Budidaya
ikan betutu (bakut) atau biasa juga disebut ikan malas belum terlalu
memasyarakat seperti ikan lele ataupun ikan
mas karena jarang muncul sebagai komoditas yang
diperjualbelikan di pasar tradisional. Tetapi di sisi lain pangsa pasar ikan betutu cukup
bergengsi karena dipasok ke restoran-restoran kota besar bahkan menjadi
komoditi ekspor dengan harga cukup tinggi.
Tingginya
harga ikan betutu disebabkan cita
rasanya yang lezat, serta dagingnya yang putih dan empuk. Ikan betutu juga dipercaya mengandung khasiat
tertentu bagi pria dan wanita. Bagi kaum wanita, ikan betutu dipercaya dapat membuat awet muda.
Sedangkan bagi kaum pria, ikan betutu
diyakini dapat meningkatkan vitalitas.
Walaupun
harga jual ikan betutu cukup tinggi per kilonya, namun resiko yang dihadapi
juga tidak kalah besar. Selain proses pembesaran yang berlangsung lama, tingkat
kematian ikan ini cukup tinggi. Apalagi dalam hal penyediaan benih ikan,
pembudidaya
Hanya
mengandalkan benih hasil tangkapan dari alam. Ikan betutu juga
masih sulit dibiasakan memakan pakan buatan pabrik (pellet), sehingga
harus selalu tersedia pakan segar berupa ikan rucah yang juga ditangkap dari
alam. Dalam jangka panjang
ketergantungan benih dan pakan alam akan menjadi kendala terhadap kontinuitas
usaha budidaya ikan betutu.
Suatu
usaha pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan maksimum dengan biaya
yang minimum. Analisis ekonomi termasuk analisis finansial usaha pembesaran ikan betutu dalam
karamba yang dilaksanakan oleh pembudidaya
perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha dan prospek
pengembangannya di masa mendatang. Namun suatu usaha belum
dapat dikatakan berhasil jika
hanya melihat dari besarnya keuntungan
yang diperoleh, karena kelancaran distribusi dan pemasaran yang efisien hingga sampai ke
tangan konsumen akhir juga cukup penting untuk diperhatikan. Permasalahan yang
dihadapi oleh pembudidaya
a.
Sulit mendapatkan benih secara kontinu
karena selama ini benih yang digunakan berasal dari hasil tangkapan di alam. Apalagi benih ikan
betutu sangat kecil dibandingkan benih ikan air tawar lainnya yang menyebabkan
daya hidupnya cukup rendah. Belum lagi munculnya hewan-hewan pemangsa ataupun
kebiasaan buruk kanibalisme yang semakin
memperlemah laju perkembangbiakan yang lamban tersebut.
b.
Ikan betutu yang dipelihara sering kali terkena penyakit. Gejala yang
ditunjukan berupa luka borok yang muncul
pada bagian tubuh dan sirip, gaya berenang yang tidak stabil, sering mengapung
di permukaan dan tubuh terasa kasar. Minimnya pengetahuan para pembudidaya ikan
Betutu dalam mengatasi penyakit terlihat dari kurangnya upaya mereka mengobati
ikan yang sakit. Ikan betutu yang terkena penyakit dibuang begitu saja ke daratan di sekitar lokasi pembesaran,
hal ini dilakukan agar penyakit tersebut tidak menular pada ikan Betutu lainnya
yang ada dalam karamba.
c.
Pembudidaya berada dalam posisi tawar
yang lemah, karena kurang berperan dalam penentuan harga dan penjualan hasil
produksi. Jika hasil produksi sedikit, terkadang pedagang besar tidak datang untuk membeli.
Hal ini dilakukan pedagang besar karena biaya yang digunakan untuk menjangkau
lokasi produsen cukup besar dan tidak sebanding dengan penerimaan yang
diperoleh. Akibatnya pembudidaya terpaksa memperlambat panennya yang beresiko
terhadap peningkatan biaya produksi. Budidaya
ikan betutu (ragambudidaya) -Sebagaimana yang dikerjakan pada beragam type ikan
yang lain, untuk mengawali memijahkan ikan betutu, ada beberapa langkah yang
perlu dikerjakan. Dimulai dari seleksi indukan sampai sistem pemijahannya mesti
dikerjakan dengan penuh kehati-hatian serta kesabaran.
Klasifikasi
ikan betutu
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Eleotridae
Genus : Oxyeleotris
Spesies : marmorata
Tabel. Jumlah pemijahan dan jumlah telur rata-rata
ikan betutu, Oxyeleotris marmorata, per sarang serta volume pergantian
air selama satu bulan percobaan.
