Klasifikasi Lobster Air Tawar
Seorang ahli bernama Patasik (2004) mengklasifikasikan Red
claw kedalam :
Filum : Arthropoda;
Sub filum : Mandibulata;
Kelas : Crustacea;
Sub kelas : Malacostraca;
Seri : Eumalacostraca;
Super ordo : Eucarida;
Ordo : Decapoda;
Sub ordo : Reptantia;
Famili : Parastacidae;
Genus : Cherax;
Spesies : Cherax quadricarinatus.
Sedangkan Holthuis (1950) mengklasifikasikan Red claw
kedalam :
Filum : Arthropoda;
Sub filum : Mandibulata;
Kelas : Crustacea;
Sub kelas : Malacostraca;
Super ordo : Eucarida;
Ordo : Decapoda;
Sub ordo : Reptantia;
Famili : Parastacidae;
Genus : Cherax;
Spesies : Cherax quadricarinatus.
Tubuh lobster terbagi dua bagian, yaitu bagian depan dan
bagian belakang.
Bagian depan terdiri dari bagian kepala dan dada. Kedua
bagian itu disebut chepaalotorax. Kepala udang ditutupi oleh cangkang kepala,
yang disebut carapace. Kelopak kepala bagian depan disebut rostrum atau cucuk
kepala. Bentuknya runcing dan bergerigi.
Kepala lobster terdiri dari enan ruas. Pada bagian itu
terdapat beberapa organ lain. Sepasang mata berada pada ruas pertama. Kedua
mata itu memiliki tangkai dan bisa bergerak. Pada ruas kedua dan ketiga
terdapat sungut kecil, yang disebut antenula, dan sungut besar yang disebut
antena.
Sedangkan pada ruang, keempat, kelima dan keenam terdapat
rahang (mandibula), maxilla I dan maxilla II. Ketiga bagian ini berfungsi
sebagai alat makan (Wiyanto dan Hartono, 2003). Organ lain yang ada pada bagian
kepala adalah kaki jalan. Jumlahnya empat pasang, dengan ukuran kaki paling
depan lebih besar.
Bagian belakang terdiri dari badan dan ekor. Kedua bagian
itu disebut abdomen. Pada bagian atas abdomen ditutupi dengan enam buah
kelopak. Sedangkan bagian bawahnya tidak tertutu, tetapi berisi kaki enam kaki
renang. Ekor terdiri dari bagian tengah yang disebut telson, dan bagian samping
yang disebut uropda.
Menurut Wiyanto dan Hartono (2003), ciri utama lobster air
tawar jenis Red claw adalah kedua ujung capitnya berwarna merah. Untuk jantan
warna merah muncul di bagian capit sebelah luar, sedangkan betina tidak seperti
itu, tetapi terkadang dijumpai warna merah tersebut berada di bagian dalam.
A. Pembenihan
1. Membedakan jantan dan betina
Sebelum
melakukan pembenihan, pembudidaya lobster harus dapat mengetahui terlebih dulu
perbedaan antara lobster jantan dan betina. Cara membedakan kelamin yang paling
mudah adalah menggunakan teknis visual dari atas dengan yaitu :
- Lobster
jantan dapat dilihat jika pada capit sebelah luarnya terdapat bercak berwarna
merah. Namun, tanda merah itu baru muncul ketika lobster berumur 3-4 bulan atau
setelah lobster berukuran 3 inc (7 cm). Tanda merah ini juga merupakan tanda
lobster jantan telah siap kawin (matang gonad).
- Pada
lobster betina di bagian yang sama tidak tampak tonjolan (penis). Ciri lobster
betina adalah terdapat lubang pada pangkal kaki ketiga dari bawah (ekor).
Lubang tersebut adalah kelamin lobster betina dan tempat mengeluarkan telurnya.
2. Pemilihan Induk
Pilih indukan yang berukuran di atas 4 inci (10 cm) atau
berumur di atas 5-6 bulan karena lobster seperti ini akan memiliki jumlah
anakan cukup banyak.
Tips memilih calon indukan yang berkualitas :
a. Pilih indukan
yang pertumbuhannya paling cepat di antara lobster-lobster yang
lain
b. Beli indukan
di tempat penjual indukan yang telah bersertifikat
c. Perhatikan
kelaminnya, jangan pilih lobster yang ”banci”. Pasalnya ada indukan yang
mempunyai indukan betina, tetapi juga memiliki kelamin jantan (sering di sebut
dengan lobster banci). Lobster tersebut kemungkinan besar tidak bisa bertelur
d. Pilih lobster
yang badannya gemuk. Hindari memilih indukan yang kepalanya besar tetapi tubuh
dan ekornya kecil. Ciri tersebut menandakan lobster kurang makan.
e. Kawinkan
lobster minimum ketika berumur 4 inci atau kira-kira berumur 5-6 bulan. Semakin
kecil (muda) lobster dikawinkan, pertumbuhan anakannya akan selalu lambat.
