Jenis Ektoparasit Trematoda
1) Dactylogyrus sp.
Parasit cacing ini hidup pada inang sehingga seluruh hidupnya berfungsi sebagai parasit dan merupakan ektoparasit yang ditemukan menyerang insang ikan dan jarang ditemukan pada permukaan tubuh ikan. Ikan yang diserang parasit ini biasanya akan menjadi kurus dan kulitnya tidak kelihatan bening lagi. Kulit juga terlihat pucat, bintik-bintik merah di bagian tertentu, produksi lendir tidak normal, dan pada sebagian atau seluruh tubuh berwarna gelap, sisik dan kulit terkelupas danrespirasi terganggu (ikan kelihatan megapmegap seperti kekurangan oksigen), juga ikan sering terlihat menggosok-gosokkan badannya ke dasar atau pematang kolam serta benda-benda keras lain di sekitarnya (Kordi,
2004).
2) Gyrodactylus sp.
Gyrodactylus sp. adalah ektoparasit yang sering menyerang ikan pada bagian kulit maupun insang (Klinger &
Floyd, 1998 dalam Purwoko, 2004). Organisme jenis ini
dapat diisolasi dari permukaan tubuh ikan, insang, dan sirip (Anonim, 2009). Ikan yang terserang biasanya banyak mengeluarkan lendir, warna tubuhnya pucat, ikan lemas tidak suka bergerak dan siripnya kuncup, insang pucat, pertumbuhan ikan terhambat, nafsu makan ikan berkurang, maka dapat dipastikan ikan tersebut terserang penyakit ini
(Kordi, 2004).
Ektoparasit Jenis Crustacea
1) Learnea sp.
Learnea sp. merupakan parasit berjangkar, pada stadium dewasa menghujamkan kepalanya ke jaringan badan ikan dengan kuat sekali. Tubuh Learnea sp. memanjang seperti cacing, pada bagian kepalanya terdapat empat tonjolan seperti tanduk-tanduk (Daelami, 2001). Parasit menempel pada tutup insang, sirip atau pada mata, setelah 15 menit kemudian terlihat luka-luka di tempat penyerangan tersebut. Pada umumnya infeksi Learnea sp. ditandai oleh kehilangan berat badan akibat turunnya nafsu makan (Kordi,
2004).
2) Ergasiliosis sp.
Ergasiliosis sp. merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh ektoparasit genus Ergasilus. Ikan yang terserang organisme ini biasanya operkulum membuka dan tidak menutup secara sempurna, selain itu menyerang organ lain seperti sirip dan jaringan dekat mata. Akibatnya, terjadi kelainan bentuk insang, penyempitan pembuluh darah, kematian jaringan insang dan jaringan tubuh, produksi lendir yang berlebihan, dan dapat mengakibatkan tingginya mortalitas pada ikan (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
3) Caligusias sp.
Ikan yang terserang penyakit parasit ini akan terlihat adanya parasit yang menempel pada permukaan tubuh ikan, karena permukaan tubuh dan sirip merupakan organ target dari parasit ini. Penularannya biasanya melalui ikan budidaya yang terinfeksi (kontak langsung), air mengandung larva parasit dan ikan liar sebagai carrier (Tim Karya Tani
Mandiri, 2009).
4) Argulus sp.
Argulus sp. merupakan ektoparasit sejenis udang renik yang mempunyai bentuk tubuh bulat pipih seperti kutu, sehingga sering disebut sebagai kutu ikan. Tubuhnya dilengkapi dengan pengait untuk mengaitkan tubuhnya pada inang. Ciri ikan yang terserang penyakit ini adalah tubuhnya kurus, lemah, dan kurang darah akibat dihisap darahnya. Luka bekas alat hisap inilah yang merupakan bagian yang mudah diserang bakteri dan jamur, sehingga dapat terjadi infeksi sekunder yang menyebabkan ikan akan mengalami kematian masal (Afrianto & Liviawaty, 1992 dalam Rokhmawati, 2006). Argulus sp. selain menyerang insang juga menyerang pada bagian tubuh (Klinger & Floyd, 1998 dalam Mukaromah, 2011).
