Bandeng (Chanos chanos Forsskål) adalah ikan pangan
populer di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih
ada dalam familia Chanidae (bersama enam genus tambahan dilaporkan pernah ada
namun sudah punah). Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu,
dan dalam bahasa Inggris milkfish)
Mereka hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik
dan cenderung berkawanan di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu
koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut selama 2–3 minggu, lalu
berpindah ke rawa-rawa bakau berair payau, dan kadangkala danau-danau berair
asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.
Ikan bandeng disukai sebagai makanan karena rasanya
gurih, rasa daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur
jika dimasak. Kelemahan bandeng ada dua: dagingnya 'berduri' dan kadang-kadang
berbau 'lumpur'/'tanah'.Ikan Bandeng ditengarai memiliki kandungan gizi yang
jauh lebih baik dibandingkan ikan Salmon yang mendunia itu. Kandungan Omega-3
ikan Bandeng ternyata enam kali lebih tinggi dibandingkan ikan Salmon. Dan,
kandungan lemak ‘sehat’ dalam perut ikan bandeng juga cukup tinggi sehingga
bisa menjadi pilihan terbaik ikan konsumsi.
Sebagaimana kita ketahui selama ini ikan Salmon
dianggap memiliki kandung Omega-3 tertinggi. Sebaliknya, ikan Bandeng dianggap
sebagai ikan biasa–biasa saja. Tak sehebat ikan Salmon yang begitu banyak
diperbincangkan perihal keunggulannya. Akibatnya harga ikan Salmon harganya
menjadi sangat mahal (lebih dari Rp. 400.000,- per kilogramnya) dan hanya
dijual di supermarket besar dan untuk segmen pasar menengah atas.
Fakta sebaliknya, justru terjadi pada ikan Bandeng.
Meskipun potensi gizinya lebih baik dan budidaya produksinya lebih mudah.
Ternyata, citra ikan Bandeng justru terpuruk dan berada di bawah. Ikan Bandeng
justru dikenal sebagai ikan murahan yang dikesankan sebagai ikan ‘berbahaya’
kalau dimakan karena banyak durinya.
Indonesia sebagai salah satu negara produsen terbesar
ikan Bandeng. Selama ini hanya dikenal sebagai eksportir ikan Bandeng untuk
umpan pemancingan ikan Tuna yang harganya tentu murah. Tidak lebih dari itu.
Mengenaskan memang!
FAKTA
Berdasarkan Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu
Hasil Perikanan (1996), Kandungan omega-3 pada ikan bandeng 14,2% melebihi
kandungan omega-3 pada ikan salmon (2,6%), ikan tuna (0,2%) dan ikan
sarden/mackerel (3,9%), dengan kandungan protein yang tinggi dari
bandeng(20.38%).
Selain itu ikan bandeng juga mengandung asam folat
tinggi dan vitamin B 6 dan B 12 yang sangat dibutuhkan oleh janin. Selain itu
karena tingginya kandungan omega 3 bandeng, konsumsi rutin ikan bandeng juga
sangat efektif untuk mencegah penyakit jantung koroner dan arteriosklerosis
Dengan fakta terbaru ini mulai sekarang hendaklah kita
jangan memandang dan menilai sesuatu hanya dari sebelah mata atau hanya karena
harga yang murah dan kurang populer sehingga pola pikir kita terbangun hanya
dari opini akibat gencarnya propaganda atau promosi.
Klasifikasi dan Ciri Morfologi Bandeng
Secara taksonomi ikan bandeng diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Gonorynchiformes
Famili :
Chanidae
Genus :
Chanos
Spesies :
Chanos chanos Forsskal
Ikan bandeng merupakan sejenis ikan laut yang
mempunyai bentuk tubuh yang langsing mirip terpedo, dengan moncong agak
runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warna ikan bandeng putih gemerlapan
seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya (Soeseno,
1988).
Ikan bandeng mempunyai penampilan yang umumnya
simetris dan berbadan ramping, dengan sirip ekor yang bercabang dua. Ikan
bandeng bisa bertambah besar menjadi 1,7 m, tetapi yang paling sering sekitar 1
meter panjangnya. Ikan bandeng tidak memiliki gigi, Seluruh permukaan tubuhnya
tertutup oleh sisik yang bertipe lingkaran yang berwarna keperakan, pada bagian
tengah tubuh terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke
ekor. Sirip dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar,
sirip anus menghadap kebelakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil
dan tidak bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan simetris, sirip ekor
homocercal.
