Transplantasi terumbu
karang mempunyai pengertian sebagai salah satu teknik pelestarian
(rehabilitasi) terumbu karang yang semakin terdegradasi dengan teknik
pencangkokan. Tujuan Transplantasi pada dasarnya adalah untuk pelestarian
ekosistem terumbu karang.
Terumbu karang yang
ditransplantasi adalah dari jenis acropora dan non acropora yang sejak kini
tampak mulai tumbuh subur.
Ia menjelaskan, terumbu
karang jenis pocillopra dan sejumlah jenis karang bercabang (Seriatopora sp)
yang juga ditransplantasi hasil stek terumbu karang itu terlihat telah menyatu
dengan substrat berupa wadah dari semen yang dijadikan dudukan.
Namun sebagian besar
hasil transplantasi itu terlihat mulai didekati sedimen, tambahnya.
Dalam pelaksanaan
transplantasi pada Oktober 2012 penyelam dari UKM Diving Proklamator UBH
bersama masyarakat dan pelajar telah menanami sekitar 4.000 buah
subtrat-subtrat beton diatas rangka besi dan yang di benamkan ke dasar laut
pada kedalaman lima meter.
Sebelum turun
kelapangan, terlebih dahulu diadakan pengenalaan tentang terumbu karang dan
langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk pelestariannyaTransplantasi terumbu
karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak.
Atau untuk membangun daerah terumbu karang yang baru yang sebelumnya tidak ada.
Teknik dan prosedur
pelaksanaan transplantasi terumbu karang mesti disesuaikan dengan tujuan
transplantasi karang itu sendiri. Prosedur transplantasi berdasarkan
masing-masing tujuan secara lebih spesifik adalah sebagai berikut:
1. Pemulihan Terumbu
Karang yang Telah Rusak.
Pemasangan karang dalam
transplantasi terumbu karang
Pemasangan karang dalam
transplantasi terumbu karang
Transplantasi karang
dengan tujuan pemulihan terumbu karang yang telah rusak dilakukan dengan
memindahkan potongan karang hidup dari terumbu karang yang kondisinya masih
baik ke lokasi terumbu karang telah rusak. Teknik dan prosedurnya sebagai
berikut:
Lokasi pengambilan
bibit di sekitar terumbu karang yang telah rusak (tidak boleh jauh dari lokasi
penanaman) dengan kondisi terumbu karang yang masih baik.
Antara lokasi
pengambilan bibit dengan lokasi terumbu karang yang telah rusak mempunyai
kondisi lingkungan (kedalaman dan keadaan arus) yang mirip.
Pengambilan bibit
dilakukan dengan memotong cabang karang induk di tempat, dan tidak melakukan
pemotongan koloni karang induk yang letaknya saling berdekatan untuk
menghindari kerusakan ekosistem secara menyolok.
transportasi bibit dari
lokasi pengambilan bibit dengan lokasi transplantasi tidak lebih dari satu jam.
2. Pemanfaatan Terumbu
Karang Secara Lestari (Perdagangan Karang Hias).
Transplantasi untuk
tujuan perdagangan karang hias, dilakukan dengan memindahkan potongan
jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan ke substrat buatan yang diletakkan
di sekitar habitat terumbu karang alami, yang nantinya akan menjadi induk
karang hias yang akan diperdagangkan. Teknik dan prosedurnya sebagai berikut:
Dilakukan oleh pengusaha karang hias yang
telah mempunyai izin sebagai eksportir karang hias.
Jenis-jenis karang hias yang dibiakkan
adalah jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan untuk pembuatan aquarium dan
tidak diperdagangkan sebagai karang mati.
Jumlah bibit karang hias yang akan ditanam
sebagai induk karang hias sesuai dengan kuota yang telah memperoleh persetujuan
dari MA.
Pengusaha melaporkan kepada MA tentang
waktu kapan penanaman dimulai, lokasi pembiakan, jumlah, dan jenis karang hias
yang akan ditanam.
