A. Memilih Benih
Benih yang siap tebar adalah benih yang berukuran 3-5 cm dan 5-8 cm, benih ditebarkan dengan kepadatan per m2 bervariasi tergantung jenis biota yang akan dipelihara. Agar hasil dari kegiatan pembesaran memuaskan maka benih yang dipilih adalah benih yang unggul.
Ciri-ciri benih yang baik yaitu :
1. Mempunyai ukuran yang seragam
2. Sehat dan tidak cacat atau luka
3. Bergerak aktif dan lincah
Cara menguji respon benih yang sehat yaitu:
1. Alirkan air ke wadah pemeliharaan atau penampungan kemudian amati, benih yang sehat akan bergerak melawan arus
2. Saat pemberian pakan benih yang sehat akan responsive yaitu dengan menghampiri pakan dengan cepat saat pakan diberikan
3. Benih yang sehat akan menyebar atau menjauhi sumber gangguan jika ada gangguan
Kriteria Benih lele yang baik menurut SNI: 01-6484.2- 2000
Kriteria
Satuan
Pendederan I
Pendederan II
Pendederan III
Pendederan IV
B. Aklimatisasi
Sebelum benih ditebar ke dalam kolam maka perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Tujuannya yaitu untuk menyesuaikan suhu dalam kantong dengan suhu kolam pemeliharaan agar benih ikan yang ditebar tidak stress karena terjadi perbedaan suhu yang mendadak. Proses aklimatisasi suhu adalah sebagai berikut:
1. Meletakkan kantong packing yang berisi benih ke dalam kolam tempat benih akan ditebar.
2. Biarkan kantong packing mengapung di permukaan air selama 10-15 menit atau sampai kantong berembun.
3. Jika kantong sudah berembun itu merupakan tanda bahwa suhu kantong dan suhu kolam relatif sama dan tutup kantong dapat dibuka.
C. Penebaran Benih
Penebaran benih dilakukan saat suhu air rendah kolam masih rendah yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00 – 07.00 atau pada sore hari di atas pukul 16.00. Tujuannya agar benih
tidak stres akibat suhu tinggi. Benih yang ditebar terlalu siang dapat menjadi stres akibat kepanasan. Berikut adalah cara benebaran benih;
1. Membuka tutup kantong packing benih yang sudah berembun
2. menggulung kantong plastik packing sampai mendekati permukaan air kantong
3. Percikkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam kantong dengan menggunakan tangan
4. Miringkan kantong packing sampai sebagian kantong tenggelam
5. Biarkan benih keluar dengan sendirinya. Setelah terlihat benih berani berenang keluar kantong sendiri itu merupakan tanda bahwa kondisi air pada kantong sudah relative sama dengan air pada kolam.
Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm, dan bila masa pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
Khusus penebaran benih di KJA benih di tebar di dalam hapa untuk memudahkan pengontrolan dan pada umumnya mata jaring KJA berukuran besar sehingga jika langsung dilepas maka ikan akan lolos dari jaring.
Tabel 2. Standar penebaran ikan lele
Padat
Tebar
Satuan
P I
P II
P III
P IV
PB 1
PB 2
Lele
ekor/m2
100
50
25
20
10-15
3-5
Ukuran minimum
cm 0,75-1
1-3
3-5
5-8
10-15
100-150
Cara mengukur panjang total ikan menurut SNI: 01- 6484.4-2000 yaitu dengan membentangkan tubuh ikan kemudian ukur ikan mulai dari ujung mulut sampai ujung ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris yang dinyatakan dalam satua centimater atau millimeter.
SUMBER:
http//pusdik.kkp.go.id
PusdikKP, 2012. Modul Teaching Factory "Pembesaran Ikan Air Tawar". Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Diposkan oleh Fahrur Razi, SST di 08.53 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini
Reaksi:
TEKNIK PRODUKSI TELUR PADA PEMBENIHAN IKAN LELE
A. Menyeleksi Induk
Tujuan dari seleksi induk adalah mendapatkan induk yang sehat, tidak cacat dan memiliki pertumbuhan yang baik sehingga layak untuk dijadikan induk dan siap untuk dipijahkan.
