1. PENDAHULUAN
Dalam
PJPT II, sub sektor perikanan semakin dituntut dalam mencukupi kebutuhan
protein hewani dari ikan. Selama ini produksi perikanan laut sebagian besar
masih tergantung dari hasil pemungutan/penangkapan dari alam yang produksinya
semakin menurun, dilain pihak dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk
kebutuhan protein akan terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu produksi perikanan perlu
digali dari 2 (dua) sumber yaitu penangkapan dan budidaya.
Salah
satu komoditi ikan laut yang potensial dan sudah dapat dibudidayakan adalah
ikan beronang (Siganus sp). Dari hasil
penelitian ternyata komoditi beronang mempunyai nilai yang menguntungkan
sebagai berikut:
a. Ikan beronang merupakan makanan yang
enak dan gurih dan disukai banyak orang sehingga pemasaran ikan ini cukup baik.
b. Ikan ini umumnya "primary
herbivor" yaitu pemakan plankton nabati tumbuhan dan juga memakan makanan
buatan.
c. Selama musim-musim tertentu benih
beronang dapat diperoleh dalam jumlah banyak.
d. Ikan beronang mempunyai toleransi besar
terhadap salinitas dan suhu.
e. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan
pertumbuhan yang cepat.
f. Ikan ini sudah dapat dipijahkan di
dalam laboratorium sehingga prospek pembenihan dari hatchery cukup baik.
g. Ikan beronang mempunyai harga pasar
yang cukup tinggi baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri, terutama yang
ada telurnya selama tahun baru cina.
h. Teknologi pembesaran ikan beronang
sudah dikuasai.
Mengingat
budidaya ikan beronang relatif baru dikenal masyarakat, maka petunjuk teknis
ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi yang berminat melakukan usaha
budidaya beronang.
2. BIOLOGI
1) Diskripsi dan Taksonomi
Ikan
beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain
seperti di Pulau Sribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah dengan nama biawas dan
nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan dengan sebutan samadar.
Ikan
beronang termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagai berikut D
XIII, 10 A VII, 9, P2 I, 3, 1, tubuhnya membujur dan memipih latural,
dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, mulut kecil posisinya terminal.
Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil.
Punggungnya dilengkapi oleh sebuah duri yang tajam mengarah ke depan
antara neural pertama dan biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjar
bisa/racun pada ujungnya.
Secara
lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai berikut. Kelas:
- Dada : Percipformes
- Sub dada : Acanthuroidei
- Famili : Siganidae
- Genus : Siganus
- Species : Siganus
spp.
2) Kebiasaan Makanan
Sesuai
dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil,
mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang
sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai
permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakan tumbuh-tumbuhan, tetapi
kalau dibudidayakan ikan beronang mampu memakan makanan apa saja yang diberikan
seperti pakan buatan.
3) Penyebaran
Penyebaran
ikan beronang ini cukup luas, tetapi penyebaran setiap species sangat terbatas
seperti yang terdapat di LON LIPI daerah penyebaran setiap species sebagai
berikut:
a. Siganus guttatus penyebarannya di :
Sumatera
: Bengkulu,
Padang Deli;
Jawa : P.
Seribu, Cirebon, Balay, Surabaya;
Kalimantan
: Balik
Papan;
Sulawesi
: Ujung
Pandang, Bajo, Manado, Selayar;
Maluku : Seram,
P. Obo, Ternate, Ambon, dsb.
b. Siganus canaculatus penyebarannya di :
Sumatera
: Padang;
Jawa : Ujung
Kulon, Teluk Banten, P. Seribu; Maluku : Ternate, Bacan.
c. Siganus vulpinus penyebarannya di :
Kalimantan
: Birabirahan;
Sulawesi : Masalembo,
Ujung Pandang, Manado;
Maluku : Ternate,
Kajoa, Ambon, Seram;
Irian
: Manokwari.
d. Sirganus virgatus penyebarannya di :
Sumatera : Pariaman,
Padang, Bangka, Belitung;
Jawa
: P.
Seribu, Bawean;
Kalimtan : Sundakan;
Sulawesi
: Ujung
Pandang, Bajo.
e. Siganus corallinus penyebarannya di :
Sumatera;
Jawa;
Nusa
Tenggara; Sulawesi; Maluku.
f. Siganus chrysapilos penyebarannya di :
Jawa
: P.
