Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sampai di mana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berlangsung. Dengan analisis usaha ini, pengusaha membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam perusahaannya. Untuk memperoleh keuntungan yang besar, dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau menekan harga jual. Namun, yang biasa dipakai oleh perusahaan yaitu dengan cara yang pertama, menekan biaya produksi. Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan ikan, dari persiapan sampai panen. Termasuk dalam hal ini biaya pembuatan kolam, biaya untuk perawatan sampai hasil pasca panen tersebut terjual.
Biaya produksi ini bisa dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, antara lain biaya pembuatan kolam, sewa lahan, dan biaya pembuatan saluran air. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi, seperti biaya untuk benur, pupuk, pakan, pemberantasan hama, upah tenaga kerja, biaya panen, dan penjualan.
Dari data analisis di atas dapat dihitung kelayakan investasinya. Perhitungan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam mengelola usaha perikanan. Perhitungan biaya yang sering dilakukan yaitu Titik Impas (break event point/BEP) dan waktu modal investasi dapat kembali (return of investment/ROI) serta perbandingan keuantungan terhadap biaya (benefit cost ratio/ BC Ratio).
1. Titik Impas (Break Event Point/BEP)
Break even point merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu pengusaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu, BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan.
Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya atau modal (baik itu modal tetap atau variabel), harga jual, dan tingkat produksi. Selanjutnya BEP bisa dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Biaya tetap
BEP =
Biaya variabel
1 –
Penjualan
2. Waktu Modal Investasi dapat kembali (Return of Invesment/ROI)
ROI merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Lalu mengapa perusahaan periu membuat perhitungan ROI ini? Apa manfaatnya? Jelas, manfaatnya sangat besar sekali bagi perusahaan. Dengan analisis ROI, perusahaan dapat mengukur sampai seberapa besar kemampuannya dalam mengembalikan modal yang telah ditanamnya. Dengan demikian, analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan tersebut.
Pada umumnya, besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh : (1) kemampuan pengusaha dalam menghasilkan laba, (2) kemampuan pengusaha dalam mengembalikan modal, dan (3) penggunaan modal dari luar untuk memperbesar perusahaan.
Besamya ROI dapat diperoleh dengan rumus berikut ini:
ROI = Laba usaha/Modal usaha
3. Perbandingan Keuantungan terhadap Biaya (Benefit Cost Ratio/ BC ratio)
Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria-kriteria investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha untuk memperbandingkan, mengukur, serta menghitung tingkat keuntungan usaha perikanan. Dengan B/C ini bisa dilihat kelayakan suatu usaha. Bila nilainya 1, berarti usaha tersebut belum mendapatkan keuntungan sehingga perlu pembenahan. Semakin kecil nilai rasio ini, semakin besar kemungkinan perusahaan menderita kerugian.
Fungsi nilai B/C ini sebagai pedoman untukmengetahui seberapa besar suatu jenis ikan harus diproduksi pada musim berikutnya. Rumus B/C sebagai berikut: B/C = Hasil penjualan/biaya produksi
B. Prinsip Analisis Biaya
Usaha perikanan merupakan suatu kegiatan ekonomi di bidang perikanan dimana terdapat sejumlah unsur (input) yang digunakan dan setiap input tersebut mengandung suatu nilai yang merupakan korbanan bagi pelaku usaha perikanan, yaitu sebagai biaya usaha perikanannnya. Input usaha perikanan yang umumnya dibutuhkan oleh pekau usaha perikanan meliputi benih, lahan, mesin (alat), tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen.
Input produksi saling berkaitan dan kedudukannya dalam usaha perikanan sama penting sehingga sering disebut sebagai faktor produksi. Pemahaman faktor produksi menyangkut masalah penguasaan dan pemilikan terhadap faktor-faktor produksi tersebut, dimana pemilikan memberikan kekuatan dan kekuasaan untuk berbuat terhadap faktor-faktor produksi dalam penggunaan pada proses produksi. Seseorang yang menguasai atau memiliki faktor produksi, dapat memberikan posisi atau status sosial yang tinggi di lingkungan masyarakatnya.
Lahan merupakan faktor produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain, selain itu distribusi penguasaannya dimasyarakat tidak merata dan tidak dapat dipindah-pindah walaupun dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Tenaga kerja dalam usahatani terbagi atas tenaga keja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mesin, dimana tenaga kerja manusia terbagi menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Terdapat perbedaan konversi dalam penentuan kerja, sehingga perlu diseragamkan agar memudahkan dalam penentuan kerja. Untuk menyeragamkan, maka konversi tenaga kerja yang digunakan adalah Hari Kerja Pria (HKP).
