Wednesday, September 9, 2015

PENYAKIT PADA IKAN YANG MERUGIKAN DAM BUDIDAYA

September 09, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Penyakit Ikan
Dalam usaha budidaya ikan, penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian ekonomis, karena penyakit dapat menyebabkan kekerdilan, periode pemeliharaan lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah, dan kematian (Handajani & Samsundari, 2005).
Penyakit ikan merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan baik secara langsung maupun tidak langsung (Kordi, 2004). Pada dasarnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang dengan sendirinya  melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi ikan (inang), dan adanya jasad patogen (jasad penyakit) (Handajani & Samsundari, 2005). Timbulnya suatu penyakit disebabkan dari hasil interaksi yang tidak sesuai dengan lingkungan yang menyebabkan stres pada ikan, sehingga mengakibatkan kondisi  tubuhnya melemah dan nantinya terserang oleh penyakit (Kordi, 2004). Penyakit merupakan suatu gangguan pada organisme yang disebabkan oleh parasit (Mulia, 2007). Serangan penyakit yang terjadi pada ikan di kolam budidaya terjadi karena terganggunya keharmonisan interaksi antara tiga komponen utama yaitu ikan, kondisi lingkungan, dan organisme penyakit
(Mukaromah, 2011).
Sumber penyakit yang sering menyerang ikan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi (Afrianto
& Liviawaty, 1992 dalam Mukaromah, 2011).
a. Penyakit Infeksi
Penyakit yang disebabkan adanya aktivitas organisme parasit. Organisme yang sering menyerang ikan pemeliharaan, antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, dan udang renik.
b. Penyakit Non-infeksi
Penyakit yang disebabkan oleh selain mikroorganisme hidup yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pakan, lingkungan, keturunan, dan penanganan. 
Interaksi yang terjadi pada ikan akibat serangan parasit merupakan masalah yang cukup serius dibandingkan dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain (Zonneveld et al., 1991). Organisme parasit bisa menjadi wabah infeksi sekunder, maksudnya infeksi yang sudah berbahaya dan adanya organisme lain seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, dan udang renik (Purwoko, 2004).
1 Pengertian Parasit
Organisme parasit adalah organisme yang hidup di dalam atau pada tubuh organisme lain dan mendapatkan makanan untuk hidupnya tanpa memberi hubungan timbal balik yang menguntungkan bagi organisme yang menjadi tempat hidupnya
(Brotowidjoyo, 1987). Parasit adalah hewan atau  tumbuhan yang
hidup atas pengorbanan inangnya, yaitu dengan suatu cara parasit itu menyakiti inangnya sendiri (Noble & Noble, 1989).
Parasit merupakan organisme yang hidup pada organisme lain yang mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian (Kabata, 1985 dalam Prasetiyawan, 2011). Parasitisme adalah hubungan dari salah satu spesies parasit dengan inangnya. Inang perperan sebagai tempat untuk memperoleh makanan dan nutrisi bagi parasit, sehingga tubuh inang merupakan lingkungan yang paling utama untuk habitat parasit (Adelaide et al., 2011).
Penyakit akibat infeksi parasit menjadi salah satu ancaman keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan
penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit. Selain itu kualitas air, volume air, dan alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat (Irianto, 2005). Berdasarkan sifat hidupnya parasit dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu obligat dan fakultatif.
Golongan obligat yaitu parasit yang hanya bisa hidup jika berada pada inang. Golongan fakultatif yaitu parasit yang mampu hidup di lingkungan air jika tidak ada inang disekitarnya (Adelaide et al., 2011). Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit (Syakuri et al., 2004).
2 Pengertian Ektoparasit
Ektoparasit merupakan organisme parasit yang menginfeksi bagian luar dari inang (ikan) dan dapat menimbulkan kerugian pada budidaya ikan (Stickney, 1994 dalam Purbomartono, 2005). Pada ikan budidaya, ektoparasit dapat menimbulkan mortalitas yang tinggi terutama pada fase pembenihan yang merupakan periode sensitif terhadap serangan ektoparasit (Purbomartono, 2005). Ektoparasit pada ikan air tawar seringkali menjadi wabah penyakit pada kegiatan usaha budidaya ikan (Mukaromah, 2011).
3 Jenis-jenis Ektoparasit
Ektoparasit berdasarkan sistematika penyebabnya
digolongkan menjadi tiga, yaitu ektoparasit protozoa, ektoparasit cacing, dan ektoparasit udang renik (Tim Karya Tani Mandiri,
2009).
a. Jenis Ektoparasit Protozoa
1) Costiasis.
Costiasis merupakan penyakit yang disebabkan
adanya parasit Costia. Penyakit ini menyerang larva ikan/ikan muda. Selain ditemukan pada ikan air tawar, juga ditemukan menyerang katak dan ikan-ikan hias akuarium. Parasit ini menyebar melalui air dan adanya kontak langsung pada ikan dengan ikan lainnya. Costia menghisap nutrisi ikan inang dengan cara menempel dan menembus sel kulit ikan melalui bagian anterior yang meruncing membentuk jari. Gejala ikan yang terserang ektoparasit ini adalah tidak mau makan, berenang tidak normal, berwarna pucat kehitaman, lemah, dan akhirnya dapat mengalami kematian (Tim Karya Tani
