Setiap orang yang belajar ilmu perikanan tidak akan bisa menghindar dari penggunaan beberapa istilah atau terminology teknis yang sering digunakan pada bidang ilmu tersebut. Sayangnya, istilah-istilah tersebut bisa didefinisikan secara berbeda terkait dengan bidang kajian spesifik. Sebagai contoh, seorang ahli taksonomi akan membuat definisi ikan sesuai dengan klasifikasi nomenklatur ilmiah. Sebaliknya, pengelola perikanan (kementerian Kelautan dan Perikanan) membuat definisi ikan dalam kaitannya sebagai sumber daya yang bisa diambil. Pada teks ini, kita akan membahas beberapa istilah teknis dari dimensi atau kepentingan yang berbeda.
1. Ikan / Fish
Seperti telah dijelaskan, ikan bisa didefinisikan secara berbeda. Ahli taksonomi (taksonomist) menyatakan IKAN sebagai binatang bertulang belakang (vertebrata) yang bersirip, bernafas dengan insang dan hidup di air. Definisi ini digunakan untuk mempermudah dalam membuat klasifikasi atau membedakan antara ikan dengan kelompok organisme lainnya. Kata tulang belakang (vertebrata) digunakan untuk membedakan ikan dengan kelompok binatang non-vertebrata lainnya, seperti udang atau siput yang sama-sama hidup di air. Kata sirip digunakan untuk membedakan ikan dari binatang tidak bersirip, seperti lingsang, katak atau buaya yang sebagian besar hidupnya di air. Kata kunci bernafas dengan insang ialah juga kata kunci yang sangat khas membedakan kelompok ini dengan binatang lainnya. Sedangkan kata hidup di air digunakan untuk membedakannya dengan binatang vertebrata yang hidup di darat. Definisi ikan seperti tersebut di atas disebut sebagai definisi ikan secara ilmiah dan digunakan dalam kajian biologi perikanan maupun taksonomi.
Pemerintah pada umumnya memandang setiap objek dari dimensi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan masyarakat (public). Pemerintahan yang stabil sering ditentukan dari kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan dasar masyarakat. Untuk memenuhi tujuan tersebut IKAN didefinisikan sebagai binatang atau tanaman air yang bisa diambil atau dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Kata kunci pada definisi ini ialah sumberdaya biologi akuatik dan nilai ekonomis (akuatik = air atau perairan).
Sumberdaya biologi disebut juga sumberdaya hayati atau sumberdaya dapat pulih (renewable resources). Definisi umum dari sumberdaya ialah semua bahan mentah yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan kesejahteraan umat manusia. Sedangkan sumberdaya hayati ialah sumberdaya yang dapat melakukan pemulihan melalui proses reproduksi, sehingga disebut renewable resources. Dengan definisi di atas, ikan disamakan dengan istilah aquatic-renewable resources. Menurut pemerintah, udang ialah termasuk salah satu komoditas perikanan (kategori binatang berkulit keras). Bahkan rumput laut juga dimasukkan dalam kategori perikanan. Budidaya rumput laut, teripang, udang ialah contoh-contoh yang termasuk bidang kajian perikanan sebagai sumberdaya perairan dapat pulih. Pada mata kuliah PIPK, kita akan membahas IKAN dalam definisi yang lebih luas (binatang atau tanaman air yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia).
Pada kuliah lanjutan, mata kuliah Ichthyology secara khusus akan membahas ikan dalam definisi ilmiah seperti tersebut di atas (vertebrata bersirip, bernafas dengan insang dan hidup di air). Dalam scope ikan sebagai sumberdaya, dia akan mencakup ikan (arti sempit) bersama udang dan binatang air lainnya (juga tanaman air). Mata kuliah lanjutan yang membahas jenis sumberdaya ini disebut Avertebrata Air. Dari dua jenis mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang ikan dalam artian sempit maupun ikan sebagai sumberdaya akuatik.
Seperti telah dijelaskan, ikan bisa didefinisikan secara berbeda. Ahli taksonomi (taksonomist) menyatakan IKAN sebagai binatang bertulang belakang (vertebrata) yang bersirip, bernafas dengan insang dan hidup di air. Definisi ini digunakan untuk mempermudah dalam membuat klasifikasi atau membedakan antara ikan dengan kelompok organisme lainnya. Kata tulang belakang (vertebrata) digunakan untuk membedakan ikan dengan kelompok binatang non-vertebrata lainnya, seperti udang atau siput yang sama-sama hidup di air. Kata sirip digunakan untuk membedakan ikan dari binatang tidak bersirip, seperti lingsang, katak atau buaya yang sebagian besar hidupnya di air. Kata kunci bernafas dengan insang ialah juga kata kunci yang sangat khas membedakan kelompok ini dengan binatang lainnya. Sedangkan kata hidup di air digunakan untuk membedakannya dengan binatang vertebrata yang hidup di darat. Definisi ikan seperti tersebut di atas disebut sebagai definisi ikan secara ilmiah dan digunakan dalam kajian biologi perikanan maupun taksonomi.
