menghambat perubahan.
Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota suatu sistem sosial. Dengan patokan bahwa sumber inovasi asalnya dari lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi yaitu Model Top Down, Model Feed Back dan Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama.
1. Model Difusi Top Down
Model Difusi Top Down dikembangkan berdasarkan penelitian di India, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan sekolah, laboratorium dan stasiun percobaan. Model top down difusion sebagai model penyuluhan perikanan konvensional. Pada model ini peneliti melakukan penelitian di laboratorium maupun stasiun penelitian dan menghasilkan rekomendasi yang disebarluaskan pada seluruh pelaku utama.
2. Model Feed-Back
Model ini dikembangkan oleh Benor dan Horison . Model ini dikenal sebagai trainning and visit system atau di Indonesia di sebut sistem latihan dan kunjungan (sistem laku). Model ini selanjutnya dibukukan dengan judul “Agricultural Eftension The Training and Visit System”. Model feed back dianggap sebagai perbaikan model Top Drown yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara peneliti dan penyuluh. Model feed-back menjadi popular dan berkembangnya Farming System Research yang mengaitkan penelitian ditingkat usaha kedalam metode penelitian.
3. Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama pada awalnya dikembangkan berupa difusi farmer back to farmer. Model ini mengasumsikan bahwa penelitian harus dimulai dan diakhiri di tingkat sasaran. Hal ini berarti bahwa pelaku utama (sasaran) harus dilibatkan secara aktif sebagai anggota tim pemecahan masalah di lapangan. Pelaku utama/pelaku usaha dengan pengalaman jangka panjangnya mengetahui kondisi usahanya, kondisi sosial, ekonomi, teknis, keadaan pasar dan lain sebagainya.
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama mengandung beberapa siklus kegiatan dan masing-masing kegiatan ini berusaha mencapai tujuan tertentu.
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama ini dapat diawali dengan eksperimen sederhana dan diakhiri survey di tingkat pelaku utama. Kunci perbedaannya dengan model difusi yang lain adalah fleksibilitas dan penelitian di tingkat pelaku utama untuk mengindentifikasikan sumber daya yang dimilikinya.
C. Penggolongan Adopter
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka dikenal 5 (lima) golongan adopter yaitu :
1. Inovator (golongan perintis dan pelapor)
Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam masyarakat. Karakteristik golongan ini antara lain: gemar, mencoba, inovasi dan rata-rata pada masyarakatnya pada umumnya berpartisipasi aktif dalam penyebarluasan inovasi.
2. Early Adopter (golongan penyetrap dini)
Golongan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, gemar membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi non lahan yang relative komplit.
3. Early Mayority (golongan Penyetrap awal)
Golongan ini pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rata-rata seperti anggota masyarakat lainnya, dapat menerima inovasi selama inovasi tersebut memberikan keuntungan kepadanya.
4. Late Mayority (golongan Penyetrap akhir)
Golongan ini pada umumnya berusia lanjut dan memilki tingkat pendidikan rendah, status sosial ekonominya sangat rendah dan lambat menerapkan inovasi.
5. Laggard (Golongan Penolak)
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta huruf, status sosial eknominya sangat rendah, tidak suka terhadap perubahan-perubahan.
Tabel 2. Karkteristik sosial ekonomi pada berbagai kategori adopter.
Variabel
Inovator
Early Adaptor
Early Mayority
Late Mayority
Laggard
Umur
Setengah Umur
Muda
Setangah Umur tua
Muda sampai tua
Tua
Pendidikan
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah Sekali
Ekonomi
Baik
Baik
Sedang sampai baik
Kurang
Kurang sekali
Status Sosial
Tinggi
Sedang
Sedang sampai baik
rendah
Paling rendah
Pola Hubungan
Kosmopolit
Kosmopolit
Cendrung Lokalita
Lokalita
Sangat lokalita
Dengan melihat uraian di atas maka perbandingan karakteristik sosial ekonomi dari kategori adopter ditinjau dari aspek kecepatan manerapkan inovasi secara sederhana sebagaimana tertera pada Tabel 2.
D. Rangkuman
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar (awreness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi ( adoption).
Difusi merupakan proses penyebaran inovasi dari seorang yang telah mengadopsi inovasi kepada orang lain dalam masyarakat. Konsekuensi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat adanya adopsi atau penolakan terhadap suatu inovasi.
Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota suatu sistem sosial. Dengan patokan bahwa sumber inovasi asalnya dari lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi yaitu Model Top Down, Model Feed Back dan Model Difusi Pelaku Utama.
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka dikenal 5 (lima) golongan adopter yaitu: (1) Inovator (golongan perintis dan pelapor); (2) Early Adopter (golongan penyetrap dini); (3) Early Mayority (golongan Penyetrap awal); (4) Late Mayority (golongan Penyetrap akhir); dan (5) Laggard (Golongan Penolak).
