Ikan diskus
merupakan ikan hias yang cukup populer dikalangan masyarakat pada tahun 1990-an
hingga sekarang. Sepintas ikan ini terlihat seperti telur dadar, hal itu yang
membuat ikan ini menarik untuk dilihat atau dipajang di akuarium rumah.
Keunikan lain yang dimiliki ikan diskus sehingga mampu menarik para penggemar
ikan adalah warna dan bentuk tubuh yang indah, sifat induk yang unik, kebiasaan
berkembang biak yang sulit diduga, harga benih atau induk yang relatif mahal,
dan pasar ekspor dan lokal yang terbuka luas.
Ikan ini
dinamakan diskus karena bentuk tubuhnya yang menyerupai lempengan (disc) yang
berdiri tegak. Ikan Diskus dijuluki sebagai ratu ikan hias air tawar karena
keindahan corak dan warnanya. Keunggulan diskus ini dibandingkan dengan ikan
hias air laut terletak pada kemudahan proses pemeliharaan dan pemijahannya.
Diskus merupakan ikan hias air tawar yang terkenal akan keragaman corak dan
warnanya. Berdasarkan corak dan warnanya diskus dibagi menjadi 7 kelompok yaitu
stripped form, solid blue, solid red, solid yellow, spotted form, unclassified
atau hybrid dan wild form.
Taksonomi
Menurut
sistematikanya, ikan diskus digolongkan sebagai berikut:
Ordo : Percomorphodei
Sub Ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Symphysodon
Species : Symphysodon discus
Nama lokal : Diskus
Morfologi
Diskus mempunyai
bentuk tubuh yang menyerupai lempengan (disc) yang berdiri tegak. Antara diskus
jantan dan betina mempunyai bentuk tubuh yang sedikit berbeda. Diskus jantan
memiliki ciri-ciri ujung sirip punggung dan sirip anal lancip, ovipositor (alat
untuk menempelkan telurnya) sedikit menonjol dan alat kelaminnya berbentuk lonjong
atau elips. Diskus betina memiliki ciri-ciri ujung sirip punggung dan sirip
anal membulat, ovipositor lebih menonjol dan alat kelaminnya membulat.
Pemijahan
Diskus Tingkat
keberhasilan proses pemijahan diskus dipengaruhi oleh kualitas induk, tempat pemijahan,
kualitas air dan pemeliharaan burayak.
Kualitas induk. Pemilihan induk yang baik
sangat mempengaruhi keberhasilan pemijahan. Ikan diskus yang dipilih sebagai
induk sebaiknya diskus yang telah berusia 10 – 16 bulan serta telah matang
gonad (siap kawin). Ciri-ciri diskus yang telah matang gonad yaitu: mata ikan
berbinar cemerlang, ujung sirip punggung diskus jantan mulai melancip, warna
ikan menjadi lebih cemerlang, alat kelamin mulai menonjol dan ujung sirip
punggung tampak halus. Selain pemilihan induk yang berkualitas, untuk
memijahkan diskus juga diperlukan inang asuh. Inang asuh adalah pasangan diskus
yang akan memelihara dan menyusui burayak. Pasangan inang asuh yang berkualitas
adalah pasangan diskus yang berumur ±1 tahun yang memiliki naluri menyusui yang
baik dan bebas dari penyakit. Inang asuh dalam proses pemijahan diperlukan
karena terkadang pasangan induk sering memakan telurnya.
Tempat Pemijahan. Salah satu tempat yang
bisa digunakaan sebagai tempat pemijahan ikan diskus adalah akuarium. Ukuran
akuarium yang ideal untuk pemijahan diskus adalah 50 cm x 50 cm x 40 cm dengan
ketinggian air berkisar 35 cm.