Ciri-Ciri Ikan Lele Dumbo Yang Terserang Penyakit
Lele dumbo (C.gariepinus) yang terserang penyakit dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda yang ditunjukkan oleh aktifitas yang dilakukannya. Adapun ciri-ciri lele dumbo (C.gariepinus) yang terserang hama dan penyakit antara lain ikan terlihat pasif, lemah, dan kehilangan keseimbangan tubuhnya sehingga cenderung mengapung di permukaan air, nafsu makan menurun bahkan pada ikan sangat lemah tidak ada nafsu makan sama sekali, ikan mengalami kesulitan untuk bernafas (megap-megap), dan mempunyai reaksi lambat bahkan sering dijumpai ikan tidak bereaksi sama sekali. Adapun ciri lain, yaitu tubuh ikan tidak licin lagi karena selaput lendirnya telah berkurang atau habis sehingga ikan mudah ditangkap. Pada bagian-bagian tertentu dari tubuh ikan dapat terlihat pendarahan terutama di dada, perut, dan pangkal sirip. Pendarahan ini menunjukkan bahwa tingkat serangan penyakit sudah tinggi. Sirip punggung, dada, dan ekor mengalami rusak serta pecah-pecah, sering pula sirip hanya tinggal tulang yang kerasnya saja. Insang mengalami kerusakan dan tidak berfungsi lagi, sehingga ikan sering terlihat mengalami kesulitan untuk bernafas. Warna insang yang semula merah segar berubah menjadi keputih-putihan atau kebiru-biruan. Jika bagian perutnya dibelah akan terlihat organ hati menjadi berwarna kekuningkuningan dan ususnya agak rapuh (Afrianto & Liviawaty, 1992 dalam
Purwoko, 2004).
Faktor Penyebab Penyakit Pada Lele Dumbo
Dalam membudidayakan ikan lele dumbo, sering mendapat kendala karena serangan penyakit. Faktor penyebab penyakit atau peristiwa yang memicu terjadinya serangan penyakit antara lain patogen, stres, kekurangan gizi, pemberian pakan yang berlebihan, dan kualitas air.
a. Patogen
Patogen merupakan organisme yang dapat menyebabkan penyakit, yang termasuk patogen di antaranya yaitu bakteri, jamur, virus, dan protozoa (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
b. Stres
Semua perubahan pada lingkungan dianggap sebagai penyebab stres bagi ikan dan untuk itu diperlukan adanya adaptasi dari ikan. Stres
dapat menyebabkan ikan menjadi shok, tidak mau makan, dan
meningkatnya kepekaan terhadap penyakit (Kordi, 2004).
c. Kekurangan Gizi
Ikan yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab penyakit. Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan menjadi lebih mudah terserang penyakit (Kordi,
2004).
d. Pemberian Pakan yang Berlebihan
Pemberian pakan yang berlebihan dapat menyebabkan ikan mengalami kekenyangan yang berlebihan sehingga usus ikan mudah pecah. Pakan yang berlebihan dan tidak habis dimakan oleh ikan akan tertimbun di dasar kolam, dengan demikian akan mempercepat penurunan kualitas air. Pakan merupakan sumber bahan organik yang bila mengalami dekomposisi akan menjadi amonia, sedangkan konsentrasi amonia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan (Kordi, 2004).
e. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya perikanan. Kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya ikan, karena air merupakan tempat hidup bagi ikan (Kordi, 2004).
Kualitas air untuk lele dumbo (C. gariepinus)
Kualitas air untuk budidaya ikan lele dumbo merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam usaha budidaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air antara lain faktor fisika, kimia, dan biologi. parameter fisika dan kimia yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan antara lain suhu, pH, dan oksigen terlarut.
a. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu dan dapat menekan laju pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sangat drastis. Kisaran suhu optimum bagi kehidupan ikan lele dumbo 25-28˚C (Pamunjtak, 2010). Menurut Suyanto
(2007) suhu air untuk budidaya ikan lele dumbo adalah 24-28˚C.
b. pH pH merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan dan sangat berperan pada organisme perairan dalam keadaan terlarut, sehingga dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kualitas perairan. Kisaran pH yang ideal untuk kehidupan budidaya perikanan ikan lele dumbo berkisar antara 6,5 sampai 9 (Pamunjtak, 2010).
c. DO (Kadar Oksigen Terlarut)
Kandungan oksigen terlarut dalam air merupakan komponen utama bagi metabolisme ikan dan organisme perairan lainnya (Kordi, 2004).
Sebagian besar ikan membutuhkan oksigen terlarut sebanyak 5ppm. Idealnya batas pertumbuhan ikan adalah 5 ppm (Sitanggang, 2002 dalam Mukaromah, 2011). Oksigen terlarut untuk budidaya ikan lele dumbo adalah 3 ppm (Khairuman & Amri, 2012).