Musim
|
Kolam
|
Jumlah
Pemijahan
|
Jumlah Telur
per Sarang (butir)
|
Penambahan
Air
|
Penghujan
|
Tanah
|
31
|
38.300
|
729.020
|
Beton
|
30
|
36.855
|
89.020
|
|
Kemarau
|
Tanah
|
36
|
39.170
|
983.080
|
Beton
|
0
|
0
|
65.020
|
Jumlah telur yang diperoleh per
sarang dari ikan ikan yang memijah hampir sama, hal itu dikarenakan dalam
bertelur induk-induk yang berbobot 125-500 g mengahasilkan telur antara 36.855
sampai 39.170 butir. Fakta tersebut sesuai dengan hasil yang didapat oleh
Tavarutmaneegul dan Lin (1988), yaitu sebanyak 24.000 butir telur/sarang.
Penebaran induk ikan
betutu dengan bobot antara 125-500 g diperoleh dari perairan umum. Induk
ditebar dengan kepadatan 16 pasang jantan dan betina per kolam. Sebanyak 16
buah sarang diletakkan disisi setiap kolam, dibuat dari 3 lembar asbes
berukuran 30x30 cm yang dirangkai menjadi bentuk segitiga. Ikan diberikan pakan
berupa ikan kecil seperti ikan teri segar sebanya 7 % dari bobot ikan per hari.
Pakan diberikan satu kali pada sore hari dengan cara di tebarkan di sekeliling
kolam.
Berdasarkan hasil yang
didapatkan pada kolam tanah, ikan betutu memijah pada musim penghujan dan musim
kemarau masing-masing sebanyak 31 dan 36
kali per bulan dengan jumlah telur rata-rata sebanyak 38.300 dan 39.170 butir
per sarangnya. Ikan betutu yang ada di kolam beton hanya memijah pada musim
penghujan sebanyak 30 kali per bulan dengan jumlah telur rata-rata sebanyak
36.855 butir per sarangnya.
a. Seleksi
indukan Ikan betutu yang dapat jadikan indukan mesti mencukupi beragam kriteria
di bawah ini : memiliki berat 150 – 200 gram. tubuh ikan betutu jantan lebih
ramping dari ikan betutu betina. didapatkan dengan langkah menangkap dari alam.
didalam situasi sehat. organ tubuhnya lengkap. ada didalam periode produktif.
b. Persiapan
pemijahan Induk yang dapat dipijahkan bisa diletakkan ke didalam kolam
pemijahan serta diadaptasikan terlebih dulu sepanjang 2 bln.. kolam pemijahan
mesti dilengkapi dengan substrat yang dapat dipakai sebagai area untuk
tempelkan telur. Substrat ini bisa dibikin dari pipa paralon berdiameter 4 inci
dengan panjang 40 cm yang dibelah serta lantas Jadikan satu kembali gunakan
tali. banyak hal yang perlu dikerjakan saat merawat indukan yaitu : tiap-tiap
hari air kolam dibersihkan dengan langkah ganti 30 persen air lama dengan air
baru. Pakan yang bisa diberikan yaitu berupa : pellet yang memiliki kandungan
protein sebesar 50 persen supaya sistem kematangan gonad bisa dipercepat jadi 2
bln. Dosis pakan yang didapatkan untuk tiap-tiap harinya yaitu sebesar 3 persen
dari keseluruhan berat badan ikan serta diberikan sejumlah 3 kali dengan porsi
makan malam semakin besar dari pada makan pagi serta siang. Ciri – ciri indukan
yang sudah masak gonad yaitu : jantan : bila perutnya diurut dapat keluar sel
sperma. betina : perutnya membuncit, alat kelaminnya tampak serta berwarna
kemerahan.
c. Pemijahan
Sistem pemijahan dapat berlangsung saat malam hari. di bawah ini yaitu banyak
hal yang perlu di perhatikan oleh pembudidaya ikan betutu sesudah sistem
pemijahan berlangsung : pengontrolan pada substrat sarang telur. memindahkan
substrat – substrat tersebut ke didalam kolam penetasan yang sudah diisi air
serta teraerasi. telur dapat menetas didalam kurun waktu 2 – 3 hari pasaca
pemijahan oleh sebab itu substrat mesti diangkat. sesudah menetas, pakan yang
didapatkan pada larva – larva ini mesti sesuai dengan umurnya. a. umur 1 – 8
hari : paramecium. b· umur 1 bln. : rotifera. c· umur 1, 5 bln. : moina.
Sesudah jadi burayak, segera pindahkan mereka ke didalam bak bersirkulasi
dengan kepadatan tebar 200 ekor. Pakan yang bisa diberikan pada burayak yaitu
berbentuk cacing rambut, pelet serta ikan runcah. pakan ini bisa diberikan 3
kali 1 hari serta berjalan sepanjang 2, 5 bln.. Sesudah beratnya meraih 2 gram,
burayak ikan betutu bisa segera dimasukkan ke didalam karamba yang berukuran 50
kali 50 ( dapat menyimpan 10 ekor ) di mana karamba kelak ditempatkan ke
didalam kolam berukuran 5 kali 7 m. sepanjang ada disana, benih ikan bisa
diberi pakan berbentuk ikan serta udang – udang kecil serta dipelihara
sepanjang 2, 5 bln. sampai beratnya meraih 10 gram serta siap untuk dipindahkan
ke didalam kolam pembesaran.
0 comments:
Post a Comment