Selama ini produksi perikanan laut sebagian besar masih tergantung dari
hasil pemungutan/penangkapan dari alam yang produksinya semakin menurun, dilain
pihak dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan
terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu produksi perikanan perlu digali
dari 2 (dua) sumber yaitu penangkapan dan budidaya. Salah satu komoditi ikan
laut yang potensial dan sudah dapat dibudidayakan adalah ikan beronang (Siganus
sp). Dari hasil penelitian ternyata komoditi beronang mempunyai nilai yang
menguntungkan sebagai berikut:
1. Ikan beronang merupakan makanan yang
enak dan gurih dan disukai banyak orang sehingga pemasaran ikan ini cukup baik.
2. Ikan ini umumnya "primary
herbivor" yaitu pemakan plankton nabati tumbuhan dan juga memakan makanan
buatan.
3. Selama musim-musim tertentu benih
beronang dapat diperoleh dalam jumlah banyak.
4. Ikan beronang mempunyai toleransi besar
terhadap salinitas dan suhu.
5. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan
pertumbuhan yang cepat.
6. Ikan ini sudah dapat dipijahkan di
dalam laboratorium sehingga prospek pembenihan dari hatchery cukup baik.
7. Ikan beronang mempunyai harga pasar
yang cukup tinggi baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri, terutama yang
ada telurnya selama tahun baru cina.
8. Teknologi pembesaran ikan beronang
sudah dikuasai.
Mengingat budidaya ikan
beronang relatif baru dikenal masyarakat, maka petunjuk teknis ini diharapkan
dapat menjadi pedoman bagi yang berminat melakukan usaha budidaya beronang.
2. BIOLOGI
1. Diskripsi dan Taksonomi
Ikan beronang dikenal
oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain seperti di Pulau
Sribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah dengan nama biawas dan nelayan-nelayan
di Pulau Maluku menamakan dengan sebutan samadar. Ikan beronang termasuk famili
Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagai berikut D XIII, 10 A VII, 9, P2 I,
3, 1, tubuhnya membujur dan memipih latural, dilindungi oleh sisik-sisik yang
kecil, mulut kecil posisinya terminal. Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi
kecil. Punggungnya dilengkapi oleh sebuah duri yang tajam mengarah ke depan
antara neural pertama dan biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi
dengan kelenjar bisa/racun pada ujungnya. Secara lengkap taksonomi ikan
beronang adalah sebagai berikut.
Kelas:
Dada : Percipformes
Sub dada :
Acanthuroidei
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Species : Siganus spp.
2. Kebiasaan Makanan
Sesuai dengan morfologi
dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri
pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna, dinding lambung
agak tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas, ikan beronang
termasuk pemakan tumbuh-tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan ikan beronang
mampu memakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan.
3 Penyebaran
Penyebaran ikan
beronang ini cukup luas, tetapi penyebaran setiap species sangat terbatas
seperti yang terdapat di LON LIPI daerah penyebaran setiap species:
3. TEKNOLOGI BUDAYA
1. Persyaratan Lokasi
Budidaya
Untuk mencapai produksi
jenis komoditas budidaya laut secara optimal memerlukan kecermatan dalam
penentuan lokasi budidaya yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda yang
digunakan. Dalam hal ini, pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut harus
akan mempertimbangkan dari aspek teknis dan non teknis. Dari segi aspek teknis
hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:
a.
Perairan/lokasi yang dipilih harus
terlindung dari pengaruh angin/musim dan gelombang, hal ini untuk
mengamankan/melindungi salinitas budidaya.
b.
Pergerakan air harus cukup baik dengan
kecepatan arus antara 20 ~ 40 cm/detik, apabila kecepatan arus kurang
mengakibatkan penyediaan air kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang
dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan
terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk melawan
arus.
c.
Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran
atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
d.
Lokasi juga harus bebas dari hama yang
meliputi antara lain ikan-ikan besar dan buas, binatang yang selain potensial
dapat mengganggu (predator).
e.
Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi
persyaratan kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :
1)
Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
2)
Suhu air berkisar antara 28 ~ 32 0 C.
3)
O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
4)
Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~
0,5 ppm.
f.