Misalnya, jika mengawinkan lobster ukuran 3 inci (7,5 cm) dan 4 inci (10 cm)
akan jauh lebih cepat daripada yang 3 inci. Namun, bukan berarti ukuran tubuh
anakan lobster 3 inci tidak bisa melebihi tubuh induknya. Lobster tersebut
tetap bisa tumbuh melebihi induknya tetapi prosesnya lebih lambat. Lobster
ukuran 3 inci memiliki jumlah telur maksimum 50 butir, sedangkan lobster
berukuran 4 inci bisa menghasilkan telur 200 butir.
f. Calon
indukan lobster berkualitas bisa didapat dengan cara memisahkan lobster jantan
dan betina ketika mereka berukuran 2 inci (5 cm). Paling bagus baru di kawinkan setelah masing-masing mencapai ukuran minimum
4 inci (10 cm).
g. Perlu juga
diketahui asal usul lobster atau keluarganya pilih jenis lobster yang murni
dari spesies tertentu agar pertumbuhan anakan lobster lebih baik.
3. Mengawinkan Lobster
Gabungkan
indukan jantan dan betina lobster menjadi satu dalam suatu media akuarium yang
berukuran 1x 0,5 meter tinggi 25 cm bisa dimasukkan sekitar 5 lobster betina
dan 3 lobster jantan. Satu jantan prinsipnya mampu membuahi 30 betina tetapi
dalam perkawinan di akuarium digunakan 3
lobster jantan karena dalam perkawinan tersebut lobster betina lebih dominan
dalam memilih pasangan yang cocok sehingga jika hanya ada 1 ekor lobster jantan
di dalam akuarium, kemungkinan ke 5 lobster betina untuk kawin dan bertelur
semua menjadi lebih kecil.
Kebiasaan lobster dalam melakukan perkawinan saling mencari
kecocokan. Ketika mengawinkan lobster, ukuran tubuh lobster jantan dan betina
tidak harus sama karena di habitat aslinya, lobster jantan memang memiliki tubuh
lebih besar daripada lobster betina.
Jika media perkawinan menggunakan akuarium ukuran 1x 0,5 x 0,5 meter,
letakan minimum 8 buah pipa paralon berdiameter 2 inci dan panjang 15-20 cm,
tergantung pada ukuran indukan.
Indukan berukuran 4 inci, panjang paralon yang di gunakan 15
cm dan indukan dengan ukuran 5-6 inci panjang paralonnya 20 cm. Dua minggu
setelah lobster jantan dan betina di gabungkan biasanya sudah ada indukan
bertelur.
Lobster dalam masa perkawinan akan saling berhadap-hadapan
membentuk formasi huruf Y. Lobster jantan akan mengeluarkan sperma dan
meletakannya di dekat pangkal ke dua kaki lobster betina. Sperma tersebut
berwarna putih, menggumpal, agak keras, dan larut ke air. Setelah di buahi,
lobster betina akan menyingkir dari lobster jantan sampai perlahan-lahan
mengeluarkan telurnya dari lubang pangkal kaki ketiga melewati sperma lalu
turun ke ekor atau abdomennya. Telur di kumpulkan didalam abdomennya sambil
ekornya menutup rapat selama seminggu pertama.
4. Pemindahan Induk Pengeraman dan Penetasan Telur
Setelah minggu
ke-2 atau ke-3 telur baru dapat menempel dengan baik di kaki renangnya, dan si
betina akan berjalan keliling dengan ekor terbuka sehingga telurnya dapat
terlihat. Dalam keadaan seperti ini induk dapat dipindahkan dari akuarium
perkawinan, ke kolam penetasan yang berukuran 1x 2 meter, atau ke kolam
penetasan massal menggunakan kurungan keranjang. Resiko meletakkan induk ke
dalam akuarium adalah harus memindah-mindahkan lagi, karena setelah satu bulan
harus di pisah-pisahkan lagi ke dalam akuarium.
Ciri Ciri
Proses Pematangan Telur :
a. Minggu kedua bentuk telur masih bulat
b. Minggu ketiga
mulai terlihat dua bintik hitam pada telur. Binitk hitam tersebut merupakan
embrio
c. Minggu keempat, capit, sungut, dan kakinya mulai tumbuh.