Kualitas Air. Kualitas air sngat
mempengaruhi keberhasilan pemijahan ikan diskus. Parameter kualitas air untuk
pemijahan diskus antara lain pH antara 6,3 – 6, 8 ; kesadahan air antara 1 -3
odH ; suhu air antara 28 – 30 oC ; bebas dari klorin dan logam berat ; terkena
cahaya cukup baik tetapi tidak terkena cahaya mataahaari secara langsung. Pada
dasarnya, air tanah sangat baik digunakan untuk pemijahan ikan karena banyak
mengandung mineral. Akan tetapi, tidak semua jenis air tanah layak digunakan.
Air tanah sebaiknya digunakan setelah diendapkan selam 24 jam dengan diberi
aerasi.
Pemeliharaan Burayak. Proses pemijahan akan
terjadi ketika induk betina akan menempelkan telurnya pada substrak yang akan
diikuti oleh induk jantan yang menyemburkan sperma pada telur. Proses ini akan
berlangsung selama 30 – 60 menit. Dari hasil pemijahan ini tidak semua telur
akan dibuahi. Telur yang tidak dibuahi akan membusuk dan biasanya akan menulari
telur yang telah dibuahi. untuk mencegah hal ini terjadi, induk diskus akan
memakan telur yang membusuk tadi. Namun, kadangkala induk akan keterusan dan
memakan telur yang sehat. telur- telur yang telah dibuahi akan menetas setelah
3 hari menjadi larva. larva akan diasuh dan disusui oleh inang asuhnya. larva
yang telah menyusui induknya akan tumbuh menjadi besar dan menjadi burayak,
yakni larva yang tidak perlu menyusui dan sudah bisa makan sendiri. larva yang
sudah menjadi burayak sebaiknya dipisahkan dari induknya agar induk tidak
terluka dan dapat bertelur kembali.
III. PEMIJAHAN
A. Membedakan Induk Jantan dan Betina
Membedakan
diskus jantan dan betina akan lebih mudah dilakukan jika kita dihadapkan dengan
sekumpulan calon induk yang dibesarkan bersama dan berasal dari wadah yang
sama. Dalam sekumpulan itu, diskus jantan umumnya memiliki postur tubuh yang
lebih besar dengan bentuk forehead lebih kekar atau kasar. Sementara itu,
diskus betina umumnya berukuran lebih kecil dengan bentuk forehead lebih halus.
Membedakan
kelamin diskus dilihat dari betuk mulut dan hidung. Pada diskus dewasa, betina
memiliki bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dengan bibir
bawahnya. Sedangkan diskus jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat
hidungnya, maka jantan mempunyai bentuk agak bengkok, berlainan dengan betina
yang hidungnya berbentuk lurus. Dilihat dari sekitar sirip dubur, pada diskus
jantan rata-rata lurus sedangkan pada diskus betina bentuknya membulat. Melihat
gerakannya, diskus jantan mempunyai pergerakan yang lebih agresif dari diskus
betina.
Cara lain untuk
membedakan diskus jantan dan betina adalah dengan melihat alat kelamin
genitalnya. Diskus betina memiliki organ genital yang berbentuk lonjong dengan
ujung menumpul atau berbentuk elips.
B. Ciri-Ciri Induk Diskus yang Baik
- Harus sehat
- Sisik tersusun rapi
- Sisik tidak cacat ditunjang dengan
bentuk yang bulat
- Gerakannya wajar/normal, tidak bergerak
miring atau lamban
- Mata menonjol normal, tidak melotot
keluar
- Matang gonad atau siap memijah
C. Ciri-Ciri Ikan Diskus Siap Mijah
Ikan diskus yang
siap mijah umumnya ditandai dengan memisahkan diri dari rekan-rekannya dalam
satu wadah pemeliharaan (seperti pada gambar 4). Ikan diskus tergolong ikan yang setia pada
pasangannya, karena itu ikan diskus tidak bisa dipijahkan selain dari
pasangannya tersebut.
Pasangan ini
lalu kita pisahkan ditempat tersendiri dan terus diamati. Pasangan yang lengket terus sudah cukup
sebagai jaminan bahwa mereka jantan dan betina. Calon induk jantan harus
berumur 15 bulan, sedangkan induk betina berumur 12 bulan sehingga layak untuk
dipijahkan.