Untuk mempermudah kelancaran kegiatan
yang berhubungan dengan usaha budidaya yang meliputi sarana jalan, telpon,
listrik, sumberdaya manusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam
jumlah yang cukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya mudah
diperoleh. Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan
sektor-sektor yang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam
hubungan dengan kepentingan sektor lain seperti pariwisata, pelayaran, dll.
2. Sarana produksi
Metoda budidaya ikan
beronang di laut dapat dilakukan dengan metoda. Karamba Jaring Apung (KJA)
yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang terbuat dari bahan jaring yang
digantungkan pada kerangka (rakit) di laut.
3. Desain Konstruksi
Keramba Jaring Apung
Keramba Jaring Apung
terdiri dari komponen rakit apung, kurungan, pelampung dan jangkar. Cara
pembuatan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:
A. Rakit
Apung
Pembuatan rakit apung
dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu membuat kerangka sesuai dengan
ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka ini berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan
yang berbentuk segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu. Setiap unit
kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti
dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi
budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau
tidak terbawa arus.
B. Kurungan
Kurungan berfungsi
sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan polyethilen (PE) D. 18
dengan lebar mata jaring antara 0,75 ~ 1". Bentuk kurungan disesuaikan
dengan bentuk kerangka rakit yaitu empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m 3 .
Jaring apung yang telah siap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara
mengikat ke empat sudut bagian atas pada setiap sudut kerangka. Pola pembuatan
kurungan dan cara pengikatan dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 dan agar
kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar, maka pada sudut bagian
bawah jaring diberi pemberat. Gambar 2. Pola Pembuatan Kurungan Apung.
C. Pelampung
Untuk mengapungkan
sarana budidaya termasuk rumah jaga diperlukan pelampung. Pelampung dapat
digunakan drum plastik volume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diperlukan
pelampung sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE) yang
bergaris tengah 0,8 ~ 1,0 cm. Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung
Pada Kerangka Rakit
D. Jangkar
Jangkar berfungsi untuk
menahan sarana budidaya agar tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus
dan angin ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan
jangkar 4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar
biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi. Gambar 6
Pengaturan dan Pemasangan Jangkar
3. Benih
1. Persyaratan Benih
Benih yang digunakan
untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi benih yang betul-betul sehat.
Benih yang sakit akan terhambat pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi adalah
penularannya ke ikan di dalam wadah budidaya. Berdasarkan pengamatan visual
secara umum benih yang sehat antara lain adalah :
a.
Bentuk badan normal/tidak cacat/tidak
sakit;
b.
Gerakan ikan lincah;
c.
Mempunyai respon yang tinggi terhadap
pakan yang diberikan.
a. Penyediaan
Benih
Sampai saat ini benih
ikan beronang yang digunakan dalam usaha budidaya berasal dari hasil
penangkapan di alam. Benih ikan beronang dapat diperoleh dalam jumlah besar
pada saat musim puncak benih. Untuk setiap jenis beronang musim puncaknya akan
berlainan setiap lokasi. Penyediaan benih ikan beronang secara massal dari
hatchery sampai saat ini masih dalam pengkajian walaupun pemijahan untuk
beberapa jenis sudah berhasil dilakukan.
b. Penanganan
dan Transportasi Benih
Benih ikan beronan
sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti suhu dan salinitas, sehingga
penanganan benih ikan beronang sangat perlu dijaga hati-hati. Pada saat
pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain harus selalu diambil bersama
airnya. Pemindahan benih dapat dilakukan sehari setelah pengumpulan dan cukup
memberikan istirahat bagi ikan dan untuk perlakuan selanjutnya disarankan untuk
menggunakan seser yang tidak cekung untuk menghindarkan luka-luka di kulit
akibat persentuhan benih satu sama lain. Pengangkutan benih ikan beronang untuk
jarak dekat dapat digunakan keramba dengan anyaman bambu yang halus dan
diapungkan di air. Keramba diseret perlahan-lahan menuju tempat budidaya. Dan
untuk jarak jauh dapat digunakan kantong-kantong plastik atau periuk-periuk
tanah. Benih ikan beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang cukup dapat
ditransportasi sampai maksimum 48 jam.