Modal adalah barang atau uang yang bersama – sama dengan faktor produksi lain yang digunakan untuk menghasilkan barang baru, yaitu produk pertanian. Modal dapat dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam satu periode, meliputi tanah dan bangunan. Sedangkan modal bergerak adalah modal yang habis dalam satu periode, meliputi uang tunai dan sarana produksi.
Manajemen atau pengelolaan merupakan unsur terakhir dalam kegiatan usaha. Manajemen dalam usaha perikanan adalah kemampuan pelaku usaha perikana dalam menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor – faktor produksi yang dikuasai untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Manajemen merupakan unsur usaha yang tidak berbentuk fisik akan tetapi unsur yang paling menentukan dalam keberhasilan usaha.
Keberadaan dan harga input usaha perikanan sangat menentukan dalam keberlanjutan usaha perikanan, sementara ketersediaannya bergantung kepada kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Dengan demikian, maka pelaku usaha perikanan perlu memahami prinsip-prinsip analisis biaya dalam penyelenggaraan usaha perikanannya.
Prinsip analisis biaya sangat penting karena pelaku usaha perikanan (petani ataupun nelayan dan pengolah hasil perikanan) dapat menguasai pengaturan biaya produksi dalam usahataninya tetapi tidak mampu mengatur harga komoditi (hasil produksi) yang dijualnya atau memberikan nilai kepada komoditi tersebut. Harga-harga tersebut ditentukan oleh berbagai faktor di luar usaha perikanan, termasuk pula faktor-faktor di luar negeri. Apabila keadaan lainnya tidak berubah, pelaku usaha perikanan harus mengurangi biaya persatuan komoditi yang dihasilkan bila ia ingin meningkatkan pendapatan bersih usahanya.
Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya, meliputi: 1)biaya tetap (fixed cost), dan 2) biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Petani rumput laut harus mampu membayarnya, berapapun jumlah produksi yang dihasilkan dari usaha budidayanya. Biaya tetap menjadi sangat penting apabila petani rumput laut memikirkan tambahan investasi seperti mesin, perahu, bangunan dan alat-alat lainnya. Tiap tambahan investasi hanya dapat dibenarkan apabila petani rumput laut mampu membelinya dan dalam jangka panjang dapat memberikan arus keuntungan.
Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Sebagai contoh, banyaknya tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha rumput laut. Apabila petani atau nelayan juragan mengupah tenaga kerja (buruh perikanan), maka ketika produksi dapat meningkat, kebutuhan terhadap buruh/tenaga kerja juga meningkat. Tetapi apabila tidak ada produksi, maka tidak ada kebutuhan terhadap tenaga kerja (buruh perikanan) tersebut.
C. Analisis Pendapatan Usaha
Pendapatan dalam suatu kegiatan usaha adalah balas jasa terhadap setiap faktor produksi dan merupakan ukuran keberhasilan kegiatan usaha. Analisis pendapatan usaha perikanan dilakukan untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha perikanan atau untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan dalam kegiatan usaha perikanan. Bagi pelaku usaha perikanan, analisis pendapatan dapat digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Informasi yang diperlukan dalam analisis pendapatan adalah jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran usaha perikanan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pada analisis pendapatan usaha perikanan ini, perhitungan didasarkan kepada biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang perikanan. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.
Penerimaan total merupakan nilai produk dari suatu usaha yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi. Total biaya atau pengeluaran dari suatu usaha agribisnis merupakan jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan budidaya dalam memproduksi komoditi perikanan. Pendapatan total usaha merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total.
Umumnya pendapatan usaha (keuntungan) dihitung untuk satu tahun kegiatan usaha. Keuntungan usaha dapat pula dihitung per musim tanam, dengan tetap menyesuaikan perhitunan besarnya beberapa jenis biaya secara proporsional, misalnya besarnya biaya penyusutan yang merupakan salah satu komponen dari biaya tetap (fixed cost). Berarti apabila telah dilakukan perhitungan biaya penyusutan untuk satu tahun, maka jika akan dihitung besarnya keuntungan per musim tanam, harus dilakukan pembagian dengan angka 8.