Seribu;
Kalimantan : Sundakan;
Sulawesi : Ujung
Pandang, Manado, Slayar;
Nusa
Tenggara : Sumbawa;
Maluku : P.
Obi, Roti, Ambon dan sekitarnya.
g. Siganus spinus penyebarannya di :
Sumatera : Bengkulu,
Padang, Tapak Tuan;
Jawa : P.
Serinu, Pacitan, Karang Bolong, Prigi;
Sulawesi
: Ujung
Pandang. Bajo, Manado;
Nusa
Tenggara, Timor;
Bali;
Maluku
dan sekitarnya.
h. Siganus vermiculatus penyebarannya di :
Sumatera
: Bengkulu,
Padang, Sibolga, Nias;
Jawa : P.
Seribu, Semarang;
Kalimantan : Balik
Papan dan Sundakan;
Sulawesi : Ujung
Pandang, Bulukumba, Manado, Sangihe;
Maluku : Halmahera,
Morotai, Ternate, Bacan, Ambon;
Nusa
Tenggara, Timor.
i. Siganus puellus penyebarannya di :
Jawa
: P.
Seribu; Sulawesi : Ujung Pandang; Maluku dan sekitarnya.
j. Siganus javus penyebarannya di :
Sumatera
: Deli,
Sibolga, Bengkulu, Bangka, Belitung;
Jawa : Jakarta,
Cirebon, Semarang, Jepara, Surabaya, Pasuruan, madura;
Kalimantan : Stagen,
Balik Papan;
Sulawesi : Ujung
Pandang, Bajo.
k. Siganus lineatus penyebarannya di :
Maluku : Ternate,
Morotai, Ambon dan sekitarnya.
3. TEKNOLOGI BUDAYA
1)
Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk
mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimal memerlukan
kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan dikembangkan serta
kecocokan metoda yang digunakan. Dalam
hal ini, pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan
mempertimbangkan dari aspek teknis dan non teknis.
Dari
segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:
a. Perairan/lokasi yang dipilih harus
terlindung dari pengaruh angin/musim dan gelombang, hal ini untuk
mengamankan/melindungi salinitas budidaya.
b. Pergerakan air harus cukup baik dengan
kecepatan arus antara 20 ~ 40 cm/detik, apabila kecepatan arus kurang
mengakibatkan penyediaan air kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang
dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan
terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk melawan
arus.
c. Lokasi harus bebas dari pengaruh
pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
d. Lokasi juga harus bebas dari hama yang
meliputi antara lain ikan-ikan besar dan buas, binatang yang selain potensial
dapat mengganggu ( predator ).
e. Hal yang sangat penting lokasi harus
memenuhi persyaratan kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :
- Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32
ppt.
- Suhu air berkisar antara 28 ~ 320C.
- O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8
ppm.
- Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2
~ 0,5 ppm.
f.
Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan dengan usaha budidaya
yang meliputi sarana jalan, telpon, listrik, sumberdaya manusia, pakan, pasar,
ketersediaan bimbingan harus dalam jumlah yang cukup memadai serta bahan-bahan
untuk komoditi budidaya mudah diperoleh.
Sedangkan
aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor yang berkaitan
dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan dengan kepentingan sektor
lain seperti pariwisata, pelayaran, dll.
2)
Sarana produksi
Metoda
budidaya ikan beronang di laut dapat dilakukan dengan metoda Karamba Jaring
Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang terbuat dari bahan
jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut.
a.
Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung
Keramba
Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan, pelampung dan
jangkar. Cara pembuatan masing-masing
komponen tersebut adalah sebagai berikut:
- Rakit Apung
Pembuatan
rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu membuat kerangka
sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m.
Kerangka ini berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk
segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu.
Setiap
unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap
unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di
lokasi budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya
atau tidak terbawa arus.
Gambar
1. Kerangka Rakit
- Kurungan
Kurungan
berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan polyethilen
(PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75 ~ 1". Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk
kerangka rakit yaitu empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang telah siap dibuat di pasang
pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut bagian atas pada setiap
sudut kerangka. Pola pembuatan kurungan
dan cara pengikatan dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 dan agar kerangka jaring apung tetap
terbentuk bujur sangkar, maka pada sudut bagian bawah jaring diberi pemberat.
