Sistem Kekebalan Tubuh pada Ikan
Menurut Anderson (1974), ikan memiliki sistem kekebalan tubuh untuk melawan berbagai macam penyakit yang terdiri dari sistem kekebalan non spesifik dan spesifik.Menurut Rombout et. al. (2005), sistem kekebalan tubuh ikan secara fisiologis mirip denganvertebrata yang lebih tinggi, meskipun ada perbedaan tertentu.
Berbeda dengan vertebratayang lebih tinggi, ikan merupakan organisme hidup bebas dari tahap embrionik awalkehidupan yang bergantung pada sistem kekebalan tubuh bawaan mereka untuk bertahanhidup.Menurut Ellis (1988), sistem kekebalan non spesifik merupakan sistem kekebalan yang berfungsi terlebih dahulu pada awal kehidupan sedangkan kekebalan spesifik baru berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar beberapa minggu setelah telur menetas.Selain itu, sistem kekebalan non spesifik berfungsi untuk melawan segala patogen yangmenyerang tubuh, bersifat permanen (selalu ada), dan tidak perlu dirangsang terlebih dahulu.Hal ini berbeda dengan sistem kekebalan spesifik yang dalam menjalankan fungsinyamemerlukan rangsangan terlebih dahulu. Anderson (1974) menambahkan bahwa mekanismekerja kedua sistem kekebalan ini saling menunjang satu sama lain melalui mediator dankomunikator seperti sitokin dan limfokin. Sistem kekebalan ini digunakan untuk melindungitubuh terhadap serangan patogen seperti virus, bakteri, cendawan, dan parasit.Menurut Ingram (1980), sistem kekebalan non spesifik terdiri dari sistem kekebalanan pertama yang meliputi barrier mekanik dan kimiawi (kulit, sisik, lendir, dan insang) dansistem kekebalan kedua yaitu darah sebagai pertahanan seluler (makrofag dan leukosit).Menurut Roberts (1989), lendir yang menyelimuti permukaaan tubuh ikan, insang, danlapisan mukosa usus berperan sebagai perangkap patogen secara mekanik dan mengeliminasisecara kimiawi dengan lisosim dan enzim proteolitik lainnya. Irianto (2005), menambahkan bahwa lendir memiliki kemampuan untuk menghambat kolonisasi mikroorganisme dan mengandung imunoglobin (Ig-M) alami yang dapat menghancurkan invasi patogen melalui proses penebalan kutikula ataupun hiperplasia sel-sel malpighi.Menurut Walczak (1985), pertahanan seluler merupakan respon pertahanan yangdiperantarai sel. Rijkers (1981) menjelaskan bahwa kekebalanMenurut Magnadottir (2006), kekebalan non spesifik adalah mekanisme pertahananmendasar pada ikan. Selain itu, memainkan peran kunci dalam respon kekebalan yangdiperoleh dan homeostasis melalui sistem protein reseptor. Protein reseptor mengidentifikasi pola-pola molekuler yang khas dari mikroorganisme patogen termasuk polisakarida,lipopolisakarida (LPS), DNA bakteri peptidoglikan, RNA virus, dan molekul lain yang tidak normal pada permukaan organisme multiseluler.
Tanggapan ini dibagi menjadi hambatanfisik dan respon kekebalan seluler dan humoral. Parameter immunological terdiri dariinhibitor pertumbuhan, enzim litik, jalur komplemen klasik, alternatif dan jalur lektin,aglutinin dan precipitin (opsonin dan lektin primer), antibodi, sitokin, kemokin, dan peptidaantibakteri. Berbagai faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi parameter responkekebalan bawaan. Perubahan suhu, manajemen stres, dan kepadatan memiliki efek penekanan pada jenis respon, sedangkan beberapa aditif makanan dan imunostimulan dapatmeningkatkan efisiensi mereka.Sistem kekebalan spesifik terdiri atas dua faktor yaitu antibodi dan seluler, dimana yang paling berperan adalah antibodi. Sistem kekebalan spesifik berfungsi melawan penyakit yangmemerlukan rangsangan terlebih dahulu (Nitimulyo dan Triyanto 1990). Pada awalkehidupannya, sistem kekebalan ikan yang mula-mula berfungsi adalah sistem kekebalan nonspesifik sedangkan kekebalan spesifik (antibodi dan seluler) pada ikan baru berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar umur beberapa minggu setelah telur menetas (Ellis,1988).Pembentukan respon kekebalan dilakukan oleh sel limfosit (Roberts, 1989).