Pemerintah pada umumnya memandang setiap objek dari dimensi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan masyarakat (public). Pemerintahan yang stabil sering ditentukan dari kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan dasar masyarakat. Untuk memenuhi tujuan tersebut IKAN didefinisikan sebagai binatang atau tanaman air yang bisa diambil atau dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Kata kunci pada definisi ini ialah sumberdaya biologi akuatik dan nilai ekonomis (akuatik = air atau perairan).
Sumberdaya biologi disebut juga sumberdaya hayati atau sumberdaya dapat pulih (renewable resources). Definisi umum dari sumberdaya ialah semua bahan mentah yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan kesejahteraan umat manusia. Sedangkan sumberdaya hayati ialah sumberdaya yang dapat melakukan pemulihan melalui proses reproduksi, sehingga disebut renewable resources. Dengan definisi di atas, ikan disamakan dengan istilah aquatic-renewable resources. Menurut pemerintah, udang ialah termasuk salah satu komoditas perikanan (kategori binatang berkulit keras). Bahkan rumput laut juga dimasukkan dalam kategori perikanan. Budidaya rumput laut, teripang, udang ialah contoh-contoh yang termasuk bidang kajian perikanan sebagai sumberdaya perairan dapat pulih. Pada mata kuliah PIPK, kita akan membahas IKAN dalam definisi yang lebih luas (binatang atau tanaman air yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia).
Pada kuliah lanjutan, mata kuliah Ichthyology secara khusus akan membahas ikan dalam definisi ilmiah seperti tersebut di atas (vertebrata bersirip, bernafas dengan insang dan hidup di air). Dalam scope ikan sebagai sumberdaya, dia akan mencakup ikan (arti sempit) bersama udang dan binatang air lainnya (juga tanaman air). Mata kuliah lanjutan yang membahas jenis sumberdaya ini disebut Avertebrata Air. Dari dua jenis mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang ikan dalam artian sempit maupun ikan sebagai sumberdaya akuatik.
2. Perikanan / Fisheries
Kata “perikanan” diduga ialah terjemahan dari istilah asing (Bahasa Inggris) “fisheries”. Sedangkan fisheries bisa mempunyai arti luas maupun sempit. Dalam arti luas fisheries diartikan sebagai semua kegiatan penangkapan dan/atau budidaya ikan – sementara, dalam artian sempit, kata fisheries sering diartikan sebagai kegiatan penangkapan saja. Pada beberapa teks, capture fisheries terkadang digunakan untuk menjelaskan perikanan yang terkait dengan usaha penangkapan. Sementara usaha budidaya ikan dinyatakan dengan istilah culture fisheries. Budidaya ikan terkadang diusahakan tidak dalam siklus penuh (full cycle). Sebagai contoh, seorang petani yang memelihara (budidaya) ikan bandeng. Benih ikan bandeng (nener) didapat dari usaha penangkapan dari alam (menggunakan alat tangkap sotok / towed net). Pelaku, pada kasus ini melakukan suatu usaha fisheries secara umum (penangkapan dan budidaya secara bersama).
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Perikanan (UU No. 31, 2004) Perikanan dinyatakan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya, mulai dari pra-produksi, produksi, pengolaan, sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Pada definisi ini perikanan akan mencakup aspek yang sangat kompleks sebagai suatu sistem dari lingkungan (pengelolaan), ekstraksi (penangkapan atau budidaya), teknologi pengolahan dan sistem ekonomi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat (sosial). Kompetensi lulusan pada Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan UB lebih cenderung untuk menganut definisi bidang perikanan yang kedua ini. Oleh karena itu, sebelum mempelajari lebih lanjut tentang mata kuliah keahlian (MKK) pada Program Studi masing-masing, setiap mahasiswa mendapat kuliah dasar keahlian dari Program Studi – Dasar-Dasar Akuakultur, Dasar-Dasar Penangkapan (MPI), Dasar-Dasar Pengawetan, Pengantar Ilmu Ekonomi, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi Perikanan, Limnologi (lingkungan perairan tawar dan payau) dan Ekologi Laut Tropis (Dasar-Dasar Kelautan) termasuk contohcontoh dari mata kuliah dasar program studi.
