Sili
termasuk ikan sungai yang banyak dijumpai di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
Karena bentuknya panjang seperti belut dan berduri, anggota dari famili
Mastacembelidae itu populer disebut spiny eel alias belut berduri. Hasil
penelitian Fishbase – lembaga pusat informasi ikan dalam naungan organisasi
pangan dunia (FAO) – menunjukkan terdapat
83 spesies sili di dunia. Dari jumlah itu 15 jenis di antaranya hidup di
sungai tawar di Asia, termasuk 10 jenis di tanahair, seperti Macrognathus
aculeatus, M. maculatus, dan Mastacembelus unicolor – ketiganya ada di Jawa.
Ikan
sili sudah lama terkenal di Jawa dan beberapa daerah luar jawa sejak dulu kala.
Hanya keberadaan ikan sili yang semakin sedikit semakin lama akan semakin
sedikit dan bisa-bisa terancam punah. Sili termasuk ikan sungai yang banyak
dijumpai di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Karena bentuknya panjang seperti
belut dan berduri, anggota dari famili Mastacembelidae itu populer disebut
spiny eel alias belut berduri. Hasil penelitian Fishbase – lembaga pusat
informasi ikan dalam naungan organisasi pangan dunia (FAO) – menunjukkan
terdapat 83 spesies sili di dunia. Dari
jumlah itu 15 jenis di antaranya hidup di sungai tawar di Asia, termasuk 10
jenis di tanahair, seperti Macrognathus aculeatus, M. maculatus, dan
Mastacembelus unicolor – ketiganya ada di Jawa.
Namanya
pendek dan singkat : sili. Namun, Macrognathus armatus itu cukup tenar di jagad
maya ikan hias negeri Barrack Obama. Ikan pipih panjang bermotif batik zigzag
itu laku keras sebagai pengisi akuarium air tawar. Sebagai ikian konsumsi ikan
sili sangat enak, bila di pecel dengansambal terasi sangat nikimat.
Ikan
sili masih sering di jumpai di sungai di daerah Talun, Kayen Kab.Pati, dan
kadang kala ada di pasar’
Sili
termasuk ikan sungai yang banyak dijumpai di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
Karena bentuknya panjang seperti belut dan berduri, anggota dari famili
Mastacembelidae itu populer disebut spiny eel alias belut berduri. Hasil
penelitian Fishbase – lembaga pusat informasi ikan dalam naungan organisasi
pangan dunia (FAO) – menunjukkan terdapat
83 spesies sili di dunia. Dari jumlah itu 15 jenis di antaranya hidup di
sungai tawar di Asia, termasuk 10 jenis di tanahair, seperti Macrognathus
aculeatus, M. maculatus, dan Mastacembelus unicolor – ketiganya ada di Jawa.
Ikan
hias
Dua
dari tiga suku famili Mastacembelidae, yaitu Macrognathus dan Mastacembelus
terdapat di Indonesia. Hanya suku Sinobdella yang tidak ditemukan di Indonesia.
Macrognathus dan Mastacembelus sepintas sama, perbedaannya terletak pada jumlah
spina – duri – di punggung. Macrognathus memiliki 31 duri, Mastacembelus 33
duri. Keduanya mempunyai sosok tubuh menarik. Bentuknya ramping seperti sabuk
dengan balutan warna di sekujur tubuh. Di Amerika Serikat dan negara Uni Eropa mereka
mengisi akuarium-akuarium di ruang tamu.
Yang
tak kalah menarik Mastacembelus erythrotaenia. Sebagai ikan hias, tubuhnya yang
pipih dengan motif batik hitam, merah, serta strip kuning terlihat sempurna.
Keindahan tubuhnya kian kentara saat ditaruh pada akuarium minim cahaya.
Semburat merah dan kuning terpancar dari tubuhnya yang mencapai panjang 55 cm
itu bak kilatan api. Oleh karena itu, julukan belut berduri api melekat pada
Mastacembelus.
Sili
lainnya Macrognathus zebrinus, memiliki sisik bermotif batik bak zebra.
Sedangkan Mastacembelus unicolor, bermotif
lurik bagai selembar tenunan kain
batik, dan Macrognathus siamensis bermotif menyerupai merak jantan yang tengah
mengembangkan ekor. Itulah sebabnya siamensis dijuluki peacock eel alis belut
merak.