E. Latihan
Sebutkan dan jelaskan salah satu konsep adopsi dan aplikasinya dalam penyuluhan?
Sebutkan dan jelaskan salah satu model difusi dan aplikasinya dalam penyuluhan?
Sebutkan langkah-langkah dalam menghadapi kelompok laggard?
BAB VI
PENUTUP
Modul Komunikasi dalam Penyuluhan Perikanan Tingkat Ahli ini menguraikan tentang Pengertian dan Tujuan Komunikasi dalam Penyuluhan Perikanan, Unsur-Unsur Komunikasi dan Proses Adopsi dan Difusi dalam Penyuluhan Perikanan.
Demikianlah paparan Modul Komunikasi dalam Penyuluhan Perikanan yang telah kami tuangkan didalam modul ini, semoga dapat menambah kajian dan pemahaman para peserta diklat, dalam rangka memberikan keseragaman terhadap warna pengajaran pada diklat jabatan fungsional ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan kami dalam menyajikan modul ini, untuk itu kami mengharapkan koreksi seperlunya, guna kesempurnaan dalam penulisan modul ini, akhirnya kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terkait langsung dalam penulisan modul ini, mudah-mudahan kehadiran modul ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
KUNCI JAWABAN
BAB II
1. Pengertian komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan dari seseorang (sumber, penyuluh) kepada orang lain (penerima, sasaran, pelaku utama/pelaku usaha) secara timbal balik (two-way traffic communication). Hal ini didukung oleh beberapa pendapat para ahli antara lain:
Menggugah perasaan (pendekatan pada emosi: keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain-lain).
BAB III
1 Secara umum unsur-unsur komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Komponen Tersebut Harus Ada Apabila Tidak
lengkap dan Tidak Jelas -> Komunikasi
Tidak Berhasil
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality)
2 Sebagai sumber harus memperhatikan
a. Sikap, tampilan, etika
b. Sebagai sumber informasi
c. Menguasai Pesan
d. Menguasai metode penyampaian
e. Tidak menggurui, mendikte dan tidak menekan
f. Menguasai sistem sosial setempat
Apabila salah satu dari hal diatas belum dimiliki oleh sumber maka pesan yang disampaikan belum berhasil
3 Sasaran memperlihatkan perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dan perubahan kepribadian (kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan lain sebagainya)
BAB III
1. Secara umum unsur-unsur komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Komponen Tersebut Harus Ada Apabila Tidak
Lengkap dan Tidak Jelas -> Komunikasi
Tidak Berhasil
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality)
2. Sumber komunikasi adalah pihak yang mengirim pesan atau informasi. Dalam penyuluhan sumber ini bisa penyuluh atau agen pembaharu.
3. Dampak/Efek/Feedback pada komunikasi merupakan respon penerima terhadap pesan-pesan yang diterima dan merupakan umpan balik (feedback) bagi komunikator /sumber atas pesan-pesan yang disampaikan. Efek komunikasi dalam penyuluhan berupa perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada sasaran akibat dari proses komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan menyangkut perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), serta perubahan kepribadian sasaran (kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan lain sebagainya).
BAB IV
1. Tingkat efektivitas penyerapan materi oleh panca indra:
a. Pengecap 1%,
b. Peraba 1,5%,
c. Penciuman 3%,
d. Pendengaran 11%,
e. Penglihatan 83%
2. Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam:
a. Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media)
b. Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu (bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, dll) (bahan tertayang: film)
1) Tidak ada tanya jawab
2) Pesan harus jelas dan tepat dan menarik
3) Media penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah dipahami oleh sasaran penyuluhan
3. Beberapa kriteria yang menandai keberhasilan komunikasi adalah berupa:
a. Kepercayaan penerima pesan (komunikan) terhadap komunikator serta keterampilan komunikator berkomunikasi (menyajikan isi komunikasi sesuai tingkat nalar komunikan)
b. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan komunikan.
c. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antar komunikator dan komunikan
d. Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan perhatian komunikan akan kebutuhannya atas pesan yang diterima
e. Setting komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan dan menantang)
f. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media yang sesuai dengan jenis indera penerima pesan).
BAB V
1. Model Adopsi Kellogg menyebutkan bahwa pada proses adopsi khususnya teknologi perikanan dapat dilakukan melalui beberapa langkah agar pelaku utama bersedia menerima/mengadopsi teknologi tersebut. Model adopsi meliputi (4) empat tahap yaitu diagnosis, perencanaan dan rekayasa teknologi adaptif, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha dan percobaan antar lokasi dan diseminasi.