Mandiri, 2009).
2) Trichodina sp.
Trichodina sp. merupakan parasit yang menyerang bagian luar ikan yaitu pada bagian kulit dan bagian insang ikan (Klinger & Floyd, 1998 dalam Mukaromah, 2011). Sel Trichodina sp. berbentuk bundar seperti cawan, dengan diameter 50 µm, bulu getar terangkai pada kedua sisi sel, dan memiliki makro serta mikronukleus (Irianto, 2005). Ikan yang sering terkena penyakit ini ditandai oleh adanya bintik-bintik putih keabu-abuan pada bagian tubuh ikan, terutama pada bagian kepala dan sirip, juga dapat mengakibatkan
peningkatan produksi lendir (Irawan, 2000). 
3) Ichthyophthirius multifiliis
Ichthyophthirius multifiliis merupakan salah satu anggota protozoa yang sering menyerang dan menimbulkan suatu penyakit pada ikan air tawar, baik ikan konsumsi ataupun ikan hias. Protozoa ini mempunyai ukuran yang relatif kecil, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang krena hanya berdiameter 0,5-1 mm (Kordi, 2004).
I. multifiliis merupakan protozoa berbulu getar, parasit obligat pada ikan air tawar yang harus menemukan inang baru dalam 48 jam (pada suhu sekitar 25-27oC) (Irianto, 2005). I. multifiliis dikenal sebagai penyakit bintik putih dan sangat umum terjadi pada ikan-ikan peliharaan dalam akuarium atau tengki pembenihan (Mukaromah, 2011). Organisme ini menyebabkan penyakit  yang dikenal dengan white spot, karena pada infeksi  tinggi dapat menyebabkan bintik-bintik putih pada tubuh. Secara klinis ikan yang terinfeksi menjadi hiperaktif dan berenang sambil menggesekkan tubuhnya pada bebatuan atau dinding kolam (Irianto, 2005). Bagian tubuh ikan yang sering terinfeksi oleh organisme ini adalah bagian dari tubuh luar ikan, terutama lapisan lendir kulit, sirip, dan insang (Afrianto & Liviawaty, 1992 dalam Mukaromah,
2011).
4) Myxobolus sp.
Myxobolus sp. menyebabkan penyakit yang disebut Myxoboliasis pada ikan (Kabata, 1985). Spesies ini menghasilkan semacam kista yang kemudian akan pecah. Bentuk membulat dan melebar pada bagian anterior. Parasit ini tidak hanya tinggal di insang ikan, merupakan parasit obligat pada jaringan-jaringan ikat, hati, dan ginjal. Siklus hidupnya belum semua diketahui, tetapi jenis parasit ini membentuk spora pada insang atau di bawah kulit ikan
(Daelami, 2001). 
5) Epistylis sp.
Epistylis sp. merupakan parasit yang mempunyai kemampuan untuk membentuk koloni dan dapat
mengakibatkan luka yang dapat dijadikan suatu pintu masuknya bakteri (Mukaromah, 2011).
Epistylis sp. berbentuk silinder tipis seperti lonceng bertangkai berukuran 0,4-0,5 nm. Hidup berkoloni dan biasanya ditemukan di kulit dan insang (Kabata, 1985). Epistylis sp. merupakan protozoa bertangkai dan bercabang, memiki bulu getar, dan hidup bebas dengan melekat pada tanaman air. Pada kondisi kualitas air kaya akan bahan organik, maka Epistylis sp. dapat berubah menjadi organisme penyakit. Secara klinis, ikan yang sakit menunjukkan adanya borok atau adanya massa seperti kapas yang tumbuh di kulit, sisik, dan sirip sehingga menimbulkan bercak-bercak merah atau borok yang memerah (Irianto, 2005).
6) Oodinum sp.
Oodinium sp. berbentuk bundar, berdiameter 20-80 nm dengan filamen seperti akar, biasanya menyerang jaringan kulit dan sel-sel kulit ikan. Infeksi terjadi bukan di bagian kulit saja tetapi pada rongga mulut dan pada bagian insang sehingga insang mengalami pembengkakan. Jenis parasit ini hidup pada inang, apabila dalam 24 jam tidak menemukan inang maka jenis parasit ini akan mati (Daelami, 2001). Jenis parasit ini dapat dikenali pada ikan yang terinfeksi, yaitu gerakan ikan menjadi lemas dan tidak tahan terhadap permukaan sehingga dapat menyebabkan kematian masal yang disebabkan karena kerusakan kulit dan insang (Kordi,
2004).
7) Vorticella sp.  
Vorticella sp. memiliki bentuk seperti lonceng terbalik dengan tangkai bersilia yang mengandung fibril (Kabata, 1985). Vorticella sp. dapat hidup di air tawar dan di air laut serta dapat menempel di tumbuhan atau hewan. Reproduksi aseksualnya dengan cara pembelahan proses budding
(Mukaromah, 2011).
8) Chillodonella sp.
Chillodonella sp. merupakan parasit yang menyerang bagian luar ikan, yaitu sirip dan insang. Parasit ini kadang ditemukan dalam jumlah yang sangat  banyak menyerang
ikan air tawar. Parasit jenis ini memiliki ciri–ciri tubuh yang pipih dorsoventral, kaku, oval, dengan bagian permukaan dorsal yang cekung dan bagian ventralnya berbentuk pipih dan bersilia. Infeksi Chillodonella sp. baik berada pada permukaan tubuh maupun filamen insang ikan akan
mengakibatkan sekresi mucus berlebihan dan iritasi (Klinger
& Floyd, 1998 dalam Mukaromah, 2011).

0 comments:

Post a Comment