1) Dactylogyrus sp.
Parasit cacing ini hidup pada inang sehingga seluruh hidupnya berfungsi sebagai parasit dan merupakan ektoparasit yang ditemukan menyerang insang ikan dan jarang ditemukan pada permukaan tubuh ikan. Ikan yang diserang parasit ini biasanya akan menjadi kurus dan kulitnya tidak kelihatan bening lagi. Kulit juga terlihat pucat, bintik-bintik merah di bagian tertentu, produksi lendir tidak normal, dan pada sebagian atau seluruh tubuh berwarna gelap, sisik dan kulit terkelupas danrespirasi terganggu (ikan kelihatan megapmegap seperti kekurangan oksigen), juga ikan sering terlihat menggosok-gosokkan badannya ke dasar atau pematang kolam serta benda-benda keras lain di sekitarnya (Kordi,
2004).
2) Gyrodactylus sp.
Gyrodactylus sp. adalah ektoparasit yang sering menyerang ikan pada bagian kulit maupun insang (Klinger &
Floyd, 1998 dalam Purwoko, 2004). Organisme jenis ini
dapat diisolasi dari permukaan tubuh ikan, insang, dan sirip (Anonim, 2009). Ikan yang terserang biasanya banyak mengeluarkan lendir, warna tubuhnya pucat, ikan lemas tidak suka bergerak dan siripnya kuncup, insang pucat, pertumbuhan ikan terhambat, nafsu makan ikan berkurang, maka dapat dipastikan ikan tersebut terserang penyakit ini
(Kordi, 2004).
Ektoparasit Jenis Crustacea
1) Learnea sp.
Learnea sp. merupakan parasit berjangkar, pada stadium dewasa menghujamkan kepalanya ke jaringan badan ikan dengan kuat sekali. Tubuh Learnea sp. memanjang seperti cacing, pada bagian kepalanya terdapat empat tonjolan seperti tanduk-tanduk (Daelami, 2001). Parasit menempel pada tutup insang, sirip atau pada mata, setelah 15 menit kemudian terlihat luka-luka di tempat penyerangan tersebut. Pada umumnya infeksi Learnea sp. ditandai oleh kehilangan berat badan akibat turunnya nafsu makan (Kordi,
2004).
2) Ergasiliosis sp.
Ergasiliosis sp. merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh ektoparasit genus Ergasilus. Ikan yang terserang organisme ini biasanya operkulum membuka dan tidak menutup secara sempurna, selain itu menyerang organ lain seperti sirip dan jaringan dekat mata. Akibatnya, terjadi kelainan bentuk insang, penyempitan pembuluh darah, kematian jaringan insang dan jaringan tubuh, produksi lendir yang berlebihan, dan dapat mengakibatkan tingginya mortalitas pada ikan (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
3) Caligusias sp.
Ikan yang terserang penyakit parasit ini akan terlihat adanya parasit yang menempel pada permukaan tubuh ikan, karena permukaan tubuh dan sirip merupakan organ target dari parasit ini. Penularannya biasanya melalui ikan budidaya yang terinfeksi (kontak langsung), air mengandung larva parasit dan ikan liar sebagai carrier (Tim Karya Tani
Mandiri, 2009).
4) Argulus sp.
Argulus sp. merupakan ektoparasit sejenis udang renik yang mempunyai bentuk tubuh bulat pipih seperti kutu, sehingga sering disebut sebagai kutu ikan. Tubuhnya dilengkapi dengan pengait untuk mengaitkan tubuhnya pada inang. Ciri ikan yang terserang penyakit ini adalah tubuhnya kurus, lemah, dan kurang darah akibat dihisap darahnya. Luka bekas alat hisap inilah yang merupakan bagian yang mudah diserang bakteri dan jamur, sehingga dapat terjadi infeksi sekunder yang menyebabkan ikan akan mengalami kematian masal (Afrianto & Liviawaty, 1992 dalam Rokhmawati, 2006). Argulus sp. selain menyerang insang juga menyerang pada bagian tubuh (Klinger & Floyd, 1998 dalam Mukaromah, 2011).