Budidaya ikan bandeng tidak hanya berkembang di tambak
air payau saja, tetapi banyak di budidayakan di kolam air tawar dan saat ini
juga sedang berkembang di laut dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Ikan
bandeng sebagai komoditas budidaya mempunyai beberapa kelebihan jika
dibandingkan dengan komoditas budidaya lainnya dalam hal :
Menurut Rahmansyah (2004),
1. Teknologi
perbenihannya telah dikuasai dengan baik sehingga pasok benih tidak lagi
tergantung pada musim dan benih dari alam.
2. Teknologi
budidayanya baik di tambak maupun dalam KJA telah dikuasai dengan baik, secara
teknis mudah diaplikasikan dan secara ekonomis menguntungkan.
3. Mampu
mentolerir perubahan salinitas.
4. Mampu
hidup dalam kondisi yang padat di keramba jaring apung (100-300 ekor/m3).
5. Pertumbuhannya
cepat (1,6%/hari).
6. Efisien
dalam memanfaatkan pakan FCR 1,7-2,2.
7. Pakan
komersial untuk ikan ini sudah tersedia dalam jumlah cukup hingga ke pelosok
desa.
8. Jaminan
pasar baik dalam maupun luar negeri masih terbuka.
Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu 1,1-1,7%
bobot badan/hari. Pada tahap pendederan ikan bandeng, penambahan bobot per hari
berkisar antara 40-50 mg. Ikan bandeng dengan bobot awal 1-2 g membutuhkan
waktu 2 bulan untuk mencapai bobot 40 g. Ikan bandeng memiliki kandungan gizi
per 100 gram daging ikan yang terdiri dari energi 129 kkal, protein 20 g, lemak
4,8 g, kalsium 20 mg, fosfor 150 mg, zat besi 2 mg, vitamin A 150 SI serta
vitamin B1 0,05 mg (Anonimusa, 2010).
Dari segi nutrisi ikan bandeng, diperoleh kandungan
EPA dan DHA untuk bandeng laut lebih tinggi dibandingkan bandeng tambak. Jika
dibandingkan dengan kandungan Omega-3 dari beberapa jenis ikan laut maka ikan
bandeng yang dipelihara dilaut relatif sama dengan ikan sardine, mackerel dan
salmon.
Bahan Otak-otak ikan Bandeng :
Bandeng 2 ekor
100 ml santan dari 1/2 butir kelapa
1 butir telur
Daun pisang untuk alas
1 butir telur, kocok lepas untuk pencelup
Minyak Goreng BIMOLI untuk menggoreng
1 butir telur
Daun pisang untuk alas
1 butir telur, kocok lepas untuk pencelup
Minyak Goreng BIMOLI untuk menggoreng
Bumbu halus :
10 butir bawang merah
4 siung bawang putih
2 cm kunyit
2 cm jape
1 sendok teh ketumbar
4 buah cabai merah keriting
3/4 sendok teh merica bubuk
3/4 sendok teh gala pasir
1/2 sendok teh garam
10 butir bawang merah
4 siung bawang putih
2 cm kunyit
2 cm jape
1 sendok teh ketumbar
4 buah cabai merah keriting
3/4 sendok teh merica bubuk
3/4 sendok teh gala pasir
1/2 sendok teh garam
CARA MEMBUAT OTAK-OTAK IKAN BANDENG
Langkah pertama, Pukul-pukul ikan bandeng. Kemudian Patahkan tulang
ekornya. Setelah itu keluarkan tulang dan bagian leher ikan.
Langkah kedua, Keruk daging ikan bandeng yang menempel pada kulit dan
tulang ikan. Kemudian buang durinya. Setelah itu giling ikan sampai halus.
Langkah ketiga, Aduk rata bumbu halus, daging ikan bandeng, telur dan
santan. Kemudian isi ke perut ikan bandeng dan alasi ikan bandeng dengan daun
pisang.
Langkah ke empat, kukus 20 menit dengan api takaran sedang sampai matang.
Setelah kukusan matang, dinginkan.
Terakhir, Celup ikan bandeng ke telur. Kemudian goreng dengan minyak goreng
yang dipanaskan di atas api sedang sampai berwarna kecokelatan setelah itu
otak-otak ikan bandeng buatan anda pun siap untuk disajikan.
0 comments:
Post a Comment