Prosedur kerja untuk menyeleksi induk :
1. Keringkan kolam pemeliharaan induk.
2. Tangkap induk jantan maupun betina dari kolam pemeliharaan secara hati - hati dengan menggunakan seser induk (berbahan halus).
3. Siapkan wadah sementara untuk meletakkan induk yang ditangkap seperti tong, bak fiberglass, drum dan sebagainya yang sudah diisi air.
4. Letakkan induk jantan dan betina ke dalam wadah yang sudah disiapkan secara terpisah.
5. Seleksi tingkat kematangan gonad induk dengan cara melihat urogenitalnya dan meraba bagian perut induk, dengan kondisi induk sehat, tidak cacat dan badan secara
keseluruhan mulai dari ujung mulut sampai ujung sirip ekor harus mulus (tidak ada luka) sesuai dengan persyaratan SNI.
Tabel 4. Ciri - ciri induk ikan lele yang matang gonad sesuai SNI
No
Induk lele
1. Jantan : urogenital berwarna merah dan meruncing serta panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor
2. Betina : perut membesar dan terasa lunak serta bila diurut ke arah anus akan mengeluarkan telur berwarna hijau kekuningan
Ciri - ciri induk lele yang matang gonad adalah sebagai berikut :
a. Bentuk tubuh : bagian kepala pipih horisontal, bagian badan bulat memanjang dan bagian ekor pipih vertikal.
b. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh tidak ditempeli jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir.
c. Induk jantan yang matang gonad :
1) Alat kelamin tampak jelas, meruncing, berwarna kemerahan terletak di dekat lubang anus.
2) Jika perut diurut akan keluar cairan sperma berwarna keputih - putihan.
3) Tulang kepala lebih pipih dan ukurannya lebih kecil.
4) Warna tubuh lebih gelap.
d. Induk betina yang matang gonad :
1) Alat kelaminnya membulat dan berwarna kemerahan terletak di dekat lubang anus,lubangnya agak membesar sebagai jalan keluarnya telur.
2) Bentuk perut membesar, jika diraba terasa lembek.
3) Bila perut diurut ke arah anus akan keluar telur.
4) Tulang kepala agak cembung dan ukurannya lebih besar.
5) Warna tubuh lebih terang, gerakannya lamban dan jinak.
6) Ambil sampel telur dengan cara memasukkan selang kanulasi < 8 cm kedalam lubang urogenital induk betina untuk mengambil sampel telur dengan cara menyedot dengan menggunakan mulut sampai sampel telur keluar.
7) Ambil 30 butir sampel telur, amati sampel telur yang diambil sesuaikan dengan warna dan fase telur yang siap dipijahkan (lihat tabel 5).
Telur muda
Telur muda cenderung ukuran kurang seragam 2.
Telur yang siap dipijahkan
Ukuran seragam dan tidak mudah pecah 3.
Telur tua
Telur mudah pecah bila disentuh
8) Selanjutnya, ukur diameternya menggunakan mikroskop yang dilengkapi mikrometer, sesuaikan diameter hasil pengukuran dengan kriteria diameter telur yang sesuai SNI (lihat tabel 6).
9) Timbang induk jantan dan betina yang terseleksi dengan menggunakan timbangan.
10) Ukur panjang induk menggunakan penggaris. Cara mengukur panjang standar induk sesuai dengan SNI, yaitu : mengukur panjang standar dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan pangkal ekor.
Kriteria induk sesuai SNI
B. Memijahkan Induk Ikan Lele
Pemijahan induk ikan lele umumnya dilakukan secara alami dan semi alami. Pemijahan alami biasanya dilakukan pada jenis - jenis ikan tertentu saja yaitu ikan yang mudah dipijahkan sepanjang tahun seperti ikan mas, tawes, gurame, lele dan lain sebagainya. Sebaliknya pemijahan ikan semi buatan umumnya dilakukan terhadap ikan yang dipelihara dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan faktor lingkungannya di alam.