Ciri-Ciri Ikan Lele Dumbo Yang Terserang Penyakit
Lele dumbo (C.gariepinus) yang terserang penyakit dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda yang ditunjukkan oleh aktifitas yang dilakukannya. Adapun ciri-ciri lele dumbo (C.gariepinus) yang terserang hama dan penyakit antara lain ikan terlihat pasif, lemah, dan kehilangan keseimbangan tubuhnya sehingga cenderung mengapung di permukaan air, nafsu makan menurun bahkan pada ikan sangat lemah tidak ada nafsu makan sama sekali, ikan mengalami kesulitan untuk bernafas (megap-megap), dan mempunyai reaksi lambat bahkan sering dijumpai ikan tidak bereaksi sama sekali. Adapun ciri lain, yaitu tubuh ikan tidak licin lagi karena selaput lendirnya telah berkurang atau habis sehingga ikan mudah ditangkap. Pada bagian-bagian tertentu dari tubuh ikan dapat terlihat pendarahan terutama di dada, perut, dan pangkal sirip. Pendarahan ini menunjukkan bahwa tingkat serangan penyakit sudah tinggi. Sirip punggung, dada, dan ekor mengalami rusak serta pecah-pecah, sering pula sirip hanya tinggal tulang yang kerasnya saja. Insang mengalami kerusakan dan tidak berfungsi lagi, sehingga ikan sering terlihat mengalami kesulitan untuk bernafas. Warna insang yang semula merah segar berubah menjadi keputih-putihan atau kebiru-biruan. Jika bagian perutnya dibelah akan terlihat organ hati menjadi berwarna kekuningkuningan dan ususnya agak rapuh (Afrianto & Liviawaty, 1992 dalam
Purwoko, 2004).
Faktor Penyebab Penyakit Pada Lele Dumbo
Dalam membudidayakan ikan lele dumbo, sering mendapat kendala karena serangan penyakit. Faktor penyebab penyakit atau peristiwa yang memicu terjadinya serangan penyakit antara lain patogen, stres, kekurangan gizi, pemberian pakan yang berlebihan, dan kualitas air.
a. Patogen
Patogen merupakan organisme yang dapat menyebabkan penyakit, yang termasuk patogen di antaranya yaitu bakteri, jamur, virus, dan protozoa (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
b. Stres
Semua perubahan pada lingkungan dianggap sebagai penyebab stres bagi ikan dan untuk itu diperlukan adanya adaptasi dari ikan. Stres
dapat menyebabkan ikan menjadi shok, tidak mau makan, dan
meningkatnya kepekaan terhadap penyakit (Kordi, 2004).
c. Kekurangan Gizi
Ikan yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab penyakit. Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan menjadi lebih mudah terserang penyakit (Kordi,
2004).
d. Pemberian Pakan yang Berlebihan
Pemberian pakan yang berlebihan dapat menyebabkan ikan mengalami kekenyangan yang berlebihan sehingga usus ikan mudah pecah. Pakan yang berlebihan dan tidak habis dimakan oleh ikan akan tertimbun di dasar kolam, dengan demikian akan mempercepat penurunan kualitas air. Pakan merupakan sumber bahan organik yang bila mengalami dekomposisi akan menjadi amonia, sedangkan konsentrasi amonia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan (Kordi, 2004).
e. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya perikanan. Kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya ikan, karena air merupakan tempat hidup bagi ikan (Kordi, 2004).
Kualitas air untuk lele dumbo (C. gariepinus)
Kualitas air untuk budidaya ikan lele dumbo merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam usaha budidaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air antara lain faktor fisika, kimia, dan biologi. parameter fisika dan kimia yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan antara lain suhu, pH, dan oksigen terlarut.
a. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu dan dapat menekan laju pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sangat drastis. Kisaran suhu optimum bagi kehidupan ikan lele dumbo 25-28˚C (Pamunjtak, 2010). Menurut Suyanto
(2007) suhu air untuk budidaya ikan lele dumbo adalah 24-28˚C.
b. pH pH merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan dan sangat berperan pada organisme perairan dalam keadaan terlarut, sehingga dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kualitas perairan. Kisaran pH yang ideal untuk kehidupan budidaya perikanan ikan lele dumbo berkisar antara 6,5 sampai 9 (Pamunjtak, 2010).
c. DO (Kadar Oksigen Terlarut)
Kandungan oksigen terlarut dalam air merupakan komponen utama bagi metabolisme ikan dan organisme perairan lainnya (Kordi, 2004).
Sebagian besar ikan membutuhkan oksigen terlarut sebanyak 5ppm. Idealnya batas pertumbuhan ikan adalah 5 ppm (Sitanggang, 2002 dalam Mukaromah, 2011). Oksigen terlarut untuk budidaya ikan lele dumbo adalah 3 ppm (Khairuman & Amri, 2012).
0 comments:
Post a Comment