Dari pengertian tersebut, yang pertama-tama menentukan ada tidaknya tindakan oleh tubuh yang disebut respon imun, yaitu pengenalan apakah benda itu asing atau tidak. Walaupun benda itu berasal dari tubuhnya sendiri, namun apabila dikenal asing maka tubuh akan memberikan respon, tetapi sebaliknya walaupun benda itu berasal dari luar, dapat dikenal sebagai hal yang tidak asing.
Vertebrata mampu memberikan tanggapan dan menolak benda dan konfigurasi asing, karena memiliki sel khusus disebut limfosit yang bertugas untuk mengenali dan membedakan apakah konfigurasi asing itu (antigen) milik sendiri atau bukan, sedangkan prosesnya disebut respon imun.
Sebagaimana halnya dengan hewan vertebrata lainnya yang memiliki sistem imunitas, ikan juga mempunyai sistem tersebut. Namun terdapat beberapa perbedaan sistem imunitas antara ikan dengan vertebrata lainnya yakni organ pembentuk, proses pembentukan, produk (jenis dan komponen) immun tersebut dan mekanisme lainnya yang berkaitan dengan sistem respon imunitas tersebut. Roitt (1985) menyatakan bahwa memori spesifitas dan pengenalan zat asing merupakan dasar dari proses perkembangan respon immun.
Mori (1990) dan Ingram (1980) mengemukakan, bahwa immunitas pada hewan merupakan upaya proteksi terhadap infeksi dan preservasi fisiologis homeostasi. Proteksi immunologik itu bersifat spesifik dan non spesifik (Corbel, 1975; Ellis, 1988). Anderson dan Siwicki (1993) menyatakan, bahwa respon immunisasi spesifik memerlukan stimulasi terlebih dahulu dan bersifat khusus terhadap patogen penginduksinya ; respon non spesifik bersifat umum dan keberadaannya bersifat permanen dalam tubuh ikan (Ellis, 1988).
Respon immun dapat dibagi menjadi respon imun alamiah yang bersifat non spesifik dan respon immun adaptif yang bersifat spesifik. Mekanisme efektor seluler dalam proses immun alamiah akan melibatkan secara langsung sel-sel yang mempunyai kemampuan fagositosis, seperti netrofil dan makrofage. Sedangkan pada efektor immun humoral, ditengahi oleh produk sel jaringan limfosit sendiri yang tersensitasi spesifik yang disebut antibodi. Kedua mekanisme efektor ini tidak berdiri sendiri melainkan saling membantu dalam membentuk jaringan fungsional.
Sistem Imunitas
Ikan terdapat pada semua lingkungan, meliputi panti benih (Hatchery), usaha-usaha perikanan (fish farm), fasilitas akuakultur alami. Gangguan yang sering dialami oleh ikan adalah penyakit. Penyakit ini muncul apabila kondisi ikan stress, ada gen penyebab penyakit (patogen) dan lingkungan yang buruk (Anderson, 1974). Sebagaimana hewan vertebrata lainnya, ikan memiliki sistem kekebalan/immunitas, hanya berbeda dengan vertebrata lainnya, yaitu pada organ pembentuknya.
Pertahanan tubuh non spesifik meliputi barier mekanik dan kimiawi (mukus, kulit, sisik dan insang) dan pertahanan seluler (sel makrofag, leukosit seperti monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil). Mukus ikan yang menyelimuti permukaan tubuh, insang dan terdapat juga pada lapisan mukosa usus berperan untuk memperangkap patogen secara mekanik dan eleminasi patogen secara kimiawi dengan lisosim dan enzim proteolitik lainnya (Anderson, 1974). Ingram (1980) mengemukakan bahwa mukus juga mengandung antibodi (pertahanan spesifik), aglutinin alamiah dan lisin yang berkemampuan mengeliminir patogen.
Kulit dan sisik ikan berperan dalam perlindungan mekanik terhadap invasi patogen melalui proses pembelahan kutilel ataupun hiperlasia sel-sel malphigi (Robert, 1989). Reaksi peradangan juga dapat terjadi di sekitar situs masuknya patogen, dalam hal ini komponen lainnya yang berperan dalam proses pertahanan seluler seperti leukosit akan membanjiri situs untuk memfagosit patogen yang ada tersebut (Anderson, 1974). Pandangan ini dimaksudkan untuk membatasi meluasnya penyebaran patogen dalam tubuh inang.
