Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut (tangkap), sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki karakteristik; skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang sederhana, jangkauan operasi penangkapan yang terbatas di sekitar pantai dan produktivitas yang relatif masih rendah.
Ikan
kakap merah (Lutjanus sp.) mempunyai badan bulat putih memanjang dengan sirip
punggung dapat mencapai 20 cm. Umumnya 25-100 cm, gepeng, batang sirip ekor
lebar, mulut lebar, sedikit serong dan gigi-giginya halus. Ikan kakap merah
mempunyai bagian bawah penutup insang yang berduri kuat dan bagian atas penutup
insang terdapat cuping bergerigi.Bagian punggung warnanya mendekati keabuan,
putih perak bagian bawah dan dengan sirip-sirip berwarna abu-abu gelap.Ikan
kakap merah termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil dan crustacea.Ikan
kakap merah hidup di perairan pantai, muara sungai,Klasifikasi ikan kakap merah
(Lutjanus sp.) (Saanin 1968) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Lutjanidae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus sp.Menurut Barus et al.
(1991), produktivitas nelayan yang rendah umumnya disebabkan oleh rendahnya
keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu
yang masih sederhana, sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan
penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat
berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan akhirnya
berpengaruh juga pada tingkat kesejahteraannya.
KAKAP
MERAH
NAMA
LAIN : Red Snapper, North
American, Genuine Red, Pargo Colorado
JENIS : Lutjanus Campechanus
UKURAN : Rata-rata 4-10 kg, dapat
mencapai 20 kg lebih
REKOR
DUNIA : 50 pounds
KARAKTER
Ikan
petarung yang gigih dengan menggunakan kekuatannya, taktik dengan menggoyangkan
kepalanya daripada berenang terus menerus.Agar pemanfaatan sumberdaya ikan
dengan alat tangkap memperoleh hasil yang optimum, maka perlu diperhatikan
beberapa aspek, seperti aspek biologi, teknis maupun ekonomi. Aspek biologi
terkait dengan sumberdaya ikan, termasuk faktor lingkungan. Aspek teknis
menyangkut peralatan dan teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya ikan, berupa
alat tangkap, armada penangkapan, alat pendeteksi ikan dan sarana penangkapan
lain, sedangkan aspek ekonomi menyangkut modal yang dikeluarkan dalam upaya
pengembangan perikanan tersebut (Kurniawati, 2005).
Menurut
Dahuri (2000), tingkat pemanfaatan ikan demersal di wilayah Laut Cina Selatan
yang berbatasan langsung dengan Propinsi Kalimantan Barat baru mencapai 42,8%
dengan peluang pengembangan sebesar 47,2% dari potensi sebesar 655,65 ribu
ton/tahun. Hal ini berarti bahwa Propinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu
wilayah perairan yang termasuk kategori masih potensial untuk ditingkatkan
produksinya (Widodo et al., 1998).
Ikan
kakap merah atau red snapper merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting
dan tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Pontianak. Ikan ini telah cukup lama
dimanfaatkan sebagai salah satu produk perikanan dan sejak tahun 1999/2000
merupakan ikan kelas 1 (satu) di Kabupaten Pontianak karena pangsa pasar yang
luas namun produksinya kecil sehingga pemanfaatannya akan terus ditingkatkan
untuk mendukung ekspor maupun kebutuhan lokal.
Keragaan
alat tangkap dalam memanfaatkan ikan kakap merah di Kabupaten
Pontianak
cukup beragam, terdiri dari rawai hanyut, rawai tetap dan bubu (Dinas
Perikanan
dan Kelautan, 2006). Kecamatan Mempawah Hilir merupakan salah satu Kecamatan di
Kabupaten Pontianak yang melakukan penangkapan ikan kakap merah dengan
menggunakan bubu, baik bubu bambu maupun bubu jaring. Dahulu, pengoperasian
kedua jenis alat tangkap ini menggunakan pecahan piring berwarna putih susu
sebagai pemikat ikan untuk masuk ke dalam bubu. Namun sekarang, pecahan piring
tersebut sudah tidak digunakan lagi, sehingga pengoperasian kedua jenis alat
tangkap ini tanpa menggunakan umpan. Meskipun demikian, ikan yang tertangkap
cukup beragam dan merupakan ikan ekonomis penting, seperti Lutjanus sp,
Lutjanus johni, Pomadasys sp, Plectropoma leopardus, Panulirus sp, Cheilinus
undulatus, dan lain-lain.