p = TR - TC
Pendapatan usaha (keuntungan) dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
p = Keuntungan (Rp)
TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
Dalam hal ini Total Revenue atau Penerimaan Total merupakan perkalian antara jumlah barang yang diproduksi/dipasarkan dengan harga barang tersebut; dengan asumsi bahwa semua barang yang diproduksi dapat dipasarkan seluruhnya. Total Revenue atau Penerimaan Total dalam bahasa perdagangan sehari-hari dikenal dengan sebutan omzet. Total Revenue atau Penerimaan Total dirumuskan sebagai berikut :
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)
P = Harga jual (Rp/Kg)
Q = Jumlah barang yang dijual (Kg)
Adapun Total Cost atau Biaya Total merupakan penjumlahan dari Biaya Tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable cost). Dalam bentuk matematis Total Cost dirumuskan sebagai berikut :
TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap (Rp)
VC = Variable Cost atau Biaya Variabel (Rp)
Untuk dapat menghitung besarnya keuntungan usaha, petani/pengusaha perikanan dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan melakukan pencatatan dengan baik setiap biaya investasi dan biaya-biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan usahanya.
Dalam menghitung keuntungan usaha, diperlukan data biaya yang sifatnya mendukung/melengkapi total biaya yang digunakan, yaitu berupa biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini mudah dihitung dan data dasarnya berasal dari data biaya investasi. Biaya penyusutan ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, dengan rumus sebagai berikut :
Penyusutan = harga beli – nilai sisa
umur ekonomis (tahun)
Keterangan :
- Penyusutan dalam satuan Rp/thn
- Harga beli dalam satuan Rupiah
- Nilai sisa dalam satuan Rupiah
D. Analisis Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha merupakan salah satu ukuran keberhasilan usaha perikanan. Untuk mengukur efisiensi usaha digunakan rasio imbangan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (R/C) yang merupakan perbandingan antara pendapatan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Secara teoritis R/C menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C-nya R/C ratio dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
R/C = TR
TC
Kriteria :
Bila R/C > 1, maka usaha dinyatakan menguntungkan
Bila R/C = 1, usaha mengalami impas
Bila R/C < 1, usaha mengalami kerugian
E. Analisis Waktu Balik Modal (Payback Period/PP)
Payback Period merupakan cara penilaian investasi yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh keuntungan atau dengan kata lain Payback Period adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang telah ditanamkan.
Secara matemetis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut :
PP = I
p
Keterangan :
PP = Payback Period (tahun)
I = Investasi (Rp)
p = Keuntungan (Rp/tahun)
Dengan kriteria, semakin singkat periode tingkat pengembalian modal maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.
F. Analisis Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga pokok produksi merupakan semua pengeluaran yang dikeluarkan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa yang akan dijual. Harga pokok produk dirumuskan sebagai berikut :
HPP = Total Biaya produksi dan pemasaran
Total produk yang dihasilkan
Keterangan :
- Biaya pokok produksi dalam satuan Rupiah
- Total jumlah produksi dalam satuan Kg
- HPP dalam satuan Rupiah/Kg
Dengan mengatahui HPP, pelaku pengusaha perikanan dapat menghitung/ menentukan besarnya marjin (perbedaan) antara harga penjualan produknya dengan biaya produksi yang telah dikeluarkannya. Besarnya marjin harga diperoleh dengan cara mengurangkan harga jual produk dengan HPPnya. Apabila harga jual produk lebih besar dari HPP, maka pengusaha perikanan dapat memperoleh keuntungan, sedangkan apabila harga jual peroduk lebih kecil dari HPP, maka pelaku utama/pengusaha perikanan akan mengalami kerugian.
SUMBER:
Bangs Jr., David H. 1992, “The Market Planing Guide”,USA, Dearborn Publishing Group,inc.
Bygrave,WD. 1994,The Portable MBA in Entrepreneurship.: New York ,John Willy & Sons.
Elia W. E., dan Yulianti Y., 2009. Manajemen Pemasaran - Designing and Managing Value Networks and Channels. Program Pasca Sarjana – Magister Manajemen. Universitas Trisakti, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PERENCANAAN%20USAHA.pdf
http://blog-ilmuonline.blogspot.com/2012/05/jaringan-usaha.html
Hudoyo M.W. dan Razi F., 2009. Modul Penyusunan Aturan Pengelolaan Keuangan Kelompok. Modul Pelatihan pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri-KP Tahun 2009. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Hudoyo M.W. dan Razi F., 2009. Modul Perencanaan Usaha. Modul Pelatihan pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri-KP Tahun 2009. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Purnama R. dan Razi F., 2011. Modul Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Pelaku Utama Perikanan. Modul Pelatihan Dasar bagi Penyuluh Perikanan Ahli. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Razi F., 2014. Pembinaan Manajerial Kelompok; Sebuah Langkah Sederhana, Urgensi dan Efektif. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan – BPSDMKP, Jakarta.