Proses pembentukan respon kekebalan dimulai dengan stimulasi patogen yang merupakan proteinasing dan dikenal sebagai antigen. Menurut Anderson (1990), proses imunomodulasimelibatkan dua mekanisme kekebalan yaitu sistem kekebalan afferent dan sistem kekebalanefferen. Sistem kekebalan afferent dimulai dengan kontak, seleksi, dan penghancuran antigensedangkan sistem kekebalan efferen menghasilkan aktivasi limfosit, antibodi, sel-selfagositik, dan mekanisme kekebalan lainnya seperti respon seluler faktor nonlimfoid baik humoral maupun seluler. Makrofag yang merupakan sistem kekebalan pertama akanmenghancurkan antigen melalui proses fagositosis setelah terjadi aktivasi antigenik yangkemudian mengirimkan sandi-sandi ke sel-sel limfosit. Selanjutnya sel-sel limfosit akan berproliferasi dan membentuk subpopulasi limfosit yaitu limfosit T (sel T), sedangkan responkekebalan humoral merupakan respon yang dijalankan oleh antibodi dan dapat dideteksidalam serum, melibatkan limfosit B (disebut sel B atau sel plasma).Limfosit B akan membentuk antibodi yang diliberalisasikan ke dalam plasma darah,antibodi ini merupakan suatu molekul protein terutama dari fraksi gamma globulin yangdisebut juga dengan imunoglobulin (Ig) (Nisonoff, 1984). Roitt (1985) menjelaskan bahwasel T dan sel B mengalami proses sirkulasi dan resirkulasi dalam tubuh. Keadaan ini bertujuan untuk mencari adanya patogen atau bahan asing yang masuk ke dalam tubuh.Apabila ditemukan patogen, sel T akan mengenali partikel asing tersebut dan kembali ke jaringan limfoid kemudian berdiferensiasi menjadi limfoblas, selanjutnya membentuk sel Tyang aktif dan masuk lagi ke dalam sirkulasi darah. Sel T yang aktif akan keluar dari darahmenuju situs infeksi. Sel ini menghasilkan limfokin yang dapat mengaktifkan makrofagsehingga aktifitas fagositik makrofag tersebut meningkat. Sebaliknya, sel B yang berada
Menurut Anderson (1974), ikan memiliki sistem kekebalan tubuh untuk melawan berbagai macam penyakit yang terdiri dari sistem kekebalan non spesifik dan spesifik.Menurut Rombout et. al. (2005), sistem kekebalan tubuh ikan secara fisiologis mirip denganvertebrata yang lebih tinggi, meskipun ada perbedaan tertentu.
Berbeda dengan vertebratayang lebih tinggi, ikan merupakan organisme hidup bebas dari tahap embrionik awalkehidupan yang bergantung pada sistem kekebalan tubuh bawaan mereka untuk bertahanhidup.Menurut Ellis (1988), sistem kekebalan non spesifik merupakan sistem kekebalan yang berfungsi terlebih dahulu pada awal kehidupan sedangkan kekebalan spesifik baru berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar beberapa minggu setelah telur menetas.Selain itu, sistem kekebalan non spesifik berfungsi untuk melawan segala patogen yangmenyerang tubuh, bersifat permanen (selalu ada), dan tidak perlu dirangsang terlebih dahulu.Hal ini berbeda dengan sistem kekebalan spesifik yang dalam menjalankan fungsinyamemerlukan rangsangan terlebih dahulu. Anderson (1974) menambahkan bahwa mekanismekerja kedua sistem kekebalan ini saling menunjang satu sama lain melalui mediator dankomunikator seperti sitokin dan limfokin. Sistem kekebalan ini digunakan untuk melindungitubuh terhadap serangan patogen seperti virus, bakteri, cendawan, dan parasit.Menurut Ingram (1980), sistem kekebalan non spesifik terdiri dari sistem kekebalanan pertama yang meliputi barrier mekanik dan kimiawi (kulit, sisik, lendir, dan insang) dansistem kekebalan kedua yaitu darah sebagai pertahanan seluler (makrofag dan leukosit).Menurut Roberts (1989), lendir yang menyelimuti permukaaan tubuh ikan, insang, danlapisan mukosa usus berperan sebagai perangkap patogen secara mekanik dan mengeliminasisecara kimiawi dengan lisosim dan enzim proteolitik lainnya. Irianto (2005), menambahkan bahwa lendir memiliki kemampuan untuk menghambat kolonisasi mikroorganisme dan mengandung imunoglobin (Ig-M) alami yang dapat menghancurkan invasi patogen melalui proses penebalan kutikula ataupun hiperplasia sel-sel malpighi.Menurut Walczak (1985), pertahanan seluler merupakan respon pertahanan yangdiperantarai sel. Rijkers (1981) menjelaskan bahwa kekebalanMenurut Magnadottir (2006), kekebalan non spesifik adalah mekanisme pertahananmendasar pada ikan. Selain itu, memainkan peran kunci dalam respon kekebalan yangdiperoleh dan homeostasis melalui sistem protein reseptor. Protein reseptor mengidentifikasi pola-pola molekuler yang khas dari mikroorganisme patogen termasuk polisakarida,lipopolisakarida (LPS), DNA bakteri peptidoglikan, RNA virus, dan molekul lain yang tidak normal pada permukaan organisme multiseluler.