Terancam
punah
Sejatinya
dari ketiga spesies sili yang ada di Jawa belum masuk daftar Red List (spesies
yang terancam keberadaannya, red) yang dikeluarkan oleh lembaga konservasi alam
dunia International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada 2010. Namun,
hasil penelitian yang dilakukan sejak 2000 di sungai-sungai di Jawa Tengah,
populasi tilan – sebutan sili di Sumatera – berada di ujung tanduk.
Penelitian
yang dilakukan di Sungai Serayu, Klawing, Banjaran, Mengaji, dan Logawa –
semuanya di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga Jawa Tengah – tak satu pun dari
lokasi itu bisa ditemukan lebih dari 10 ikan. Rata-rata 3 – 4 ekor di setiap
tempat dengan jantan lebih dominan. Lebih tragis lagi Macrognathus maculatus,
hanya ditemukan 1 ekor di hilir Sungai Serayu.
Cemaran
pestisida, herbisida, dan pemakaian pupuk berlebih ke sungai menjadi penyebab
terancamnya habitat alami sili. Belum lagi, limbah rumahtangga yang dibuang ke
sungai, menjadi sumber pencemaran. Dan yang tak kalah penting: rusaknya tepian
dan dasar sungai akibat aktivitas penambangan pasir dan batu. Di sepanjang
Sungai Serayu, Logawa, dan Klawing truk pengangkut pasir dan batu lazim ditemui
hilir-mudik. Pasir yang diambil dari sungai dapat merusak habitat sili yang
menyukai kondisi dasar sungai berlumpur, pasir, serta kaya serasah daun. Lewat
penelitian ekologi diharapkan populasi sili meningkat dan memperkaya pilihan
hobiis ikan hias. (Dr rer. nat W. Lestari, MSc dan Drs Sugiharto MSi, staf
pengajar Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto)
Perlu
banyak dikembangkan usaha budidaya ikan sili dengan membuat pembenihan dan
pendederan ikan tersebut. Ikan sili durinya di bagian tengan sehingga bagi yang
menikmati ikan tersebut sebagai konsumsi terasa enak tanpa resiko terkena duri
ikan.
KESIMPULAN
DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian ini, maka
dapat disimpulkan beberapa
hal agai berikut :
Sampel
ikan rawa yang diteliti diperoleh dari perairan rawa di Selatan Kalimantan,
tepatnya di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Propinsi Kalimantan Selatan,
terdiri dari 5 spesies, yaitu M. erythrotaenia (ikan sili), H. fortis (ikan
baung), C. micropeltes (ikan toman), C. striatus (ikan haruan), dan C. lucius
(ikan kehung). Sampel ikan memiliki panjang 25,50-42,00 cm, bobot tubuh utuh
152,00-343,00 g dan bobot fillet daging 42,00-150,00 g. Dari perbandingan
antara bobot daging fillet dengan bobot ikan utuh didapat persentase rendemen
produksi fillet sebesar 27,63-43,73%.
Ikan
rawa yang diteliti memiliki kandungan proksimat yang bervariasi, yaitu kadar
air sebesar 74,23-78,84%, kadar abu 0,99-4,13%, kadar lemak sebesar 0,45-3,24%,
dan kadar protein 15,85-21,74%.
Analisis
asam lemak menunjukkan bahwa beberapa spesies ikan rawa yang diteliti mengandung
11 jenis asam
lemak, meliputi asam
lemak jenuh (SAFA) yang terdiri
dari asam laurat, asam miristat, asam palmitat, dan asam stearat; asam lemak
tak jenuh tunggal (MUFA) yang terdiri dari asam palmitoleat dan asam oleat,
serta asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) yang meliputi asam linoleat, linolenat,
asam arakhidonat, asam eikosapentaenoat (EPA), dan asam dokosaheksaenoat (DHA).
Asam lemak yang mendominasi adalah asam palmitat sebesar 8,86-19,99% (b/b) dan
asam oleat yang temasuk kedalam golongan omega-9 sebesar 5,19-19,66% (b/b).
Timbal
(Pb) dan kadmium (Cd) tidak terdeteksi oleh alat yang digunakan pada sampel
yang dianalisis. Kandungan logam berat kadmium (Cd) dan timbal (Pb) berada di
ambang batas aman konsumsi.
2.
Saran
Saran
yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :
Perlu
dilakukan penelitian terhadap spesies lain yang tersebar di perairan rawa
lokasi lain di Indonesia.
Perlu
penelitian lebih lanjut tentang kandungan vitamin dan mineral lain yang
diperlukan untuk kesehatan tubuh.