Gambar
2. Pola Pembuatan Kurungan Apung
Gambar
3. Cara Pengikatan Jaring
Gambar
4. Kurungan Telah Dipasang pada Rakit
- Pelampung
Untuk
mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga diperlukan pelampung. Pelampung dapat digunakan drum plastik volume
200 liter. Dan untuk menahan rakit
diperlukan pelampung sebanyak 12 buah.
Pelampung diikat dengan tali polyethelene ( PE ) yang bergaris tengah
0,8 ~ 1,0 cm.
Gambar
5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung
Pada Kerangka Rakit
- Jangkar
Jangkar
berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser dari tempatnya
akibat pengaruh arus dan angin ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring
apung dipergunakan jangkar 4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50
kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5
kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.
Gambar
6 Pengaturan dan Pemasangan Jangkar
b.
Benih
- Persyaratan Benih
Benih
yang digunakan untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi benih yang
betul-betul sehat. Benih yang sakit akan
terhambat pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi adalah penularannya ke ikan
di dalam wadah budidaya.
Berdasarkan
pengamatan visual secara umum benih yang sehat antara lain adalah :
* Bentuk badan normal/tidak cacat/tidak
sakit;
* Gerakan ikan lincah;
* Mempunyai respon yang tinggi terhadap
pakan yang diberikan.
- Penyediaan Benih
Sampai
saat ini benih ikan beronang yang digunakan dalam usaha budidaya berasal dari
hasil penangkapan di alam. Benih ikan
beronang dapat diperoleh dalam jumlah besar pada saat musim puncak benih.
Untuk
setiap jenis beronang musim puncaknya akan berlainan setiap lokasi.
Penyediaan
benih ikan beronang secara massal dari hatchery sampai saat ini masih dalam
pengkajian walaupun pemijahan untuk beberapa jenis sudah berhasil dilakukan.
- Penanganan dan Transportasi Benih
Benih
ikan beronan sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti suhu dan
salinitas, sehingga penanganan benih ikan beronang sangat perlu dijaga
hati-hati.
Pada
saat pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain harus selalu diambil
bersama airnya. Pemindahan benih dapat
dilakukan sehari setelah pengumpulan dan cukup memberikan istirahat bagi ikan
dan untuk perlakuan selanjutnya disarankan untuk menggunakan seser yang tidak
cekung untuk menghindarkan luka-luka di kulit akibat persentuhan benih satu
sama lain.
Pengangkutan
benih ikan beronang untuk jarak dekat dapat digunakan keramba dengan anyaman
bambu yang halus dan diapungkan di air. Keramba diseret perlahan-lahan menuju
tempat budidaya. Dan untuk jarak jauh
dapat digunakan kantong-kantong plastik atau periuk-periuk tanah.
Benih
ikan beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang cukup dapat ditransportasi
sampai maksimum 48 jam.
c.
Pakan
- Persyaratan Pakan
Salah
satu faktor yang sangat penting menentukan pertumbuhan ikan yang dipelihara
adalah faktor ketersediaan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitas
sehingga harus diperhatikan sebaik-baiknya yaitu harus memenuhi komposisi dan
jumlah nutrient/zat makanan yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan sebaiknya yang masih
baru (pellet) dan segar (ikan rucah).
- Penanganan Pakan
Untuk
menjaga kualitas pakan yang diberikan untuk budidaya ikan beronang perlu
diperhatikan penanganan terhadap pakan yang digunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan
pakan antara lain adalah tempat penyimpanan pakan harus bersih dan kering. 3)
Teknologi Budidaya
a. Pola Produksi
Dalam
usaha budidaya ikan laut pengaturan pola tanam perlu disesuaikan dengan
ketersediaan seperti (benih, pakan) dan pengaruh dari musim serta ketersediaan
pasar. Untuk itu dalam kegiatan budidaya
ikan di laut setiap lokasi akan berbeda sesuai dengan kondisi setempat.
Dalam
pengaturan pola tanam yang berhubungan daya serap pasar alternatif pola tanam
adalah setiap KK adalah melakukan penanaman pada 1 unit karamba jaring apung
yang terdiri dari 4 buah jurungan dan penebaran benih dapat dilakukan selang 3
hari - 1 minggu setiap KK atau tergantung dari daya serap pasar.
b. Cara Penebaran Benih
Benih
sebelum ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudian secara
perlahan-lahan ditebarkan ke dalam wadah budidaya. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi
atau sore hari.
c. Cara Pemberian Pakan
Jenis
pakan yang digunakan pada budidaya ikan beronang adalah pellet kering dengan
jumlah sebanyak 2% dari berat badan ikan setiap hari. Frekuensi pemberian pakan
sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari.