Tanggapan ini dibagi menjadi hambatanfisik dan respon kekebalan seluler dan humoral. Parameter immunological terdiri dariinhibitor pertumbuhan, enzim litik, jalur komplemen klasik, alternatif dan jalur lektin,aglutinin dan precipitin (opsonin dan lektin primer), antibodi, sitokin, kemokin, dan peptidaantibakteri. Berbagai faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi parameter responkekebalan bawaan. Perubahan suhu, manajemen stres, dan kepadatan memiliki efek penekanan pada jenis respon, sedangkan beberapa aditif makanan dan imunostimulan dapatmeningkatkan efisiensi mereka.Sistem kekebalan spesifik terdiri atas dua faktor yaitu antibodi dan seluler, dimana yang paling berperan adalah antibodi. Sistem kekebalan spesifik berfungsi melawan penyakit yangmemerlukan rangsangan terlebih dahulu (Nitimulyo dan Triyanto 1990). Pada awalkehidupannya, sistem kekebalan ikan yang mula-mula berfungsi adalah sistem kekebalan nonspesifik sedangkan kekebalan spesifik (antibodi dan seluler) pada ikan baru berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar umur beberapa minggu setelah telur menetas (Ellis,1988).Pembentukan respon kekebalan dilakukan oleh sel limfosit (Roberts, 1989).
Dari pengertian tersebut, yang pertama-tama menentukan ada tidaknya tindakan oleh tubuh yang disebut respon imun, yaitu pengenalan apakah benda itu asing atau tidak. Walaupun benda itu berasal dari tubuhnya sendiri, namun apabila dikenal asing maka tubuh akan memberikan respon, tetapi sebaliknya walaupun benda itu berasal dari luar, dapat dikenal sebagai hal yang tidak asing.
Vertebrata mampu memberikan tanggapan dan menolak benda dan konfigurasi asing, karena memiliki sel khusus disebut limfosit yang bertugas untuk mengenali dan membedakan apakah konfigurasi asing itu (antigen) milik sendiri atau bukan, sedangkan prosesnya disebut respon imun.
Sebagaimana halnya dengan hewan vertebrata lainnya yang memiliki sistem imunitas, ikan juga mempunyai sistem tersebut. Namun terdapat beberapa perbedaan sistem imunitas antara ikan dengan vertebrata lainnya yakni organ pembentuk, proses pembentukan, produk (jenis dan komponen) immun tersebut dan mekanisme lainnya yang berkaitan dengan sistem respon imunitas tersebut. Roitt (1985) menyatakan bahwa memori spesifitas dan pengenalan zat asing merupakan dasar dari proses perkembangan respon immun.
Mori (1990) dan Ingram (1980) mengemukakan, bahwa immunitas pada hewan merupakan upaya proteksi terhadap infeksi dan preservasi fisiologis homeostasi. Proteksi immunologik itu bersifat spesifik dan non spesifik (Corbel, 1975; Ellis, 1988). Anderson dan Siwicki (1993) menyatakan, bahwa respon immunisasi spesifik memerlukan stimulasi terlebih dahulu dan bersifat khusus terhadap patogen penginduksinya ; respon non spesifik bersifat umum dan keberadaannya bersifat permanen dalam tubuh ikan (Ellis, 1988).