4.3. Manajemen Perikanan / Fisheries Management
Manajemen secara konvensional mencakup seluruh urutan: planning, organizing, actuating, controlling dan evaluating. Manajemen dalam bidang perikanan diartikan setara dengan pengelolaan. Dengan demikian, definisi perikanan (secara luas) di atas juga mencakup aspek manajemen. Manajemen perikanan ialah sama dengan mengelola perikanan – mengelola perikanan ialah mengatur ekstraksi sumberdaya ikan (penangkapan atau budidaya) agar bermanfaat optimal bagi kesejahteraan masyarakat namun tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya ikan. Secara analog, mengelola perikanan tangkap diartikan sebagai usaha untuk mengatur penangkapan agar tidak terjadi tangkap lebih (over-exploitation). Pengaturan penangkapan yang dimaksud, paling umum dilakukan melalui pembatasan jumlah atau kapasitas alat tangkap yang boleh beroperasi di suatu perairan. Metode pengaturan yang berkembang akhir-akhir ini ialah dengan melarang usaha penangkapan pada tempat-tempat tertentu yang diharapkan bisa memperbaiki wilayah sekitarnya. Pendekatan ini disebut konservasi kawasan. Selanjutnya, manajemen budidaya bisa diartikan sebagai mengatur aktifitas budidaya agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan dampak negatif pada sistem budidaya.
Tangkap lebih (over-fishing) didefinisikan sebagai kegiatan penangkapan yang dilakukan pada laju atau kecepatan yang melebihi kecepatan sumberdaya ikan melakukan pemulihan secara alami. Sebagai contoh – suatu perairan alami (semi-enclosed bay), pada tahun ini (2012) mempunyai total biomas ikan setara 100 ton. Melalui studi (hipotetik) misalnya diketahui bahwa ikan akan tumbuh 10% per tahun (dari stok awal). Jika semua faktor berjalan secara normal, kita bisa berharap bahwa tahun depan jumlah total biomas ikan akan mencapai 110 ton. Seandainya pada tahun 2012 nelayan mengambil ikan sebanyak 5 ton, maka tahun depan kita berharap mempunyai ikan setara 105 ton (ikan awal = 100 ton; tumbuh selama tahun 2012 – 2013 = 10 ton; diambil selama periode 2012 – 2013 = 5 ton). Pada kondisi ini berlaku bahwa laju penangkapan (5 ton per tahun) lebih rendah dari laju pertumbuhan biomas ikan (10 ton per tahun), atau perikanan disebut tangkap kurang (underfishing).
Pada skenario kedua, misalkan nelayan menangkap ikan pada laju > 10 ton per tahun – sebut saja, selama tahun 2012 – 2013 nelayan menangkap 15 ton, yang artinya tangkap lebih (over-fishing). Pada awal tahun 2013, total biomas ikan akan menjadi 95 ton (100 ton + 10 ton – 15 ton = 95 ton). Jika selama tahun 2013 nelayan menangkap 15 ton, maka sisa ikan pada awal tahun 2014 menjadi 89,5 ton (95 ton + 9,5 ton – 15 ton). Pada perhitungan ini, kita bisa mengambil pembelajaran bahwa tangkap lebih menyebabkan biomas ikan yang semakin kecil. Penurunan biomas ikan akan menyebabkan semakin sulitnya nelayan untuk mendapat ikan dan hasil tangkap akan berkurang. Dengan cara yang sama, tangkap lebih juga menyebabkan kemampuan pemulihan ikan yang semakin menurun. Terakhir, jika tangkap lebih dilakukan secara terus menerus, biomas akan terus berkurang dan menjadi terkuras. Kondisi ini disebut populasi ikan sudah mengalami deplesi.
Kata “perikanan” diduga ialah terjemahan dari istilah asing (Bahasa Inggris) “fisheries”. Sedangkan fisheries bisa mempunyai arti luas maupun sempit. Dalam arti luas fisheries diartikan sebagai semua kegiatan penangkapan dan/atau budidaya ikan – sementara, dalam artian sempit, kata fisheries sering diartikan sebagai kegiatan penangkapan saja. Pada beberapa teks, capture fisheries terkadang digunakan untuk menjelaskan perikanan yang terkait dengan usaha penangkapan. Sementara usaha budidaya ikan dinyatakan dengan istilah culture fisheries. Budidaya ikan terkadang diusahakan tidak dalam siklus penuh (full cycle). Sebagai contoh, seorang petani yang memelihara (budidaya) ikan bandeng. Benih ikan bandeng (nener) didapat dari usaha penangkapan dari alam (menggunakan alat tangkap sotok / towed net). Pelaku, pada kasus ini melakukan suatu usaha fisheries secara umum (penangkapan dan budidaya secara bersama).
