Ikan
nilem ini mempunyai cita rasa yang sangat sepesifik dan gurih disbanding ikan
air tawar lainnya karena ikan ini mengandung sodium glutamat dalam daging yang
terbentuk alami yang mungkin disebkan pengaruh kebiasaan makan pakan alami phito dan zoo plankton terutama
ganggang yang tumbuh akibat pemupukan kolam. Menurut jangkaru (1989), ikan
nilem tahan terhadap penyakit, ikan nilem termasuk dalam kelompok
omnivora, di alam makanannya berupa
periphiton
Dan
tumbuhan penempel dengan demikian ikan nilem dapat berfungsi sebagai pembersih
jaring apung. Potensi lain yang dimiliki
ikan nilem sampai saat ini telurnya yang sangat digemari oleh masyarakat
karena cita rasanya yang gurih dan telur ikan nilem ine telah di ekspor ke
Negara lain seperti Singapura, Taiwan, Malaysia dan Hongkong yang katanya
sebagai pengganti kapier dan sebagai bahan pembuat saos. Ikan nilem juga diolah
menjadi dendeng, abon, pepes dan snek ikan (baby fish) terutama yang mempunyai
ukuran 5-7 gram.
Dengan
pertimbangan keunggulan komperatif tersebut diatas ikan nilem sangat
memungkinkan sekali untuk dibudidayakan
dan dikembangkan diberbagai wilayah.
Ikan
nilem adalah salah satu komoditas ikan air tawar yang belum banyak di budidayakan
di berbagai wilayah dan saat ini ikan nilem baru banyak dikembangkan didaerah
tasikmalaya.
MEMILIH
INDUK YANG BAIK
Sebelum
dilakukan pemijahan pemilihan induk adalah faktor penting. Keberhasilan
pemijahan sangat ditentukan oleh kualitas induk dan lingkungan pemijahan induk
harus memenuhi persyaratan yaitu:
Betina
: Umurnya mencapai 1-1,5 tahun, berat badan sekitar 100 gram, bila diurut
pelan-pelan keatrah genital ikan mengeluarkan cairan berwarna
kekuning-kuningan.
Jantan
: Perut mengembung dan terasa empuk ketika diraba, 8 bulan berat badan sekitar
100 gram, bila diurut perlahan-lahan kearah genital induk jantan akan
mengeluarkan cairan seperti susu,
Dengan
menejemen induk yang lebih intensif rematurasi induk ikan nilem diperlukan waktusekitar
3 bulan, dan dengan pakan yank intensif protein 30-42% sangat bagus untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas telur dan benih yang dihasilkan.
PEMIJAHAN
BUATAN
Metoda
pemijahan ini adalah dengan penyuntikan menggunakan hormone reproduksi pada ikan
jantan dan betina dengan tujuan agar menghasilkan pemijahan yang serentak
dibandingkan dengan tanpa penyuntikan . Sistem ini akan memberikan hasil anakan
yang dihasilkan lebih seragam dan akan memudahkan pemeliharaannya. Penyuntikan
untuk ovulasi, menggunakan hormon ovaprim dengan dosis 0.3 ml/kg bobot ikan
diberikan satu kali, sirip punggung. Pengeluaran telur (ovulasi) terjadi 9-11
jam setelah penyuntikan dan biasanya terjadi pada kisaran suhu air inkubasi
21-25°C.
Untuk
mendapatkan jumlah sperma yang lebih banyak dapat dilakukan penyuntikan pada
ikan jantan dengan ovaprim dosis 0.2 ml/kg dari bobot ikan. Pengeluaran sperma
dilakukan sebelum pengeluaran telur (stripping betina), selanjutnya sperma
diawetkan dalam larutan fisiologis atau larutan infuse NaCI 0.9% d encerkan 100
kali dan disimpan pada suhu antara 4-5°C (Legendre et al.1998), Pada kondisi
demikian sperma nilem dapat bertahan hingga 8-12 jam dengan viabilitas >
80%.
PERSIAPAN
PEMIJAHAN
Mengkoleksi
telur dengan melakukan pemijahan atau “stripping” pada bagian perut ikan betina
yang sudah di ovulasi.
1.
Setelah diketaui terjadi ovulasi dibiarkan sekitar 30 menit - 1jam.
2.
Melakukan stripping dan telur ditampung dalam wadah/Waskom.
3.
Selanjutnya telur dan sperma dicampurkan dalam wadah dan diaduk secara perlahan
menggunakan bulu ayam agar pembuahan dapat merata.
4.
Tambahan air sumber yang bersih sebayak 1-2 kali volume telur untuk
mengaktifkan sperma.
5.
Proses pembuahan berlangsung selama 0.5 menit, setelah itu dilakukan pembilasan
dengan air bersih untuk membuang sisa sperma yang mati.
6.
Telur yang dibuahi beri tanda dg inti telur berkembang 3-5 kali dari diameter
awal dan berwarna transparan. Melakukan aerasi selama 24 jam digunakan sebagai
media penetasan.
7.
Melakukan inkubasi telur dengan cara menebarkan telur kedalam akuarium.
8.
Telur yang dibuahi menetas dala, 23-27 jam pada suhu inkubasi 21-27°C.
Penetasan dapat juga dilakukan didalam corong penetasan system air mengalir.
PEMELIHARAAN
LARVA
Pemeliharaan
larva setelah menetas, larva siap diberi pakan dengan nauvili artemia setelah
berumur 3-4 hari, dengan frekuensi setiap 4 jam. Selama 5 hari setelah itu ikan
bias diberikan pakan buatan selama 15 hari dalam akuarium, setelah itu benih
dideder kekolamk pendederan yang sudah dilakukan pemupukan, dengan pupuk TSP
dan Urea masing-masing 10 g/m³, dilakukan pemupukan sebanyak ½ dosis dari
pemupukan , selama pemeliharaan benih ikan diberikan pakan buatan sebanyak 4%
dari bobot biomassa.
Pendederan
ini berlangsung selama 3 bulan, biasanya dicapai ukuran benih 5-7 cm atau
sekitar 5 gram dan siap dipanen. Hasil pemanenan ini benih diolah menjadi snek
ikan/babyfish atau dibesarkan ke kolam pembesaran.
0 comments:
Post a Comment