Penerapan tahapan dalam model adopsi ini dalam penyuluhan perikanan sering ditemui pada pelaksanaan uji coba teknologi spesifik lokasi.
2. Salah satu model difusi adalah Model Feed-Back
Model ini dikembangkan oleh Benor dan Horison . Model ini dikenal sebagai trainning and visit system atau di Indonesia di sebut sistem latihan dan kunjungan (sistem laku). Model ini selanjutnya dibukukan dengan judul “Agricultural Eftension The Training and Visit System”. Model feed back dianggap sebagai perbaikan model Top Drown yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara peneliti dan penyuluh. Model feed-back menjadi popular dan berkembangnya Farming System Research yang mengaitkan penelitian ditingkat usaha kedalam metode penelitian.
Penerapan model ini dalam penyuluhan ditandai oleh peran serta aktif pelaku utama sebagai sasaran penyuluhan.
3. Langkah-langkah dalam menghadapi kelompok laggard:
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta huruf, status sosial ekonominya sangat rendah, tidak suka terhadap perubahan-perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimpus, 2003. Pedoman Umum Pemilihan Metoda Penyuluhan Perikanan. Badan PSDMP. Departemen Perikanan. Jakarta.
__________, 2006. Sistem Penyuluhan Perikanan, Perikanan, dan Kehutanan. Undang-undang RI. No. 16 Tahun 2006. Presiden RI.
__________, 2007. Metodologi Penyuluhan Perikanan Partisipatif.
Berlo, David K., 1980. The Process of Communication. An Introduction of Theory and Practice. Michigan State University. USA.
Stewart L.T dan Sylvia Moss, 2001. Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Djuarsa Serjaya, Sasa dkk 1999, Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta.
Ibrahim Jabal, 2003, Komunikasi dan Penyuluhan Perikanan.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya Bandung.
Marpaung dan Renaldi, 2001. Teknik Komunikasi dan Presentasi yang Efektif. Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia, Jakarta.
Nasuturi Zulkarimen, 1988. Komunikasi Pembangunan, PT. Raja Grafinindo Persada. Jakarta
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Roger,E.M., F.F. Shoemaker, 1986. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Penerjemah Hanafi,A. Usaha nasional, Surabaya. Terjemahan dari Commuication Of Innovations.
“Sinar Mentari” Gender Focal Point Pengembangan SDM Perikanan. STPP. Malang.
Tim Pusbangluh, 2008. Modul Dasar-dasar Komunikasi. Pusat Pengembangan Penyuluhan BPSDMKP, Jakarta.
Tim Pusbangluh, 2009. Modul Komunikasi yang Efektif. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENYUSUN
Fahrur Razi, SST dilahirkan di Pematang Panjang (Banjarmasin) 26 Januari 1982, lulus dari Sekolah Pertanian Pembangunan Banjarbaru pada Jurusan Budidaya Ikan Air Tawar tahun 1999 dan menamatkan pendidikan D4 Penyuluhan Perikanan di STPP Bogor tahun 2004, serta telah mengikuti berbagai pelatihan antara lain: Pengelolaan budidaya ikan air tawar (Banjarnegara, 2003); HACCP (Bogor, 2004); Pembekalan Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (Jakarta, 2004); Budidaya udang vaname di tambak (Bali, 2005); Intensifikasi Budidaya Udang di Tambak (Jepara, 2005); Diseminasi Budidaya Kerapu dan Perikanan di Laut (Gondol, 2006); Konsultan Keuangan Mitra Bank (Denpasar, 2007); Pelatihan Dasar bagi Penyuluh Perikanan Tingkat Ahli (Banjarbaru, 2008). Memulai karier sebagai Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak dengan penempatan pada Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana tahun 2004 s/d 2007, sejak Januari 2008 mengemban amanah sebagai PNS dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan pada Pusat Pengembangan Penyuluhan BPSDMKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
HANYA DI KENARI POKER BANYAK BONUSNYA BOSSKU
ReplyDeleteBonus Welcome Untuk New Member:
- Bagi deposit Rp.10,000 - Rp.14,999 Bonus Rp.5.000
- Bagi deposit Rp.15,000 - Rp.24,999 Bonus Rp.10.000
- Bagi deposit Rp.25,000 - Rp.49,999 Bonus Rp.15.000
- Bagi deposit Rp.50,000 - Rp.99,999 Bonus Rp.20.000
- Bagi deposit Rp.100,000 ke atas Bonus Rp.25.000s
- Bonus next deposit 5% untuk deposit Rp.50.000
REAL PLAYER VS PLAYER !!!
Syarat Klaim bonus yaitu menghubungi CS kami di
WHATSAPP : +855966139323, +85585426330
BBM : KENARI00
LIVE CHAT : KENARIPOKER . COM
ALTERNATIVE LINK : KENARIPOKER . COM