Prosedur kerja untuk memijahkan induk :
1. Siapkan wadah pemijahan
a. Wadah pemijahan sesuai dengan SNI, yaitu wadah pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva dapat berupa bak, baik dengan menggunakan hapa atau tidak.
b. Mengeringkan wadah pemijahan dengan menutup saluran pemasukan air dan membuka saluran pengeluaran air.
c. Membersihkan kotoran yang ada didasar maupun dinding wadah dengan cara menyikat dengan sikat dan spon pembersih. Bersihkan dengan pencampuran desinfektan : kaporit 100 ppm atau diterjen 30 ppm.
d. Membilas dengan air bersih sampai kotoran yang menempel pada dasar dan dinding wadah hilang.
e. Membiarkan air sampai habis dan bilas dengan air bersih.
f. Mengeringkan kolam selama 1 hari agar terbebas dari bau kaporit atau diterjen.
2. Isi air ke dalam wadah pemijahan dengan menggunakan air yang sudah diendapkan dalam tandon air minimal selama 24 jam.
Tahap-tahap mengisi air dalam wadah pemijahan adalah:
a. Menutup saluran pengeluaran air.
b. Mengisi air dengan cara membuka saluran pemasukan air atau dengan bantuan pompa air ke dalam wadah pemijahan dengan ketinggian air sesuai dengan SNI. Ketinggian air pemijahan yang sesuai SNI untuk ikan lele adalah 25 - 40 cm.
c. Menutup saluran pemasukan air bila air telah mencapai sesuai yang diiinginkan.
d. Memeriksa saluran pengeluaran air untuk memastikan tidak ada kebocoran.
3. Tempatkan titik aerasi secara merata kedalam media pemijahan.
4. Lakukan pemijahan induk yang terseleksi baik secara alami maupun semi alami, caranya sebagai berikut :
a. Pemijahan alami
Memijahkan ikan secara alami dilakukan dengan cara memanipulasi lingkungan tanpa perlakuan perangsangan hormon. Persiapan wadah pemijahan yang telah dilakukan merupakan manipulasi lingkungan.
Langkah - langkah melakukan pemijahan alami :
1) Memasukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur dengan jumlah cukup menutupi 75 % dasar kolam.
2) Meletakkan kakaban 5 diatas dasar kolam dan diberikan pemberat berupa batu.
3) Menyusun kakaban berjajar memenuhi dan mengikuti panjang kolam agar tidak ada telur yang tidak menempel.
4) Memasukkan induk jantan dan betina yang terseleksi pada sore hari pukul 15.00 - 17.00 ke dalam wadah pemijahan dengan padat tebar sesuai SNI (lihat tabel 7).
5) Menutup wadah pemijahan.
6) Membiarkan proses pemijahan selama ± 24 jam.
7) Melakukan pengecekan pada pagi harinya.
8) Selanjutnya, memindahkan indukan yang telah memijah dari kolam pemijahan ke dalam wadah pemeliharaan induk.
b. Pemijahan semi alami
Langkah - langkah dalam melakukan pemijahan semi alami, yaitu :
1) Memasukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur dengan jumlah cukup menutupi 75 % dasar kolam.
2) Meletakkan kakaban 5 cm diatas dasar kolam dan diberikan pemberat berupa batu.
3) Menyusun kakaban berjajar memenuhi dan mengikuti panjang kolam agar tidak ada telur yang tidak menempel.
4) Menyiapkan peralatan dan bahan untuk pemijahan semi alami seperti : spuit, HCG (human chorionic gonadotropin), aquades atau larutan garam fisiologis 0,7 %. Gunakan alat suntik yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan alat yang baru.
5) Menimbang induk betina dengan timbangan dan tentukan dosis ovaprim.
a) Dosis hormon buatan 0,3 - 0,5 cc per 1 kg berat induk.
b) Menyedot hormon dengan spuit sebanyak dosis yang diperlukan.
c) Setelah itu, menyedot aquades atau larutan garam fisiologis 0,7 % dengan jarum yang sama sebanyak dosis hormon yang disedot tadi.