Konversi
pemberian pakan dengan menggunakan pellet biasanya 1 : 4 yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1
kg dibutuhkan pellet sebanyak 4 kg.
d. Penanganan Hasil
Panen
ikan beronang dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 ~ 6 bulan setelah penebaran. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
- Panen sebagian, dilakukan dengan cara
memanen ikan yang telah berukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan
menggunakan serok/lampit/alat angkap.
- Panen seluruhnya, dilakukan dengan
cara memanen hasil budidaya sekaligus dengan cara menarik/mengangkat sebagian
jaring ke arah suatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat dan
kemudian diambil dengan menggunakan serok/lambit/alat tangkap dengan
berhati-hati agar ikan tidak mengalami luka/cacat. Panen sebaiknya dilakukan pada saat udara
sejuk.
4) Manajemen Budidaya
Permasalahan
yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di laut dengan jaring apung adalah
pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada sarana yang digunakan
seperti kerangka, rakit, kurungan apung dan pelampung. Penempelan organisme tersebut akan mengganggu
pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat.
Untuk
menanggulangi organisme penempel ini maka perlu dilakukan pembersihan terutama
kurungan secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali atau tergantung pada
banyak sedikitnya organisme penempel.
Sedangkan untuk pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau
dengan menggunakan mesin semprot jaring.
5) Hama dan Penyakit
a. Hama
Hama
yang sering mengganggu budidaya ikan beronang laut adalah berupa hewan/binatang
atau pengganggu lainnya seperti burung dan lingsang. Hama dapat menyerang dan membuat kerusakan
pada kurungan ikan. Penanggulangan hama
dapat dilakukan dengan cara menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta
memagar/melingkari kurungan. Selain itu
gangguan karena pencurian oleh manusia perlu juga diwaspadai.
b. Penyakit dan Pencegahannya
Untuk
mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan diagnosa gejala
penyakit. Gejala penyakit untuk ikan
yang dibudidayakan dapat dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut :
- Ada kelainan tingkah laku : salah
satu atau beberapa ikan keluar dari kelompoknya dan cara berenangnya miring
atau "driving" (ikan yang berada di permukaan langsung menuju dasar
dengan cepat). Gejala demikian biasanya
disebabkan oleh beberapa penyakit, antara lian : penyakit insang, penyakit
sistem saraf otak, keracunan bahan kimia logam berat, dan kekurangan vitamin.
- Ikan tidak mau makan : perhatikan
sudah berapa lama keadaan ini terjadi, penyebabnya adalah : penyakit diabetes
(oxydized fatty), kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang
terjadi karena persediaan pakan sedikit.
- Ada kelainan pada bentuk ikan : hal
ini terjadi pada rangka ikan dan permukaan tubuh ikan.
- Mata tidak normal : disebabkan oleh
bakteri dan parasit tremotoda Giganea sp.
Untuk
organ tubuh bagian dalam gejala penyakit dapat terjadi pada :
Insang : Hilang
beberapa bagian, disebabkan kekurangan darah dan keracunan, atau parasit yang
berupa ciliata dan monogenik.
Otak : Terjadi
pendarahan dan TBS, disebabkan oleh parasit Myxosporadia, Giganea sp,
Streptococcus sp, dan Nocardia sp.
Jantung : Menjadi
tebal dan membesar, disebabkan oleh bakteri klas Mycospradia, membran jantung
membesar karena diserang bakteri Streptococcud spp.
Hati
: Membesar
atau mengecil, warna hijau/kuning, disebabkan oleh perubahan kadar lemak (fatty
change liver desease). Jamur yang berasal dari pakan yang terkontaminasi dapat
menyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudah pecah.
Lambung
: Menjadi kembung, luka dan
berlobang, disebabkan oleh parasit yang termasuk klas Cestoda.
Usus : Luka,
pendarahan, keluar dari anus dan vibriosis, disebabkan oleh parasit dalam klas
Nematoda, Trematoda, Cestoda dan Acanthocephala.
Limpa : Menjadi
besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan oleh adanya penyakit di bagian
lain.