4. Pakan
a. Persyaratan Pakan
Salah satu faktor yang
sangat penting menentukan pertumbuhan ikan yang dipelihara adalah faktor
ketersediaan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitas sehingga harus
diperhatikan sebaik-baiknya yaitu harus memenuhi komposisi dan jumlah
nutrient/zat makanan yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang
diberikan sebaiknya yang masih baru (pellet) dan segar (ikan rucah).
b. Penanganan
Pakan
Untuk menjaga kualitas
pakan yang diberikan untuk budidaya ikan beronang perlu diperhatikan penanganan
terhadap pakan yang digunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan
pakan antara lain adalah tempat penyimpanan pakan harus bersih dan kering.
3. Teknologi Budidaya
1. Pola Produksi
Dalam usaha budidaya
ikan laut pengaturan pola tanam perlu disesuaikan dengan ketersediaan seperti
(benih, pakan) dan pengaruh dari musim serta ketersediaan pasar. Untuk itu
dalam kegiatan budidaya ikan di laut setiap lokasi akan berbeda sesuai dengan
kondisi setempat. Dalam pengaturan pola tanam yang berhubungan daya serap pasar
alternatif pola tanam adalah setiap KK adalah melakukan penanaman pada 1 unit
karamba jaring apung yang terdiri dari 4 buah jurungan dan penebaran benih
dapat dilakukan selang 3 hari - 1 minggu setiap KK atau tergantung dari daya
serap pasar.
2. Cara Penebaran Benih
Benih sebelum
ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudian secara perlahan-lahan
ditebarkan ke dalam wadah budidaya. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari.
3. Cara Pemberian Pakan
Jenis pakan yang
digunakan pada budidaya ikan beronang adalah pellet kering dengan jumlah
sebanyak 2% dari berat badan ikan setiap hari. Frekuensi pemberian pakan
sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Konversi pemberian
pakan dengan menggunakan pellet biasanya 1 : 4 yang berarti untuk memperoleh
berat ikan 1 kg dibutuhkan pellet sebanyak 4 kg.
4. Penanganan Hasil
Panen ikan beronang
dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 ~ 6 bulan setelah penebaran. Panen dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu : - Panen sebagian, dilakukan dengan cara
memanen ikan yang telah berukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan
menggunakan serok/lampit/alat tangkap.
Panen seluruhnya,
dilakukan dengan cara memanen hasil budidaya sekaligus dengan cara
menarik/mengangkat sebagian jaring ke arah suatu sudut sehingga akan terkumpul
pada suatu tempat dan kemudian diambil dengan menggunakan serok/lambit/alat
tangkap denganberhati-hati agar ikan tidak mengalami luka/cacat. Panen
sebaiknya dilakukan pada saat udara sejuk.
4. Manajemen Budidaya
Permasalahan yang
sering ditemui pada pemeliharaan ikan di laut dengan jaring apung adalah
pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada sarana yang digunakan
seperti kerangka, rakit, kurungan apung dan pelampung. Penempelan organisme
tersebut akan mengganggu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah
berat. Untuk menanggulangi organisme penempel ini maka perlu dilakukan
pembersihan terutama kurungan secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali
atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel. Sedangkan untuk
pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau dengan menggunakan mesin
semprot jaring.
5. Hama dan Penyakit
1. Hama
Hama yang sering
mengganggu budidaya ikan beronang laut adalah berupa hewan/binatang atau
pengganggu lainnya seperti burung dan lingsang. Hama dapat menyerang dan
membuat kerusakan pada kurungan ikan. Penanggulangan hama dapat dilakukan
dengan cara menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkari
kurungan. Selain itu gangguan karena pencurian oleh manusia perlu juga
diwaspadai.
2. Penyakit dan
Pencegahannya
Untuk mengetahui jenis
penyakit dan cara pencegahannya diperlukan diagnosa gejala penyakit. Gejala
penyakit untuk ikan yang dibudidayakan dapat dilihat/diamati dengan tanda-tanda
sebagai berikut :
a.
Ada kelainan tingkah laku : salah satu
atau beberapa ikan keluar dari kelompoknya dan cara berenangnya miring atau
"driving" (ikan yang berada di permukaan langsung menuju dasar dengan
cepat). Gejala demikian biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit, antara lain
: penyakit insang, penyakit sistem saraf
otak, keracunan bahan kimia logam berat, dan kekurangan vitamin.
b.
Ikan tidak mau makan : perhatikan sudah
berapa lama keadaan ini terjadi, penyebabnya adalah : penyakit diabetes
(oxydized fatty), kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang
terjadi karena persediaan pakan sedikit.
c.