6) Induk yang terseleksi disuntik dengan cara sebagai berikut :
a) Menyuntik induk yang akan dipijahkan pada sore hari jam 16.00 - 17.00.
b) Mengambil induk yang akan disuntik kemudian pada bagian kepala ditutup menggunakan kain basah.
c) Melakukan penyuntikan secara hati - hati disekitar sirip punggung kedalam daging induk (intramuscular) dengan memasukkan jarum suntik dengan kemiringan 30 - 45° sedalam ± 2 - 2,5 cm.
d) Setelah hormon didorong masuk, lalu jarum dicabut dan bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon tidak keluar.
7) Memasukkan induk jantan dan betina yang telah disuntik pada sore hari pukul 15.00 - 17.00 ke dalam wadah pemijahan dengan padat tebar harus sesuai dengan SNI (lihat tabel 7).
Tabel 7. Padat tebar untuk pemijahan induk lele sesuai SNI
No
Induk lele
1. Padat tebar induk 1 kg induk betina/m² dengan perbandingan bobot jantan : betina 1 : 2
2. Perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 1 - 3
8) Menutup wadah pemijahan.
9) Membiarkan proses pemijahan selama ± 24 jam.
10) Melakukan pengecekan pada pagi harinya.
11) Memasukkan kembali induk yang telah memijah ke dalam wadah pemeliharaan induk.
C. Menghitung Derajat Pembuahan (Fertilisasi Rate)
Derajat pembuahan (fertilisasi rate) adalah derajat tingkat pembuahan telur yang telah dihasilkan. Langkah - langkah perhitungannya, sebagai berikut :
1. Ambil sampel telur hasil pemijahan secara acak sebanyak
5 titik.
2. Hitung jumlah telur dari sampel yang diambil.
3. Amati telur sampel secara visual atau secara mikroskopik satu persatu untuk mengetahui apakah telur dibuahi atau
tidak. Telur yang tidak dibuahi bercirikan dengan warna putih susu atau sedikit keruh dan terkadang ditumbuhi jamur, sedangkan telur yang dibuahi berwarna terang dan bersih.
4. Hitung jumlah telur yang dibuahi.
SUMBER:
http//pusdik.kkp.go.id
PusdikKP, 2012. Modul Teaching Factory "Pembenihan Ikan Air Tawar". Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Benih yang siap tebar adalah benih yang berukuran 3-5 cm dan 5-8 cm, benih ditebarkan dengan kepadatan per m2 bervariasi tergantung jenis biota yang akan dipelihara. Agar hasil dari kegiatan pembesaran memuaskan maka benih yang dipilih adalah benih yang unggul.
Ciri-ciri benih yang baik yaitu :
1. Mempunyai ukuran yang seragam
2. Sehat dan tidak cacat atau luka
3. Bergerak aktif dan lincah
Cara menguji respon benih yang sehat yaitu:
1. Alirkan air ke wadah pemeliharaan atau penampungan kemudian amati, benih yang sehat akan bergerak melawan arus
2. Saat pemberian pakan benih yang sehat akan responsive yaitu dengan menghampiri pakan dengan cepat saat pakan diberikan
3. Benih yang sehat akan menyebar atau menjauhi sumber gangguan jika ada gangguan
Kriteria Benih lele yang baik menurut SNI: 01-6484.2- 2000
Kriteria
Satuan
Pendederan I
Pendederan II
Pendederan III
Pendederan IV
B. Aklimatisasi
Sebelum benih ditebar ke dalam kolam maka perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Tujuannya yaitu untuk menyesuaikan suhu dalam kantong dengan suhu kolam pemeliharaan agar benih ikan yang ditebar tidak stress karena terjadi perbedaan suhu yang mendadak. Proses aklimatisasi suhu adalah sebagai berikut:
1. Meletakkan kantong packing yang berisi benih ke dalam kolam tempat benih akan ditebar.
2. Biarkan kantong packing mengapung di permukaan air selama 10-15 menit atau sampai kantong berembun.
3. Jika kantong sudah berembun itu merupakan tanda bahwa suhu kantong dan suhu kolam relatif sama dan tutup kantong dapat dibuka.