D. Proses Pemijahan
Pasangan induk
ditempatkan dalam aquarium pemijahan, dalam 3-10 hari kemudian biasanya proses
perkawinan mulai berlangsung. Pasangan induk diskus saling berenang mengitari
pasangannya, pada saat tersebut warna diskus akan terlihat sangat intensif,
sirip-sirip mengembang penuh dan matanya terlihat berbinar, kemudian mereka
akan menentukan tempat nertelur berupa pipa PVC, pot bunga atau pecahan-pecahan
genting atau keramik. Setelah itu pasangan diskus akan mulai meletakan
telurnya, setelah telur pertama diletakkan, diskus jantan akan membuahinya
selama beberapa jam, induk yang dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan 150
- 300 butir telur.
Setelah proses
pemijahan berakhir, pasangan diskus akan menunggui telurnya, mereka akan
mengipasi telur tersebut dengan sirip dada, untuk mencegah adanya kotoran atau
spora jamur yang melekat selama menjaga telurnya, induk tetap harus diberi
pakan dan kondisi aquarium harus terlihat bersih.
Dalam waktu 6
hari sejak peletakan telur, telur akan menetas menjadi larva-larva kecil, yang
kemudian akan berkembang menjadi diskus dewasa.
F. Penetasan Telur
Seperti ikan
Chiclid lainnya, ikan diskus bersifat menempelkan telurnya pada suatu benda atau substrat. Oleh karena
itu tempat pemijahan harus diberi potongan paralon atau benda lain yang permukaannya
halus sebagai tempat menempelnya telur. Telur ikan diskus akan menetas dalam
waktu 40 - 60 jam sejak dibuahi. Induk ikan diskus tersebut bisa dijadikan
inang asuh apabila hanya bisa bertelur tetapi tidak mampu merawat telurnya
dengan baik.
Penetasan telur
terkadang tidak terjadi secara serentak, telur bisa sampai 8 hari baru menetas.
Bila dalam waktu lama (4 hari) telur belum menetas juga, induk diskus akan
gelisah sehingga akan memakan telurnya. Memang sifat kanibalisme yang timbul
pada induk ini bukan karena induk terlalu sayang pada keturunannya, namun juga
ada sebab lain. Misalnya karena kualitas air yang kurang bagus, adanya suara
berisik dari luar, nervous melihat orang mondar-mandir dilingkungan sekitarnya,
dan sebagainya.
Untuk itu tingkat
penetasan telur (SR) pada ikan diskus diperkirakan mencapai 50% dari jumlah
telur yang terbuahi. Namun hal tersebut tidak mutlak sebagai landasan dalam
budidaya ikan diskus, mortalitas pada telur akan semakin tinggi apabila
perlakuan kita kurang intensif dalam menjaga kualitas air serta menjaga
lingkungan sekitar agar tetap aman dan tidak berisik. Natalitas yang tinggi
dapat kita peroleh apabila perlakuan yang kita terapkan dalam proses pemijahan
ikan diskus sesuai dengan kriteria yang diinginkan ikan diskus.
G. Perkembangan Telur
1. 40 jam pertama
Pada tahap ini,
telur-telur mulai menunjukkan perkembangannya. Pada telur yang semula berwarna
kuning sampai merah transparan mulai terlihat bintik hitam tepat di tengahnya.
Bintik hitam ini merupakan bintik mata pada benih ikan diskus. Hal ini
menandakan bahwa telur-telur tersebut terbuahi dengan baik. Telur yang tidak
terbuahi akan tetap terlihat transparan, yang kemudian akan memutih dan
membusuk.
2. 55 jam pertama
Pada tahap ini
telur-telur akan menetas, awalnya kulit telur akan menipis kemudian larva-larva
yang telah berkembang penuh akan membuat gerakan seperti getaran halus,
menembus membran kulit telur. Bagian ekor larva terlihat mencuat keluar dan
bergerak dengan motil. Larva-larva tersebut tetap melekat pada substratnya.