Biaya produksi ini bisa dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, antara lain biaya pembuatan kolam, sewa lahan, dan biaya pembuatan saluran air. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi, seperti biaya untuk benur, pupuk, pakan, pemberantasan hama, upah tenaga kerja, biaya panen, dan penjualan.
Dari data analisis di atas dapat dihitung kelayakan investasinya. Perhitungan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam mengelola usaha perikanan. Perhitungan biaya yang sering dilakukan yaitu Titik Impas (break event point/BEP) dan waktu modal investasi dapat kembali (return of investment/ROI) serta perbandingan keuantungan terhadap biaya (benefit cost ratio/ BC Ratio).
1. Titik Impas (Break Event Point/BEP)
Break even point merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu pengusaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu, BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan.
Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya atau modal (baik itu modal tetap atau variabel), harga jual, dan tingkat produksi. Selanjutnya BEP bisa dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Biaya tetap
BEP =
Biaya variabel
1 –
Penjualan
2. Waktu Modal Investasi dapat kembali (Return of Invesment/ROI)
ROI merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Lalu mengapa perusahaan periu membuat perhitungan ROI ini? Apa manfaatnya? Jelas, manfaatnya sangat besar sekali bagi perusahaan. Dengan analisis ROI, perusahaan dapat mengukur sampai seberapa besar kemampuannya dalam mengembalikan modal yang telah ditanamnya. Dengan demikian, analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan tersebut.
Pada umumnya, besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh : (1) kemampuan pengusaha dalam menghasilkan laba, (2) kemampuan pengusaha dalam mengembalikan modal, dan (3) penggunaan modal dari luar untuk memperbesar perusahaan.
Besamya ROI dapat diperoleh dengan rumus berikut ini:
ROI = Laba usaha/Modal usaha
3. Perbandingan Keuantungan terhadap Biaya (Benefit Cost Ratio/ BC ratio)
Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria-kriteria investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha untuk memperbandingkan, mengukur, serta menghitung tingkat keuntungan usaha perikanan. Dengan B/C ini bisa dilihat kelayakan suatu usaha. Bila nilainya 1, berarti usaha tersebut belum mendapatkan keuntungan sehingga perlu pembenahan. Semakin kecil nilai rasio ini, semakin besar kemungkinan perusahaan menderita kerugian.
Fungsi nilai B/C ini sebagai pedoman untukmengetahui seberapa besar suatu jenis ikan harus diproduksi pada musim berikutnya. Rumus B/C sebagai berikut: B/C = Hasil penjualan/biaya produksi
B. Prinsip Analisis Biaya
Usaha perikanan merupakan suatu kegiatan ekonomi di bidang perikanan dimana terdapat sejumlah unsur (input) yang digunakan dan setiap input tersebut mengandung suatu nilai yang merupakan korbanan bagi pelaku usaha perikanan, yaitu sebagai biaya usaha perikanannnya. Input usaha perikanan yang umumnya dibutuhkan oleh pekau usaha perikanan meliputi benih, lahan, mesin (alat), tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen.
Input produksi saling berkaitan dan kedudukannya dalam usaha perikanan sama penting sehingga sering disebut sebagai faktor produksi. Pemahaman faktor produksi menyangkut masalah penguasaan dan pemilikan terhadap faktor-faktor produksi tersebut, dimana pemilikan memberikan kekuatan dan kekuasaan untuk berbuat terhadap faktor-faktor produksi dalam penggunaan pada proses produksi. Seseorang yang menguasai atau memiliki faktor produksi, dapat memberikan posisi atau status sosial yang tinggi di lingkungan masyarakatnya.
Lahan merupakan faktor produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain, selain itu distribusi penguasaannya dimasyarakat tidak merata dan tidak dapat dipindah-pindah walaupun dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Tenaga kerja dalam usahatani terbagi atas tenaga keja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mesin, dimana tenaga kerja manusia terbagi menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Terdapat perbedaan konversi dalam penentuan kerja, sehingga perlu diseragamkan agar memudahkan dalam penentuan kerja. Untuk menyeragamkan, maka konversi tenaga kerja yang digunakan adalah Hari Kerja Pria (HKP).