Ada kelainan pada bentuk ikan : hal ini
terjadi pada rangka ikan dan permukaan tubuh ikan.
d.
Mata tidak normal : disebabkan oleh
bakteri dan parasit tremotoda Giganea sp. Untuk organ tubuh bagian dalam gejala
penyakit dapat terjadi pada : Insang : Hilang beberapa bagian, disebabkan
kekurangan darah dan keracunan, atau parasit yang berupa ciliata dan monogenik.
Otak : Terjadi pendarahan dan TBS, disebabkan oleh parasit Myxosporadia,
Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardia sp. Jantung : Menjadi tebal dan
membesar, disebabkan oleh bakteri klas Mycospradia, membran jantung membesar
karena diserang bakteri Streptococcud spp. Hati : Membesar atau mengecil, warna
hijau/kuning, disebabkan oleh perubahan kadar lemak (fatty change liver
desease). Jamur yang berasal dari pakan yang terkontaminasi dapat menyebabkan
hati mengalami pendarahan, keras, mudah pecah. Lambung : Menjadi kembung, luka
dan berlobang, disebabkan oleh parasit yang termasuk klas Cestoda. Usus : Luka,
pendarahan, keluar dari anus dan vibriosis, disebabkan oleh parasit dalam klas
Nematoda, Trematoda, Cestoda dan Acanthocephala. Limpa : Menjadi besar/kecil
dan kekurangan darah, disebabkan oleh adanya penyakit di bagian lain. Otot :
Warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan oleh bakteri Nacordia
sp atau serangan parasit Microsporidae.
3. Penanganan Ikan Sakit
Penanganan terhadap
ikan sakit dapat dibagi atas dua langkah yaitu :
a.
Berdasarkan teknik budidaya :
Tindakan-tindakan yang
dilakukan antara lain adalah :
Menghentikan pemberian pakan pada ikan;
Mengganti makanan dengan jenis lain;
Mengkelompokkan ikan menjadi
kelompok-kelompok yang kepadatannya/ densitasnya rendah;
Bila mungkin ikan-ikan dipanen,
daripada menjadi wabah bagi ikan yang lain.
b.
Berdasarkan terapi kimia :
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam tahap ini adalah :
Memeriksa kepekaan dari masing-masing
obat yang akan digunakan;
Memeriksa batas dosis yang aman untuk
masing-masing obat agar tidak terjadi "over dosis";
Menjaga agar obat tidak terkontaminasi
oleh bakteri;
Memperhatikan keterangan yang
dikeluarkan oleh pabrik obat tersebut.
4. Cara Pemberian Obat
Cara pemberian obat
yang akan digunakan dapat ditentukan sendiri dengan memperhatikan bentuk obat,
jumlah ikan yang terkena penyakit, kondisi dan sarana yang dimiliki di lapangan
(tempat budidaya). Ada beberapa cara pemberian obat yang dapat digunakan, yaitu
:
Ditenggelamkan dalam tempat budidaya;
Disebarkan pada permukaan;
Dicampurkan dalam pakan;
Dengan cara injeksi.
Pada ikan beronang
biasanya banyak kedapatan parasit jenis monogenetik trematoda pada bagian
insangnya, parasit ini dapat dilepaskan dengan mengunakan "dipterex"
(organoposfat, sinonim : Dylox, Masoten, Neguvon) dengan dosis sebesar 30 ppm
selama 8 - 16 m enit dan 50 ppm selama 4 - 5 menit. Percobaan ini hasilnya
positif, dengan tingkat kematian ikan beronang sampai 0%. Waktu dan dosis obat
yang diberikan perlu diperhitungkan dengan hati-hati agar tidak terjadi
kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Oleh karena itu
perlu diketahui berapa jumlah dosis yang digunakan. Di bawah ini diberikan
beberapa dosis yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang.
5. Pencegahan penyakit
Untuk mencegah agar
ikan yang dibudidayakan tidak terkena penyakit dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
Menjaga kebersihan tempat budidaya;
Menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh
limbah industri dan bahan-bahan kimia pertanian
Memeriksa jenis pakan yang akan
diberikan dan hindarkan kontaminasi jamur;
Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.
0 comments:
Post a Comment