Otot : Warna
tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan oleh
bakteri
Nacordia sp atau serangan parasit Microsporidae.
c. Penanganan Ikan Sakit
Penanganan
terhadap ikan sakit dapat dibagi atas dua langkah yaitu :
- Berdasarkan teknik budidaya :
Tindakan-tindakan
yang dilakukan antara lain adalah :
* Menghentikan pemberian pakan pada
ikan;
* Mengganti makanan dengan jenis lain;
* Mengkelompokkan ikan menjadi
kelompok-kelompok yang kepadatannya/ densitasnya rendah;
* Bila mungkin ikan-ikan dipanen,
daripada menjadi wabah bagi ikan yang lain.
- Berdasarkan terapi kimia :
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :
* Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan digunakan;
* Memeriksa batas dosis yang aman untuk
masing-masing obat agar tidak terjadi "over dosis";
* Menjaga agar obat tidak terkontaminasi
oleh bakteri;
* Memperhatikan keterangan yang
dikeluarkan oleh pabrik obat tersebut.
d. Cara Pemberian Obat
Cara
pemberian obat yang akan digunakan dapat ditentukan sendiri dengan
memperhatikan bentuk obat, jumlah ikan yang terkena penyakit, kondisi dan
sarana yang dimiliki di lapangan (tempat budidaya).
Ada
beberapa cara pemberian obat yang dapat digunakan, yaitu :
- Ditenggelamkan dalam tempat budidaya;
- Disebarkan pada permukaan; - Dicampurkan dalam pakan; - Dengan cara injeksi.
Pada
ikan beronang biasanya banyak kedapatan parasit jenis monogenetik trematoda
pada bagian insangnya, parasit ini dapat dilepaskan dengan mengunakan
"dipterex" (organoposfat, sinonim : Dylox, Masoten, Neguvon) dengan
dosis sebesar 30 ppm selama 8 - 16 m enit dan 50 ppm selama 4 - 5 menit. Percobaan ini hasilnya positif, dengan
tingkat kematian ikan beronang sampai 0%.
Waktu
dan dosis obat yang diberikan perlu diperhitungkan dengan hatihati agar tidak
terjadi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa jumlah
dosis yang digunakan. Di bawah ini
diberikan beberapa dosis yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang.
Tabel
4. Dosis Dipterex yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang ( Tanaka
dan Basyari, 1982).
No. Jenis Ikan Panjang
Total Rata-rata (cm) Konsentrasi Dipterex
(ppm) Waktu
(
menit )
1. S. canaliculatus 3 30 39
2. S. canaliculatus 8-12 50 9
3. S. guttatus 3 30 49
4. S. guttatus 5-8 50 9
5. S. javus 3 50 4
6. S. javus 3 30 28
7. S. javus 9-11 50 9
8. S. javus 15 30 15
e. Pencegahan penyakit
Untuk
mencegah agar ikan yang dibudidayakan tidak terkena penyakit dapat dilakukan
hal-hal sebagai berikut : - Menjaga kebersihan tempat budidaya;
- Menjaga lingkungan/tidak tercemar
oleh limbah industri dan bahanbahan kimia pertanian;
- Memeriksa jenis pakan yang akan
diberikan dan hindarkan kontaminasi jamur;
- Lakukan vaksinasi bagi ikan yang
sehat.
4. DAFTAR PUSTAKA
1) Dana Kusumah, E., 1985, Beberapa Aspek
Biologi Ikan Beronang (Siganus spp)
Workshop Budidaya Laut 28 Oktober - 1 Nopember 1985 di Lampung. 10 pp.
2) WASPADA, E, Hiroki, 1985. Percobaan Pemberian Pakan pada Pemeliharaan
Benih Ikan Beronang, Workshop Budidaya Laut 28 Oktober - 1 Nopember. 68 - 73 p.
3) Marto Sewajo, S., Burhanudin, Djamali,
P. Sianipar. 1981. Ikan Beronang.
Biolobi , Potensi dan Pengelolaannya. LON - LIPI. 45 p.
4) Basyori, A., E. Dana Kusumah; Philip T.
T, Pramu, S, Musthahal dan M. Isra. Budidaya Ikan Beronang (Siganus spp). Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama
dengan IDRC, 39 p.
5) Informasi Teknologi, BBL.
0 comments:
Post a Comment