Modal adalah barang atau uang yang bersama – sama dengan faktor produksi lain yang digunakan untuk menghasilkan barang baru, yaitu produk pertanian. Modal dapat dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam satu periode, meliputi tanah dan bangunan. Sedangkan modal bergerak adalah modal yang habis dalam satu periode, meliputi uang tunai dan sarana produksi.
Manajemen atau pengelolaan merupakan unsur terakhir dalam kegiatan usaha. Manajemen dalam usaha perikanan adalah kemampuan pelaku usaha perikana dalam menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor – faktor produksi yang dikuasai untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Manajemen merupakan unsur usaha yang tidak berbentuk fisik akan tetapi unsur yang paling menentukan dalam keberhasilan usaha.
Keberadaan dan harga input usaha perikanan sangat menentukan dalam keberlanjutan usaha perikanan, sementara ketersediaannya bergantung kepada kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Dengan demikian, maka pelaku usaha perikanan perlu memahami prinsip-prinsip analisis biaya dalam penyelenggaraan usaha perikanannya.
Prinsip analisis biaya sangat penting karena pelaku usaha perikanan (petani ataupun nelayan dan pengolah hasil perikanan) dapat menguasai pengaturan biaya produksi dalam usahataninya tetapi tidak mampu mengatur harga komoditi (hasil produksi) yang dijualnya atau memberikan nilai kepada komoditi tersebut. Harga-harga tersebut ditentukan oleh berbagai faktor di luar usaha perikanan, termasuk pula faktor-faktor di luar negeri. Apabila keadaan lainnya tidak berubah, pelaku usaha perikanan harus mengurangi biaya persatuan komoditi yang dihasilkan bila ia ingin meningkatkan pendapatan bersih usahanya.
Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya, meliputi: 1)biaya tetap (fixed cost), dan 2) biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Petani rumput laut harus mampu membayarnya, berapapun jumlah produksi yang dihasilkan dari usaha budidayanya. Biaya tetap menjadi sangat penting apabila petani rumput laut memikirkan tambahan investasi seperti mesin, perahu, bangunan dan alat-alat lainnya. Tiap tambahan investasi hanya dapat dibenarkan apabila petani rumput laut mampu membelinya dan dalam jangka panjang dapat memberikan arus keuntungan.
Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Sebagai contoh, banyaknya tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha rumput laut. Apabila petani atau nelayan juragan mengupah tenaga kerja (buruh perikanan), maka ketika produksi dapat meningkat, kebutuhan terhadap buruh/tenaga kerja juga meningkat. Tetapi apabila tidak ada produksi, maka tidak ada kebutuhan terhadap tenaga kerja (buruh perikanan) tersebut.
C. Analisis Pendapatan Usaha
Pendapatan dalam suatu kegiatan usaha adalah balas jasa terhadap setiap faktor produksi dan merupakan ukuran keberhasilan kegiatan usaha. Analisis pendapatan usaha perikanan dilakukan untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha perikanan atau untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan dalam kegiatan usaha perikanan. Bagi pelaku usaha perikanan, analisis pendapatan dapat digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Informasi yang diperlukan dalam analisis pendapatan adalah jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran usaha perikanan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pada analisis pendapatan usaha perikanan ini, perhitungan didasarkan kepada biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang perikanan. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.
Penerimaan total merupakan nilai produk dari suatu usaha yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi. Total biaya atau pengeluaran dari suatu usaha agribisnis merupakan jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan budidaya dalam memproduksi komoditi perikanan. Pendapatan total usaha merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total.
Umumnya pendapatan usaha (keuntungan) dihitung untuk satu tahun kegiatan usaha. Keuntungan usaha dapat pula dihitung per musim tanam, dengan tetap menyesuaikan perhitunan besarnya beberapa jenis biaya secara proporsional, misalnya besarnya biaya penyusutan yang merupakan salah satu komponen dari biaya tetap (fixed cost). Berarti apabila telah dilakukan perhitungan biaya penyusutan untuk satu tahun, maka jika akan dihitung besarnya keuntungan per musim tanam, harus dilakukan pembagian dengan angka 8.
p = TR - TC
Pendapatan usaha (keuntungan) dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
p = Keuntungan (Rp)
TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
Dalam hal ini Total Revenue atau Penerimaan Total merupakan perkalian antara jumlah barang yang diproduksi/dipasarkan dengan harga barang tersebut; dengan asumsi bahwa semua barang yang diproduksi dapat dipasarkan seluruhnya. Total Revenue atau Penerimaan Total dalam bahasa perdagangan sehari-hari dikenal dengan sebutan omzet. Total Revenue atau Penerimaan Total dirumuskan sebagai berikut :
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)
P = Harga jual (Rp/Kg)
Q = Jumlah barang yang dijual (Kg)
Adapun Total Cost atau Biaya Total merupakan penjumlahan dari Biaya Tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable cost). Dalam bentuk matematis Total Cost dirumuskan sebagai berikut :
TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap (Rp)
VC = Variable Cost atau Biaya Variabel (Rp)
Untuk dapat menghitung besarnya keuntungan usaha, petani/pengusaha perikanan dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan melakukan pencatatan dengan baik setiap biaya investasi dan biaya-biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan usahanya.