Perlu
diteliti aspek biologi, daerah penyebaran, besarnya stok, teknologi
pemanfaatan yang efisien, informasi pasar, dan kemungkinan
produksi pertahun.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal,
disarankan untuk menggunakan bahan baku sampel dalam kondisi yang segar dan
kesegaran ikan harus terjaga dengan baik selama pasca penangkapan.Dua dari tiga
suku famili Mastacembelidae, yaitu Macrognathus dan Mastacembelus terdapat di
Indonesia. Hanya suku Sinobdella yang tidak ditemukan di Indonesia.
Macrognathus dan Mastacembelus sepintas sama, perbedaannya terletak pada jumlah
spina – duri – di punggung. Macrognathus memiliki 31 duri, Mastacembelus 33
duri. Keduanya mempunyai sosok tubuh menarik. Bentuknya ramping seperti sabuk
dengan balutan warna di sekujur tubuh. Di Amerika Serikat dan negara Uni Eropa
mereka mengisi akuarium-akuarium di ruang tamu.
Yang
tak kalah menarik Mastacembelus erythrotaenia. Sebagai ikan hias, tubuhnya yang
pipih dengan motif batik hitam, merah, serta strip kuning terlihat sempurna.
Keindahan tubuhnya kian kentara saat ditaruh pada akuarium minim cahaya.
Semburat merah dan kuning terpancar dari tubuhnya yang mencapai panjang 55 cm
itu bak kilatan api. Oleh karena itu, julukan belut berduri api melekat pada
Mastacembelus.
Sili
lainnya Macrognathus zebrinus, memiliki sisik bermotif batik bak zebra.
Sedangkan Mastacembelus unicolor, bermotif
lurik bagai selembar tenunan kain
batik, dan Macrognathus siamensis bermotif menyerupai merak jantan yang tengah
mengembangkan ekor. Itulah sebabnya siamensis dijuluki peacock eel alis belut
merak.
Terancam
punah
Sejatinya
dari ketiga spesies sili yang ada di Jawa belum masuk daftar Red List (spesies
yang terancam keberadaannya, red) yang dikeluarkan oleh lembaga konservasi alam
dunia International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada 2010. Namun,
hasil penelitian yang dilakukan sejak 2000 di sungai-sungai di Jawa Tengah,
populasi tilan – sebutan sili di Sumatera – berada di ujung tanduk.
Penelitian
yang dilakukan di Sungai Serayu, Klawing, Banjaran, Mengaji, dan Logawa –
semuanya di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga Jawa Tengah – tak satu pun dari
lokasi itu bisa ditemukan lebih dari 10 ikan. Rata-rata 3 – 4 ekor di setiap
tempat dengan jantan lebih dominan. Lebih tragis lagi Macrognathus maculatus,
hanya ditemukan 1 ekor di hilir Sungai Serayu.
Cemaran
pestisida, herbisida, dan pemakaian pupuk berlebih ke sungai menjadi penyebab
terancamnya habitat alami sili. Belum lagi, limbah rumahtangga yang dibuang ke
sungai, menjadi sumber pencemaran. Dan yang tak kalah penting: rusaknya tepian
dan dasar sungai akibat aktivitas penambangan pasir dan batu. Di sepanjang
Sungai Serayu, Logawa, dan Klawing truk pengangkut pasir dan batu lazim ditemui
hilir-mudik. Pasir yang diambil dari sungai dapat merusak habitat sili yang
menyukai kondisi dasar sungai berlumpur, pasir, serta kaya serasah daun. Lewat
penelitian ekologi diharapkan populasi sili meningkat dan memperkaya pilihan
hobiis ikan hias. (Dr rer. nat W. Lestari, MSc dan Drs Sugiharto MSi, staf
pengajar Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto)
thank infonya sangat menarik, silahkan kunjungi web kami http://bit.ly/2KFWNkJ
ReplyDeleteMohon ijin admin , numpang iklan promosi yaa...
ReplyDeleteKami menjual aneka Kapur :
- Kapur Aktif / Cao / Kalsium Oksida.
- Kapur Padam / CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
- Kapur Tepung / CaCo3 /Kalsium Karbonat / Kapur pertanian /Kaptan .
- Zeolite .
- Bentonite .
- Dolomite dll.
Untuk informasi lebih lanjut Silahkan hubungi :
Bpk Asep
081281774186
085793333234
Silahkan simpan nomor dan hubungi jika sewaktu waktu membutuhkan.