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Perikanan (UU No. 31, 2004) Perikanan dinyatakan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya, mulai dari pra-produksi, produksi, pengolaan, sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Pada definisi ini perikanan akan mencakup aspek yang sangat kompleks sebagai suatu sistem dari lingkungan (pengelolaan), ekstraksi (penangkapan atau budidaya), teknologi pengolahan dan sistem ekonomi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat (sosial). Kompetensi lulusan pada Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan UB lebih cenderung untuk menganut definisi bidang perikanan yang kedua ini. Oleh karena itu, sebelum mempelajari lebih lanjut tentang mata kuliah keahlian (MKK) pada Program Studi masing-masing, setiap mahasiswa mendapat kuliah dasar keahlian dari Program Studi – Dasar-Dasar Akuakultur, Dasar-Dasar Penangkapan (MPI), Dasar-Dasar Pengawetan, Pengantar Ilmu Ekonomi, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi Perikanan, Limnologi (lingkungan perairan tawar dan payau) dan Ekologi Laut Tropis (Dasar-Dasar Kelautan) termasuk contohcontoh dari mata kuliah dasar program studi.
4.3. Manajemen Perikanan / Fisheries Management
Manajemen secara konvensional mencakup seluruh urutan: planning, organizing, actuating, controlling dan evaluating. Manajemen dalam bidang perikanan diartikan setara dengan pengelolaan. Dengan demikian, definisi perikanan (secara luas) di atas juga mencakup aspek manajemen. Manajemen perikanan ialah sama dengan mengelola perikanan – mengelola perikanan ialah mengatur ekstraksi sumberdaya ikan (penangkapan atau budidaya) agar bermanfaat optimal bagi kesejahteraan masyarakat namun tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya ikan. Secara analog, mengelola perikanan tangkap diartikan sebagai usaha untuk mengatur penangkapan agar tidak terjadi tangkap lebih (over-exploitation). Pengaturan penangkapan yang dimaksud, paling umum dilakukan melalui pembatasan jumlah atau kapasitas alat tangkap yang boleh beroperasi di suatu perairan. Metode pengaturan yang berkembang akhir-akhir ini ialah dengan melarang usaha penangkapan pada tempat-tempat tertentu yang diharapkan bisa memperbaiki wilayah sekitarnya. Pendekatan ini disebut konservasi kawasan. Selanjutnya, manajemen budidaya bisa diartikan sebagai mengatur aktifitas budidaya agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan dampak negatif pada sistem budidaya.
Tangkap lebih (over-fishing) didefinisikan sebagai kegiatan penangkapan yang dilakukan pada laju atau kecepatan yang melebihi kecepatan sumberdaya ikan melakukan pemulihan secara alami. Sebagai contoh – suatu perairan alami (semi-enclosed bay), pada tahun ini (2012) mempunyai total biomas ikan setara 100 ton. Melalui studi (hipotetik) misalnya diketahui bahwa ikan akan tumbuh 10% per tahun (dari stok awal). Jika semua faktor berjalan secara normal, kita bisa berharap bahwa tahun depan jumlah total biomas ikan akan mencapai 110 ton. Seandainya pada tahun 2012 nelayan mengambil ikan sebanyak 5 ton, maka tahun depan kita berharap mempunyai ikan setara 105 ton (ikan awal = 100 ton; tumbuh selama tahun 2012 – 2013 = 10 ton; diambil selama periode 2012 – 2013 = 5 ton). Pada kondisi ini berlaku bahwa laju penangkapan (5 ton per tahun) lebih rendah dari laju pertumbuhan biomas ikan (10 ton per tahun), atau perikanan disebut tangkap kurang (underfishing).