Respon immun dapat dibagi menjadi respon imun alamiah yang bersifat non spesifik dan respon immun adaptif yang bersifat spesifik. Mekanisme efektor seluler dalam proses immun alamiah akan melibatkan secara langsung sel-sel yang mempunyai kemampuan fagositosis, seperti netrofil dan makrofage. Sedangkan pada efektor immun humoral, ditengahi oleh produk sel jaringan limfosit sendiri yang tersensitasi spesifik yang disebut antibodi. Kedua mekanisme efektor ini tidak berdiri sendiri melainkan saling membantu dalam membentuk jaringan fungsional.
Sistem Imunitas
Ikan terdapat pada semua lingkungan, meliputi panti benih (Hatchery), usaha-usaha perikanan (fish farm), fasilitas akuakultur alami. Gangguan yang sering dialami oleh ikan adalah penyakit. Penyakit ini muncul apabila kondisi ikan stress, ada gen penyebab penyakit (patogen) dan lingkungan yang buruk (Anderson, 1974). Sebagaimana hewan vertebrata lainnya, ikan memiliki sistem kekebalan/immunitas, hanya berbeda dengan vertebrata lainnya, yaitu pada organ pembentuknya.
Pertahanan tubuh non spesifik meliputi barier mekanik dan kimiawi (mukus, kulit, sisik dan insang) dan pertahanan seluler (sel makrofag, leukosit seperti monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil). Mukus ikan yang menyelimuti permukaan tubuh, insang dan terdapat juga pada lapisan mukosa usus berperan untuk memperangkap patogen secara mekanik dan eleminasi patogen secara kimiawi dengan lisosim dan enzim proteolitik lainnya (Anderson, 1974). Ingram (1980) mengemukakan bahwa mukus juga mengandung antibodi (pertahanan spesifik), aglutinin alamiah dan lisin yang berkemampuan mengeliminir patogen.
Kulit dan sisik ikan berperan dalam perlindungan mekanik terhadap invasi patogen melalui proses pembelahan kutilel ataupun hiperlasia sel-sel malphigi (Robert, 1989). Reaksi peradangan juga dapat terjadi di sekitar situs masuknya patogen, dalam hal ini komponen lainnya yang berperan dalam proses pertahanan seluler seperti leukosit akan membanjiri situs untuk memfagosit patogen yang ada tersebut (Anderson, 1974). Pandangan ini dimaksudkan untuk membatasi meluasnya penyebaran patogen dalam tubuh inang.
Proses pembentukan respon kekebalan dimulai dengan stimulasi patogen yang merupakan proteinasing dan dikenal sebagai antigen. Menurut Anderson (1990), proses imunomodulasimelibatkan dua mekanisme kekebalan yaitu sistem kekebalan afferent dan sistem kekebalanefferen. Sistem kekebalan afferent dimulai dengan kontak, seleksi, dan penghancuran antigensedangkan sistem kekebalan efferen menghasilkan aktivasi limfosit, antibodi, sel-selfagositik, dan mekanisme kekebalan lainnya seperti respon seluler faktor nonlimfoid baik humoral maupun seluler. Makrofag yang merupakan sistem kekebalan pertama akanmenghancurkan antigen melalui proses fagositosis setelah terjadi aktivasi antigenik yangkemudian mengirimkan sandi-sandi ke sel-sel limfosit. Selanjutnya sel-sel limfosit akan berproliferasi dan membentuk subpopulasi limfosit yaitu limfosit T (sel T), sedangkan responkekebalan humoral merupakan respon yang dijalankan oleh antibodi dan dapat dideteksidalam serum, melibatkan limfosit B (disebut sel B atau sel plasma).Limfosit B akan membentuk antibodi yang diliberalisasikan ke dalam plasma darah,antibodi ini merupakan suatu molekul protein terutama dari fraksi gamma globulin yangdisebut juga dengan imunoglobulin (Ig) (Nisonoff, 1984). Roitt (1985) menjelaskan bahwasel T dan sel B mengalami proses sirkulasi dan resirkulasi dalam tubuh. Keadaan ini bertujuan untuk mencari adanya patogen atau bahan asing yang masuk ke dalam tubuh.Apabila ditemukan patogen, sel T akan mengenali partikel asing tersebut dan kembali ke jaringan limfoid kemudian berdiferensiasi menjadi limfoblas, selanjutnya membentuk sel Tyang aktif dan masuk lagi ke dalam sirkulasi darah. Sel T yang aktif akan keluar dari darahmenuju situs infeksi. Sel ini menghasilkan limfokin yang dapat mengaktifkan makrofagsehingga aktifitas fagositik makrofag tersebut meningkat. Sebaliknya, sel B yang berada
0 comments:
Post a Comment