Dalam menghitung keuntungan usaha, diperlukan data biaya yang sifatnya mendukung/melengkapi total biaya yang digunakan, yaitu berupa biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini mudah dihitung dan data dasarnya berasal dari data biaya investasi. Biaya penyusutan ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, dengan rumus sebagai berikut :
Penyusutan = harga beli – nilai sisa
umur ekonomis (tahun)
Keterangan :
- Penyusutan dalam satuan Rp/thn
- Harga beli dalam satuan Rupiah
- Nilai sisa dalam satuan Rupiah
D. Analisis Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha merupakan salah satu ukuran keberhasilan usaha perikanan. Untuk mengukur efisiensi usaha digunakan rasio imbangan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (R/C) yang merupakan perbandingan antara pendapatan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Secara teoritis R/C menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C-nya R/C ratio dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
R/C = TR
TC
Kriteria :
Bila R/C > 1, maka usaha dinyatakan menguntungkan
Bila R/C = 1, usaha mengalami impas
Bila R/C < 1, usaha mengalami kerugian
E. Analisis Waktu Balik Modal (Payback Period/PP)
Payback Period merupakan cara penilaian investasi yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh keuntungan atau dengan kata lain Payback Period adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang telah ditanamkan.
Secara matemetis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut :
PP = I
p
Keterangan :
PP = Payback Period (tahun)
I = Investasi (Rp)
p = Keuntungan (Rp/tahun)
Dengan kriteria, semakin singkat periode tingkat pengembalian modal maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.
F. Analisis Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga pokok produksi merupakan semua pengeluaran yang dikeluarkan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa yang akan dijual. Harga pokok produk dirumuskan sebagai berikut :
HPP = Total Biaya produksi dan pemasaran
Total produk yang dihasilkan
Keterangan :
- Biaya pokok produksi dalam satuan Rupiah
- Total jumlah produksi dalam satuan Kg
- HPP dalam satuan Rupiah/Kg
Dengan mengatahui HPP, pelaku pengusaha perikanan dapat menghitung/ menentukan besarnya marjin (perbedaan) antara harga penjualan produknya dengan biaya produksi yang telah dikeluarkannya. Besarnya marjin harga diperoleh dengan cara mengurangkan harga jual produk dengan HPPnya. Apabila harga jual produk lebih besar dari HPP, maka pengusaha perikanan dapat memperoleh keuntungan, sedangkan apabila harga jual peroduk lebih kecil dari HPP, maka pelaku utama/pengusaha perikanan akan mengalami kerugian.
SUMBER:
Bangs Jr., David H. 1992, “The Market Planing Guide”,USA, Dearborn Publishing Group,inc.
Bygrave,WD. 1994,The Portable MBA in Entrepreneurship.: New York ,John Willy & Sons.
Elia W. E., dan Yulianti Y., 2009. Manajemen Pemasaran - Designing and Managing Value Networks and Channels. Program Pasca Sarjana – Magister Manajemen. Universitas Trisakti, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PERENCANAAN%20USAHA.pdf
http://blog-ilmuonline.blogspot.com/2012/05/jaringan-usaha.html
Hudoyo M.W. dan Razi F., 2009. Modul Penyusunan Aturan Pengelolaan Keuangan Kelompok. Modul Pelatihan pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri-KP Tahun 2009. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Hudoyo M.W. dan Razi F., 2009. Modul Perencanaan Usaha. Modul Pelatihan pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri-KP Tahun 2009. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Purnama R. dan Razi F., 2011. Modul Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Pelaku Utama Perikanan. Modul Pelatihan Dasar bagi Penyuluh Perikanan Ahli. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Razi F., 2014. Pembinaan Manajerial Kelompok; Sebuah Langkah Sederhana, Urgensi dan Efektif. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan – BPSDMKP, Jakarta.
0 comments:
Post a Comment