C. Penebaran Benih
Penebaran benih dilakukan saat suhu air rendah kolam masih rendah yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00 – 07.00 atau pada sore hari di atas pukul 16.00. Tujuannya agar benih
tidak stres akibat suhu tinggi. Benih yang ditebar terlalu siang dapat menjadi stres akibat kepanasan. Berikut adalah cara benebaran benih;
1. Membuka tutup kantong packing benih yang sudah berembun
2. menggulung kantong plastik packing sampai mendekati permukaan air kantong
3. Percikkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam kantong dengan menggunakan tangan
4. Miringkan kantong packing sampai sebagian kantong tenggelam
5. Biarkan benih keluar dengan sendirinya. Setelah terlihat benih berani berenang keluar kantong sendiri itu merupakan tanda bahwa kondisi air pada kantong sudah relative sama dengan air pada kolam.
Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm, dan bila masa pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
Khusus penebaran benih di KJA benih di tebar di dalam hapa untuk memudahkan pengontrolan dan pada umumnya mata jaring KJA berukuran besar sehingga jika langsung dilepas maka ikan akan lolos dari jaring.
Tabel 2. Standar penebaran ikan lele
Padat
Tebar
Satuan
P I
P II
P III
P IV
PB 1
PB 2
Lele
ekor/m2
100
50
25
20
10-15
3-5
Ukuran minimum
cm 0,75-1
1-3
3-5
5-8
10-15
100-150
Cara mengukur panjang total ikan menurut SNI: 01- 6484.4-2000 yaitu dengan membentangkan tubuh ikan kemudian ukur ikan mulai dari ujung mulut sampai ujung ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris yang dinyatakan dalam satua centimater atau millimeter.
SUMBER:
http//pusdik.kkp.go.id
PusdikKP, 2012. Modul Teaching Factory "Pembesaran Ikan Air Tawar". Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Diposkan oleh Fahrur Razi, SST di 08.53 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini
Reaksi:
TEKNIK PRODUKSI TELUR PADA PEMBENIHAN IKAN LELE
A. Menyeleksi Induk
Tujuan dari seleksi induk adalah mendapatkan induk yang sehat, tidak cacat dan memiliki pertumbuhan yang baik sehingga layak untuk dijadikan induk dan siap untuk dipijahkan.
Prosedur kerja untuk menyeleksi induk :
1. Keringkan kolam pemeliharaan induk.
2. Tangkap induk jantan maupun betina dari kolam pemeliharaan secara hati - hati dengan menggunakan seser induk (berbahan halus).
3. Siapkan wadah sementara untuk meletakkan induk yang ditangkap seperti tong, bak fiberglass, drum dan sebagainya yang sudah diisi air.
4. Letakkan induk jantan dan betina ke dalam wadah yang sudah disiapkan secara terpisah.
5. Seleksi tingkat kematangan gonad induk dengan cara melihat urogenitalnya dan meraba bagian perut induk, dengan kondisi induk sehat, tidak cacat dan badan secara
keseluruhan mulai dari ujung mulut sampai ujung sirip ekor harus mulus (tidak ada luka) sesuai dengan persyaratan SNI.
Tabel 4. Ciri - ciri induk ikan lele yang matang gonad sesuai SNI
No
Induk lele
1. Jantan : urogenital berwarna merah dan meruncing serta panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor
2. Betina : perut membesar dan terasa lunak serta bila diurut ke arah anus akan mengeluarkan telur berwarna hijau kekuningan
Ciri - ciri induk lele yang matang gonad adalah sebagai berikut :
a. Bentuk tubuh : bagian kepala pipih horisontal, bagian badan bulat memanjang dan bagian ekor pipih vertikal.
b. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh tidak ditempeli jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir.
c. Induk jantan yang matang gonad :
1) Alat kelamin tampak jelas, meruncing, berwarna kemerahan terletak di dekat lubang anus.
2) Jika perut diurut akan keluar cairan sperma berwarna keputih - putihan.
3) Tulang kepala lebih pipih dan ukurannya lebih kecil.
4) Warna tubuh lebih gelap.
d. Induk betina yang matang gonad :
1) Alat kelaminnya membulat dan berwarna kemerahan terletak di dekat lubang anus,lubangnya agak membesar sebagai jalan keluarnya telur.
2) Bentuk perut membesar, jika diraba terasa lembek.