3. Hari ke-4
Pada tahap ini,
terlihat kemajuan pada perrtumbuhan larva. Pasangan induk akan memindahkan
sekumpulan larva baik sebagian maupun seluruhnya. Umumnya induk tersebut akan
memilih tempat yang aman bagi larva-larva tersebut.
4. Hari ke-5
Pada tahap ini
aktivitas larva semakin meningkat, ditandai dengan sering bergeraknya larva
keluar dari kumpulannya. Pasangan induk diskus akan sibuk mengumpulkan
larva-larva yang tercerai-berai dan mengembalikannya ke kumpulan mereka.
5. Hari ke-6
Pada tahap ini,
larva sudah cukup kuat untuk berenang bebas. Dimulai dengan satu-dua ekor yang
mulai berenang dari substrat ke tubuh induknya. Larva-larva tersebut akan
memperoleh makanan dari induknya yaitu berupa lendir yang di produksi oleh
induk diskus serta memperoleh perlindungan dari induknya.
H. Pemeliharaan Larva
Untuk
mendapatkan benih diskus yang berkualitas baik, harus diperhatikan cara
penetasan telur dan perawaatan benihnya. Ikan diskus tidak sepenuhnya dapat
mengasuh anaknya, ada diskus yang tidak dapat mengasuh anaknya. Hal ini sulit
untuk diketahui penyebab utamanya, untuk itu dalam pemeliharaan larvanya
diterapkan tiga cara dalam pemeliharaan larva diskus diantaranya adalah :
1. Pemeliharaan
larva secara alami
Telur yang
dijaga oleh induknya pada saat penetasan.
Dua hari setelah menetas larva diskus sudah dapat bergerak meskipun
belum terarah. Larva diskus akan
menempel pada induk untuk memakan lendir yang dihasilkan induknya hal ini
berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Kemudian setelah berumur satu minggu
mulai diberi makanan hidup Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru
dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau
berumur 1 bulan. Pada gambar 5
memperlihatkan induk ikan diskus merawat anaknya, benih ikan diskus tersebut
selalu bergerak mengikuti induknya dengan memakan lendir yang diproduksi oleh
induk ikan diskus itu.
2. Pemeliharaan
larva dengan Inang asuh
Penetasan telur
secara buatan telur dipisahkan dari induknya kemudian telur akan menetas 2 - 3
hari, setelah larva berumur dua hari larva dipindahkan dari akuarium penetasan
dengan cara disifon.
Ambil ± 5 ekor
larva kemudian masukkan kedalam akuarium
induk yang sedang mengasuh anaknya yang ukurannya hampir sama dengan larva yang
akan dimasukkan. Apabila setelah tiga
menit larva tidak dimakan oleh induk tersebut dan dapat menempel pada tubuhnya,
maka larva yang lain dapat dimasukkan kedalam akuarium tersebut.
3. Pemeliharaan
larva secara buatan
Larva yang sudah
dapat berenang dipindahkan kedalam baskom plastik dengan cara disifon, secara
berlahan-lahan larva yang ada dibaskom dimasukkan kedalam akuarium pemeliharaan
larva, pada tahap awal makanan yang
diberikan adalah kuning telur yang sudah direbus dicampur dengan Rotifera yang
sudah dikeringkan, bila akan diberikan pada larva harus dicampur terlebihdahulu
dengan putih telur, agar makanan tersebut lebih lama menempel pada pinggir
media pemeliharaan. Makanan diberikan 12 kali sehari atau dilakukan setiap tiga jam sekali selama 2 – 3 hari, hingga larva bisa makan
Artemia.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, H. 2000.
DISKUS. Penebar Swadaya. Jakarta.
Indarta, D.
2002. Memelihara dan Membudidayakan Diskus Unggul, AgroMedia Pustaka. Jakarta
jika saya ingin mencari tempat pembenihan ataupun penjualan ikan discus di pati yang banyak di mana ya pak. terimakasih sebelumnya
ReplyDelete