Pada skenario kedua, misalkan nelayan menangkap ikan pada laju > 10 ton per tahun – sebut saja, selama tahun 2012 – 2013 nelayan menangkap 15 ton, yang artinya tangkap lebih (over-fishing). Pada awal tahun 2013, total biomas ikan akan menjadi 95 ton (100 ton + 10 ton – 15 ton = 95 ton). Jika selama tahun 2013 nelayan menangkap 15 ton, maka sisa ikan pada awal tahun 2014 menjadi 89,5 ton (95 ton + 9,5 ton – 15 ton). Pada perhitungan ini, kita bisa mengambil pembelajaran bahwa tangkap lebih menyebabkan biomas ikan yang semakin kecil. Penurunan biomas ikan akan menyebabkan semakin sulitnya nelayan untuk mendapat ikan dan hasil tangkap akan berkurang. Dengan cara yang sama, tangkap lebih juga menyebabkan kemampuan pemulihan ikan yang semakin menurun. Terakhir, jika tangkap lebih dilakukan secara terus menerus, biomas akan terus berkurang dan menjadi terkuras. Kondisi ini disebut populasi ikan sudah mengalami deplesi.
,Izinkan Saya Mbah Agus Darma Untuk Memberikan Solusi Terbaik Untuk Anda Yang Sangat Membutuhkan.Ada Berbagai Cara Untuk Membantu Mengatasi Masalah Perekonomian,Dengan Jalan ; 1,Melalui Angka Togel Jitu ; Supranatural 2,Pesugihan Serba Bisa 3,Pesugihan Uang Balik/Bank ghaib 4,Ilmu Pengasihan 5,DLL HANYA DENGAN BERMODALKAN KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN,INSYA ALLAH ITU SEMUANYA AKAN BERHASIL SESUAI DENGAN KEINGINAN ANDA... Dunia yang akan mewujudkan impian anda dalam sekejab dan menuntaskan masalah keuangan anda dalam waktu yang singkat. Mungkin tidak pernah terpikir dalam hidup kita untuk menyentuh hal hal seperti ini. Ketika terpikirkan kekuasaan, uang dalam genggaman, semua bisa dikendalikan sesuai keinginan kita.Semua bisa diselesaikan secara logika.Tapi akankah logika selalu bisa menyelesaikan masalah kita. Pesugihan Mbah Agus Darma memiliki ilmu supranatural yang bisa menghasilkan angka angka putaran togel yang sangat mengagumkan, ini sudah di buktikan member bahkan yang sudah merasakan kemenangan(berhasil), baik di indonesia maupun di luar negeri.. ritual khusus di laksanakan di tempat tertentu, hasil ritual bisa menghasilkan angka 2D,3D,4D,5D.6D. sesuai permintaan pasien.Mbah bisa menembus semua jenis putaran togel. baik itu SGP/HK/Malaysia/Sydnei,Dll maupun putaran lainnya. Mbah Akan Membantu Anda Dengan Angka Ghoib Yang Sangat Mengagumkan "Kunci keberhasilan anda adalah harus optimis karena dengan optimis.. angka hasil ritual pasti berhasil !! BERGABUNGLAH DAN RAIH KEMENANGAN ANDA..! Tapi Ingat Kami Hanya Memberikan Angka Ritual Kami Hanya Kepada Anda Yang Benar-benar dengan sangat Membutuhkan Angka Ritual Kami .. Kunci Kami Anda Harus OPTIMIS Angka Bakal Tembus…Hanya dengan Sebuah Optimis Anda bisa Menang…!!! Apakah anda Termasuk dalam Kategori Ini 1. Di Lilit Hutang 2. Selalu kalah Dalam Bermain Togel 3. Barang berharga Anda Sudah Habis Buat Judi Togel 4. Anda Sudah ke mana-mana tapi tidak menghasilkan Solusi yang tepat Jangan Anda Putus Asa…Selama Mentari Masih Bersinar Masih Ada Harapan Untuk Hari Esok.Kami akan membantu anda semua dengan Angka Ritual Kami..Anda Cukup Mengganti Biaya Ritual Angka Nya Saja… Apabila Anda Ingin Mendapatkan Nomor Jitu 2D 3D 4D 6D Dari Mbah Agus Darma Selama Lima Kali Putaran,Silahkan Bergabung dengan Uang Pendaftaran Paket 2D Sebesar Rp. 500.000 Paket 3D Sebesar Rp. 700.000 Paket 4D Sebesar Rp. 1.000.000 Paket 6D Sebesar Rp. 1.500.000 dikirim Ke Rekening BRI.Atas Nama:No Rekening PENDAFTARAN MEMBER FORMAT PENDAFTARAN KETIK: Nama Anda#Kota Anda#Kabupaten#Togel SGP/HKG#DLL LALU kirim ke no HP : ( 0823-8738-4409 ) SILAHKAN HUBUNGI EYANG GURU:0823-8738-4409
ReplyDelete