3) Bila perut diurut ke arah anus akan keluar telur.
4) Tulang kepala agak cembung dan ukurannya lebih besar.
5) Warna tubuh lebih terang, gerakannya lamban dan jinak.
6) Ambil sampel telur dengan cara memasukkan selang kanulasi < 8 cm kedalam lubang urogenital induk betina untuk mengambil sampel telur dengan cara menyedot dengan menggunakan mulut sampai sampel telur keluar.
7) Ambil 30 butir sampel telur, amati sampel telur yang diambil sesuaikan dengan warna dan fase telur yang siap dipijahkan (lihat tabel 5).
Telur muda
Telur muda cenderung ukuran kurang seragam 2.
Telur yang siap dipijahkan
Ukuran seragam dan tidak mudah pecah 3.
Telur tua
Telur mudah pecah bila disentuh
8) Selanjutnya, ukur diameternya menggunakan mikroskop yang dilengkapi mikrometer, sesuaikan diameter hasil pengukuran dengan kriteria diameter telur yang sesuai SNI (lihat tabel 6).
9) Timbang induk jantan dan betina yang terseleksi dengan menggunakan timbangan.
10) Ukur panjang induk menggunakan penggaris. Cara mengukur panjang standar induk sesuai dengan SNI, yaitu : mengukur panjang standar dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan pangkal ekor.
Kriteria induk sesuai SNI
B. Memijahkan Induk Ikan Lele
Pemijahan induk ikan lele umumnya dilakukan secara alami dan semi alami. Pemijahan alami biasanya dilakukan pada jenis - jenis ikan tertentu saja yaitu ikan yang mudah dipijahkan sepanjang tahun seperti ikan mas, tawes, gurame, lele dan lain sebagainya. Sebaliknya pemijahan ikan semi buatan umumnya dilakukan terhadap ikan yang dipelihara dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan faktor lingkungannya di alam.
Prosedur kerja untuk memijahkan induk :
1. Siapkan wadah pemijahan
a. Wadah pemijahan sesuai dengan SNI, yaitu wadah pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva dapat berupa bak, baik dengan menggunakan hapa atau tidak.
b. Mengeringkan wadah pemijahan dengan menutup saluran pemasukan air dan membuka saluran pengeluaran air.
c. Membersihkan kotoran yang ada didasar maupun dinding wadah dengan cara menyikat dengan sikat dan spon pembersih. Bersihkan dengan pencampuran desinfektan : kaporit 100 ppm atau diterjen 30 ppm.
d. Membilas dengan air bersih sampai kotoran yang menempel pada dasar dan dinding wadah hilang.
e. Membiarkan air sampai habis dan bilas dengan air bersih.
f. Mengeringkan kolam selama 1 hari agar terbebas dari bau kaporit atau diterjen.
2. Isi air ke dalam wadah pemijahan dengan menggunakan air yang sudah diendapkan dalam tandon air minimal selama 24 jam.
Tahap-tahap mengisi air dalam wadah pemijahan adalah:
a. Menutup saluran pengeluaran air.
b. Mengisi air dengan cara membuka saluran pemasukan air atau dengan bantuan pompa air ke dalam wadah pemijahan dengan ketinggian air sesuai dengan SNI. Ketinggian air pemijahan yang sesuai SNI untuk ikan lele adalah 25 - 40 cm.
c. Menutup saluran pemasukan air bila air telah mencapai sesuai yang diiinginkan.
d. Memeriksa saluran pengeluaran air untuk memastikan tidak ada kebocoran.
3. Tempatkan titik aerasi secara merata kedalam media pemijahan.
4. Lakukan pemijahan induk yang terseleksi baik secara alami maupun semi alami, caranya sebagai berikut :
a. Pemijahan alami
Memijahkan ikan secara alami dilakukan dengan cara memanipulasi lingkungan tanpa perlakuan perangsangan hormon. Persiapan wadah pemijahan yang telah dilakukan merupakan manipulasi lingkungan.
Langkah - langkah melakukan pemijahan alami :
1) Memasukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur dengan jumlah cukup menutupi 75 % dasar kolam.
