Formalin
atau formaldehida adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet.
Sebenarnya fungsi formalin adalah sebagai desinfektan namun oleh sebagian orang
disalah gunakan untuk mengawetkan ikan untuk mencegah kerugian. Formalin dapat
berguna sebagai desinfektan karena membunuh sebagian besar bakteri dan jamur
(termasuk spora mereka). Hal ini juga digunakan sebagai pengawet dalam vaksin,
dimana formalin digunakan untuk membunuh virus dan bakteri yang tidak
diinginkan yang mungkin mencemari vaksin selama produksi.
Formalin
merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Di
pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan
kandungan formaldehid 10 – 40% dan secara fisik seperti cairan putih jernih
dengan bau yang menyengat dan tajam.
Tips
praktis mengenali makanan yang diberi formalin :
Prinsipnya
adalah makanan yang diberi formalin akan awet, keras dan tidak membusuk. Ikan
yang diberi formalin tidak akan dimakan oleh kucing sebab kucing memiliki
penciuman yang tajam terhadap bau formalin. Walaupun manusia tidak bisa mencium
bau formalin pada bahan makanan namun kucing atau anjing memiliki penciuman
yang tajam sehingga hewan ini tidak akan makan makanan yang mengandung
formalin. Kesimpulannya jika ayam atau ikan yang kita berikan kepada kucing
namun kucing tidak mau makan maka ikan tersebut sudah diberi formalin
Ciri
kedua adalah
ikan
yang diberi formalin tidak akan didatangi dan dikerubungi oleh lalat. Lalat
memiliki penciuman yang tajam jika ada hewan yang mati maka akan langsung datang
menghampiri hewan yang mati tersebut. Jika ayam dan ikan diberi formalin maka
lalat tidak akan datang menghampirinya. Tips ini dapat kita pakai saat hendak
membeli ikan atau ayam di pasar.
Ciri-ciri
ikan yang mengandung formalin dan Ikan yang segar tanpa formalin :
Ciri-ciri
ikan yang mengandung formalin :
1.
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius)
2.
Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar
3.
Warna daging ikan putih bersih
4.
Bau menyengat, bau formalin, dan kulit terlihat cerah mengkilat
5.
Daging kenyal
6.
Lebih awet dan tidak mudah busuk walau tanpa pengawet seperti es
7.
Ikan Berformalin Dijauhi Lalat
8.
Tidak terasa bau amis ikan
Ciri
ikan segar tanpa formalin :
1.
Bila dalam 1 hari pun tanpa pengawetan misalnya dengan es maka ikan akan rusak
dan tidak layak konsumsi lagi.
2.
warna ingsang merah dan cemerlang dan terlihat segar
3.
Bau ikan khas dan segar
4.
lebih mudah busuk bila tanpa diawetkan terus dengan es
5.
Ikan dapat dihinggapi lalat
Ciri-ciri
Ikan asin berformalin :
-
Tidak rusak sampai lebih dari sebulan pada suhu kamar(25°C)
-
Warna bersih dan cerah
-
Tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur
-
Tidak dihinggapi oleh lalat bila diletakkan di tempat terbuka
Ciri-ciri
ikan asin tanpa formalin :
-Warna
ikan asin ada yg kecokelatan
-
Aroma masih khas ikan asin
-
Dagingnya rentan / mudah hancur
-
Dapat dihinggapi lalat
Cara
Untuk Melakukan Pengujian Kandungan Formalin pada Bahan Makanan Umumnya. Formalin
merupakan larutan formaldehida 37% dalam larutan air. Cara mengisolasi formalin
dari makanan (misalkan tahu) dapat dilakukan dengan mengekstrak makanan
menggunakan pelarut H2O pada suhu ruangan. Analisis formalin bisa
dilakukan dengan metode enzimatis secara fluorimetri, HPLC, GC dan spektrofotometri.
Dari kesemuanya yang sering digunakan, yakni metode spektrofotometri (karena
mudah dan murah) dengan mereaksikan formalin dengan alkanon dalam media garam
asetat sehingga terbentuk senyawa kompleks berwarna kuning.
1.
PENDAHULUAN
Kasus
penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan banyak dilakukan di
Indonesia. Hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan dari 700
sampel produk makanan yang diambil dari Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56%
mengandung formalin (BPOM, 2005). Bahaya dari penyalahgunaan formalin sebagai
bahan pengawet makanan perlu adanya perhatian khusus, karena penggunaan
formalin sebagai bahan pengawet makanan dapat menyebabkan beberapa penyakit,
diantaranya efek kesehatan manusia langsung terlihat akut seperti (iritasi,
alergi, mual, muntah, sakit perut dan pusing), dan efek kronik yaitu efek pada
kesehatan manusia terlihat terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang,
seperti gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat
(Handayani, 2006).