Pada fase ini, lobster masih belum bisa mandiri. Jika fase ini telur rontok
dari induknya kemungkinan besar embrio tersebut akan mati. Ketika menempel di
kaki renang induknya, ibunya akan dengan telaten merawat embrio tersebut dengan
cara menggoyang-goyangkan kaki renangnya untuk memberikan oksigen pada anak-anaknya, sering kali si induk akan
merapikan telurnya menggunakan kaki jalannya.
d. Minggu kelima hampir seluruh kuning telur sudah habis.
Ketika, embrio mulai lepas satu persatu dari induknya untuk mencari makanan
sendiri. Meskipun sudah lepas, embrio bisa saja menempel ke kaki renang
induknya sehingga ketika anakan sudah lepas sekitar 70%, sisanya sebanyak 30%
yang masih menempel sebaiknya dirontokan saja karena dikhawatirkan naluri
keibuannya sudah hilang akibat terlalu lama menggendong telur.
Setelah bersih,
si induk betina dipindahkan ke akuarium lain untuk istirahat selama dua minggu
sampai berganti kulit. Tujuannya, jika berganti kulit, ukuran lobster menjadi
semakin besar, sehingga semakin banyak juga jumlah anakan yang dihasilkan pada
penetasan berikutnya karena semakin besar tubuh lobster betina, kapasitas
penyimpanan telurnya akan bertambah besar. Semakin bertambah usia dan ukuran
lobster, jumlah telurnya terus bertambah, tetapi frekuensi bertelurnya menjadi
lebih jarang.
Ketika sedang
dalam masa istirahat panjang (1 bulan), ada kemungkinan induk sudah matang
gonad. Induk seperti ini dapat mengeluarkan telur sendiri tanpa dibuahi. Namun,
telur yang dihasilkan adalah telur kosong sehingga ketika induk menggendong
telur selama 1-2 minggu dan merasakan bahwa telur yang digendongnya tidak ada
pertumbuhan maka telur tersebut akan dimakannya. Apabila air ditempat
perkawinan dan air ditempat penetasan memiliki perbedaan suhu dan pH, letakan
terlebih dulu lobster yang sedang bertelur tersebut kedalam baskom yang diisi
dari akuarium perkawinan baru kemudian dipindahkan kekolam penetasan dengan
dipercik-percikan air kolam supaya suhu dan pH air di baskom stabil.
5. Pemeliharaan Benih
Setelah menetas,
anakan lobster tidak cocok diberi makanan dari jenis sayuran dan umbi-umbian
sebaiknya merekan diberi cacing sutera atau cacing beku sehingga bisa memacu
pertumbuhan denga baik. Jumlah pakan yang diberikan sebaiknya 3% dari berat
badannya. Pada pagi hari pakan yang diberikan sebanyak 2% dan sore hari 75%.
6. Kematian Benih Lobster
Kematian benih
biasa dipicu oleh kegagalan dalam pergantian kulit yang pertama kali.
7. Panen Benih
Dalam
pemanenan benih berukuran 1-2 cm alat yang digunakan adalah ember plastik
scoopnet berukuran 20 x 10 cm. Sementara itu saat yang baik untuk pemanenan
adalah sebelum jam 9 pagi berada dilingkungan terbuka, kualitas dan parameter
air yang digunakan harus sama dengan air dalam akuarium agar benih tidak
menjadi stres.
Sebaiknya air yang digunakan berupa air baru, bukan dari akuarium karena
biasanya telah kotor. Perlu diketahui, tingkat sensitifitas benih berukuran 20
hari terhadap perubahan lingkungan drastis lebih tinggi dibandingkan dengan
ukuran lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Cholik, F., A.G Jagatraya, R.P Poernomo, dan A. Jauzi. 2005.
Akuakultur. MPN dan TAAT. Jakarta 415 hal
Ditjen PK2P. 2004. Direktori Ikan Hias. Departemen Kelautan
dan Perikanan. Jakarta 150 hal
Lukito, A. dan S. Prayogo. 2002. Lobster Air Tawar. Penebar
Swadaya. Jakarta 291 hal
Saparinto, C., 2010. Usaha Ikan Konsumsi. Penebar Swadaya.
Jakarta 171 hal
Setiawan, C., 2006. Teknik Pembenihan dan Cara Cepat
Pembesaran Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta 88 hal
Sukmajaya, Y. dan I. Suharjo. 2003. Lobster Air Tawar.
Agromedia Pustaka. Jakarta 56 hal
Wijayanto, R.H. dan R. Hartono. 2003. Merawat Lobster Hias
di Akuarium. Penebar Swadaya. Jakarta 63 hal
0 comments:
Post a Comment