Selain
itu, pada pengoperasian untuk menangkap ikan kakap merah, bubu bambu direndam
selama empat hari sedangkan bubu jaring direndam selama tiga hari. Hingga saat
ini, belum diketahui berapa lama perendaman yang efektif untuk menangkap ikan
kakap merah diantara kedua jenis bubu dan apakah usaha perikanan bubu di
Mempawah Hilir masih memberikan keuntungan atau telah mengalami kerugian. Hal
ini perlu diketahui, karena selama ini usaha perikanan bubu di Mempawah Hilir
dijalankan lebih kepada tradisi, belum memperhitungkan faktor ekonomi. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini juga dihitung nilai Return-Cost Ratio untuk
menentukan usaha perikanan bubu yang menguntungkan di Mempawah Hilir.
Hasil
pengamatan yang dilakukan oleh Bennet (1974) dalam Krouse (1988), menjelaskan
bahwa ada hubungan antara durasi waktu saat setting dimulai sampai hauling, dan
hal ini sangat berkaitan dengan pengaruh lama perendaman alat tangkap terhadap
hasil tangkapan rata-rata dari spesies yang menjadi target tangkapan.
Penelitian Anung dan Barus (2000), pada bubu dengan mulut dua yang di rendam
selama satu hari di Selat Sunda memberikan hasil tangkapan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan bubu dengan mulut satu dan dua yang di rendam selama tiga
hari, dengan umpan ikan pelagis (banyar) dan ikan demersal (remang).
Ikan
kakap merupakan ikan dasar yang selalu berkelompok menempati karang, tandes
atau rumpon Bentuk tubuhnyanya bulat pipih memanjang dengan mempunyai sirip di
bagian punggung.Di bawah perut juga
terdapat
sirip.Di bagian dekat anal juga terdapat sirip analnya.Sebagai ikan penguasa
karang, ikan kakap dilengkapi dengan gigi untuk mengkoyak mangsanya.Karakternya
dalam menyergap mangsanya, ikan kakap biasanya bersembunyi di balik karang atau
rumpon dan mengambil lokasi tepat di muka arus. Ketika ada makanan apa saja
yang hanyut langsung disergapnya untuk mengisi perutnya. Ikan-ikan yang paling
besar di kawasanya selalu berada paling depan untuk memburu makanan, sedangan
yang ukuran sedang memilih ‘sisa-sisa’ setelah yang besar puas makan. Maka
janganlah heran bila memancing ikan kakap merah, bila pertama kali pancingan
putus, ikan kakap yang besar akan kabur dan panik lantas diikuti dengan kawan
ikan yang lebih kecil untuk bersembunyi. Kejadian ini oleh mania mancing sering
disebut dengan cara guyonan si kakap manggil ‘kodim’ alias ‘komandan
distrik-nya’ untuk kabur.Karakternya yang suka menyergap mangsa dari balik batu
karang tempat persembunyiannya lalu kembali bersembunyi itulah, membuat ada
ungkapan peribahasa soal penjahat kelas kakap, alias memangsanya tidak
tanggung-tanggung. Ikan kembung, como, tembang, cumi utuh bisa dicaploknya
sekaligus. Cara makannya pun tergolong unik.Ikan ini tidak menyergap namun
menghisap dengan mulut lebarnya.Penelitian-penelitian tentang alat tangkap bubu
dalam operasi penangkapan yang telah dilakukan, antara lain: pengaruh kedalaman
dan kontur dasar perairan terhadap hasil tangkapan kakap merah (Lutjanus
malabaricus) (Urbinas, 2004); pengaruh kedalaman pemasangan bubu terhadap hasil
tangkapan kakap merah (Lujanus sanguineus) (Nurhidayat, 2002); selektivitas
ukuran ikan kakap (Lutjanus sp.) pada bubu yang dilengkapi dengan celah
pelolosan (escaping gaps) (Tirtana, 2003); uji coba alat tangkap bubu dengan
ukuran mesh size berbeda (Ariefandi, 2005); pengaruh penggunaan jenis umpan
terhadap hasil tangkapan ikan karang pada alat tangkap bubu (traps) (Mawardi,
2001); pengoperasian bubu dengan umpan dan konstruksi funnel yang berbeda
terhadap hasil tangkapan ikan laut dalam (Susanto, 2006) dan studi tentang
pengaruh pemasangan leader net terhadap hasil tangkapan dan tinjauan tingkah
laku ikan karang pada alat tangkap bubu sayap (Mawardi, 1998).
sangat informatif
ReplyDelete