2) Meletakkan kakaban 5 diatas dasar kolam dan diberikan pemberat berupa batu.
3) Menyusun kakaban berjajar memenuhi dan mengikuti panjang kolam agar tidak ada telur yang tidak menempel.
4) Memasukkan induk jantan dan betina yang terseleksi pada sore hari pukul 15.00 - 17.00 ke dalam wadah pemijahan dengan padat tebar sesuai SNI (lihat tabel 7).
5) Menutup wadah pemijahan.
6) Membiarkan proses pemijahan selama ± 24 jam.
7) Melakukan pengecekan pada pagi harinya.
8) Selanjutnya, memindahkan indukan yang telah memijah dari kolam pemijahan ke dalam wadah pemeliharaan induk.
b. Pemijahan semi alami
Langkah - langkah dalam melakukan pemijahan semi alami, yaitu :
1) Memasukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur dengan jumlah cukup menutupi 75 % dasar kolam.
2) Meletakkan kakaban 5 cm diatas dasar kolam dan diberikan pemberat berupa batu.
3) Menyusun kakaban berjajar memenuhi dan mengikuti panjang kolam agar tidak ada telur yang tidak menempel.
4) Menyiapkan peralatan dan bahan untuk pemijahan semi alami seperti : spuit, HCG (human chorionic gonadotropin), aquades atau larutan garam fisiologis 0,7 %. Gunakan alat suntik yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan alat yang baru.
5) Menimbang induk betina dengan timbangan dan tentukan dosis ovaprim.
a) Dosis hormon buatan 0,3 - 0,5 cc per 1 kg berat induk.
b) Menyedot hormon dengan spuit sebanyak dosis yang diperlukan.
c) Setelah itu, menyedot aquades atau larutan garam fisiologis 0,7 % dengan jarum yang sama sebanyak dosis hormon yang disedot tadi.
6) Induk yang terseleksi disuntik dengan cara sebagai berikut :
a) Menyuntik induk yang akan dipijahkan pada sore hari jam 16.00 - 17.00.
b) Mengambil induk yang akan disuntik kemudian pada bagian kepala ditutup menggunakan kain basah.
c) Melakukan penyuntikan secara hati - hati disekitar sirip punggung kedalam daging induk (intramuscular) dengan memasukkan jarum suntik dengan kemiringan 30 - 45° sedalam ± 2 - 2,5 cm.
d) Setelah hormon didorong masuk, lalu jarum dicabut dan bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon tidak keluar.
7) Memasukkan induk jantan dan betina yang telah disuntik pada sore hari pukul 15.00 - 17.00 ke dalam wadah pemijahan dengan padat tebar harus sesuai dengan SNI (lihat tabel 7).
Tabel 7. Padat tebar untuk pemijahan induk lele sesuai SNI
No
Induk lele
1. Padat tebar induk 1 kg induk betina/m² dengan perbandingan bobot jantan : betina 1 : 2
2. Perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 1 - 3
8) Menutup wadah pemijahan.
9) Membiarkan proses pemijahan selama ± 24 jam.
10) Melakukan pengecekan pada pagi harinya.
11) Memasukkan kembali induk yang telah memijah ke dalam wadah pemeliharaan induk.
C. Menghitung Derajat Pembuahan (Fertilisasi Rate)
Derajat pembuahan (fertilisasi rate) adalah derajat tingkat pembuahan telur yang telah dihasilkan. Langkah - langkah perhitungannya, sebagai berikut :
1. Ambil sampel telur hasil pemijahan secara acak sebanyak
5 titik.
2. Hitung jumlah telur dari sampel yang diambil.
3. Amati telur sampel secara visual atau secara mikroskopik satu persatu untuk mengetahui apakah telur dibuahi atau
tidak. Telur yang tidak dibuahi bercirikan dengan warna putih susu atau sedikit keruh dan terkadang ditumbuhi jamur, sedangkan telur yang dibuahi berwarna terang dan bersih.
4. Hitung jumlah telur yang dibuahi.
SUMBER:
http//pusdik.kkp.go.id
PusdikKP, 2012. Modul Teaching Factory "Pembenihan Ikan Air Tawar". Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
0 comments:
Post a Comment