Perlu
adanya penanganan khusus dari kasus diatas, dan perlu adanya kewaspadaan
masyarakat terhadap penyalahgunaan formalin yang terus meningkat di Indonesia.
Hal tersebut dilandasi karena batas konsumsi bahan makanan yang mengandung
formalin menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) untuk orang
dewasa adalah 1,5 – 14 mg perhari atau
dalam satu hari asupan yang diperbolehkan adalah 0,2 mg dan dalam bentuk air
minum adalah 0,1 mg per liter. Sedangkan menurut Occupati Safety and Health
Administration (OSHA) ambang batas formalin secara umum adalah 1-0,1 mM.
Konsumsi bahan makanan dan minuman yang mengandung formalin dalam jangka
panjang atau melebihi ambang batas dapat mengakibatkan kangker, iritasi pada
mata dan saluran pernafasan, kerusakan sistim saraf pusat dan kebutaan (WHO,
2002).
Oleh
karena itu, pemerintah khususnya (BPOM) dan masyarakat luas membutuhkan alat
pendeteksi formalin untuk mengetahui kandungan formalin secara tepat (Media
Industri No.211, 2006).
Deteksi
untuk mengetahui kandungan formalin sudah banyak dilakukan diantaranya dengan
cara spektroskopi menggunakan spektrofotometer ultra violet (UV), high
performance liquid chromatography (HPLC) dan Gas Chromatography (GC). Metode
ini relatif selektif dan sensitif akan tetapi
memerlukan waktu analisis yang lama, membutuhkan banyak reagen, dan
tidak ekonomis karena harganya yang sangat mahal (Indang, 2009). Salah satu
alternatif alami yang telah dikembangkan di Indonesia untuk pendeteksi formalin
pada bahan makanan dengan menggunakan kertas tumerik dari cairan kunyit, cara
deteksi tersebut sangat ekonomis akan tetapi kurang akurat karena
pendeteksianya hanya berfungsi sebagai kontrol positif dan negatif (Indang,
2009). Sehingga, perlu adanya inovasi deteksi formalin yang cepat dan akurat
sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Inovasi
kreatif yang yang digunakan untuk pendeteksi formalin yaitu dengan cara
pembuatan “Digital Formaldehyde Meter” dengan cara pengimplementasian teknologi
Electronic nose. Teknologi Electronic nose merupakan teknologi data akuisisi
dengan penghubung pengolah data, biasanya dilakukan untuk menyelesaikan masalah
dari sistem pembuatan alat yang terdiri dari deret sensor gas (sensor gas
array). Electronic nose merupakan sistem portabel yang memiliki kelebihan
seperti ukuran yang kecil, dan biaya operasional yang murah. Penelitian
sebelumnya telah banyak menggunakan Electronic Nose untuk pendeteksi keamanan
udara lingkungan, aplikasi medis, dan keamanan pangan (Zhang et al., 2009).
Dengan mempertimbangkan kelebihan instrumen ini maka inovasi karya PKM-KC kami
adalah mengaplikasikan Electronic Nose sebagai alat deteksi formalin. “Digital
Formaldehyde Meter” dirancang dengan sistem digital, sinyal input dideteksi
dari deret sensor TSG kemudian diproses dengan bantuan mikrokontroler yang
diperkuat oleh amplifier dan digitalkan oleh sebuah digital LCD (Liquid Crystal
Display) ke digital convertor. Diharapkan “Digital Formaldehyde Meter” dapat
membantu masyarakat, pemerintah, dan pihak yang berkait dalam mendeteksi
formalin secara cepat dan akurat, dan tidak ada lagi penyalahgunaan formalin
sebagai bahan pengawet makanan yang semakin meluas di Indonesia..
2.
METODE
Reset
Tool
Alat
yang digunakan dalam penyelesaian "Digital Formaldehida meter" adalah
penguasa, lem, menggiling, solder, avometer, dan peralatan pendukung lainnya
seperti bahan cutlery.The digunakan dalam penyelesaian "Digital
Formaldehida meter" adalah mikrokontroler IC m16 def, Liquid Crystal
Display (LCD), Op - Amp (dccoupled preamplifier), resistor, kapasitor, dioda,
sensor array, PCB, kabel, akrilik, pemanas, adaptor, LED, switch, teknis
formalin, bakso,ikan,tahu,danmie. 2.2 Flowchart Sistem Instrumentasi Alat Alat
sistem instrumentasi bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif alat
"Digital Formaldehyde meter", yang menggunakan sampel termasuk sampel
padat dan cair
Digital
Formaldehyde Meter”didesain sesuai dengan standar desain dan hasil survai study
pustaka desain yang sering digunakan di pasar. “Digital Formaldehyde Meter”
didesain seperti pada gambar 6 dengan ukuran panjang horizontal 193,8 mm,
kemudian panjang vertikal 120 mm dengan lebar 60 mm dan panjang sisi miring
175,5 mm.
0 comments:
Post a Comment