3. Perluasan Terumbu
Karang
Transplantasi terumbu
karang dengan tujuan perluasan terumbu karang merupakan suatu usaha untuk
membuat habitat terumbu karang baru atau merubah habiat lain di luar habitat
terumbu karang menjadi habitat terumbu karang.
Persyaratan teknik dan
prosedur pengambilan bibit dan tempat pengambilan bibit sama dengan persyaratan
pada transplantasi terumbu karang untuk tujuan pemulihan terumbu karang yang
rusak.
4. Tujuan Pariwisata
Transplantasi karang
untuk tujuan wisata dibedakan dari transplantasi karang untuk tujuan perluasan
terumbu karang. Tujuannya adalah untuk membuat habitat terumbu karang yang
tinggi keanekaragaman hayatinya. Atau membuat panorama yang indah didasar laut
seperti halnya di ekosistem terumbu karang. Untuk itu bibit karang yang akan
dipindahkan harus terdiri dari jenis-jenis karang yang beraneka ragam bentuk
dan warnanya.
Substrat dasar buatan
harus menggambarkan bentuk dasar yang menarik dan tahan terhadap arus dan air
laut. Selain itu, juga harus dibuat peta lokasi trasplantasi karang menurut
kelompok atau jenis karang dan kedalamannya. Peta ini sangat berguna bagi para
wisatawan maupun kelompok pelestarian terumbu karang.
5. Membangun Kesadaran
Masyarakat
Transplantasi karang
dengan tujuan membangun kesadaran masyarakat dilakukan oleh masyarakat pesisir
yang sudah menyadari dampak negatif akibat kerusakan terumbu karang. Kegiatan
pelatihan teknik transplantasi karang, cara penentuan lokasi pembibitan, cara
pengambilan bibit dari induknya, cara pengangkutan bibit, cara penempelan bibit
pada substratnya, dan selanjutnya cara pemeliharaannya dilaksanakan secara
konsisten kepada masyarakat pesisir. Dengan menjaga keutuhan hasil
transplantasi terumbu karang, masyarakat nelayan akan dapat merasakan hasilnya.
6. Pengelolaan
Perikanan
Transplantasi karang
dengan tujuan meningkatkan produksi perikanan sering disebut “Fish Aggregation
Device” (FAD), yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengubah suatu perairan
yang sepi ikan menjadi perairan yang banyak ikan. Terumbu karang buatan
dibangun di sekitar terumbu karang, sehingga nelayan tidak lagi menangkap ikan
di terumbu karang, tetapi berpindah di terumbu karang buatan.
7. Penelitian
Transplantasi karang
untuk tujuan penelitian, dibedakan dari persyaratan yang harus dilakukan oleh
pelaksana keenam transplantasi diatas, transplantasi untuk tujuan penelitian
ini diberbolehkan mengambil bibit di sekitar lokasi penelitian, dengan teknik
pemotongan cabang di tempat, tanpa memindahkan induknya. Karena transplantasi untuk
tujuan penelitian biasanya tidak memerlukan banyak specimen, dan dengan biaya
dan waktu sangat terbatas.
Tujuan transplantasi
terumbu karang yang mempunyai karakteristik masing-masing. Jika sahabat ingin
ikut berpartisipasi dalam pelestarian (khususnya transplantasi terumbu karang)
bisa dipertimbangkan tujuan pencapaian kegiatan yang diinginkan. Untuk metode
dan tahapan transplantasi terumbu karang saya tulis di kesempatan lain. Tutupan
karang di Kepulauan Seribu hanya sekitar 36,48 %, sedangkan upaya memulihkan
atau merehabilitasikannya masih terkendala pada kurangnya dana dan tingkat
keberhasilan yang relatif kurang baik.
Pada tahun 2003,
Petugas Lapangan Taman Nasional Kepulauan Seribu, disamping melakukan Kegiatan
Transplantasi Karang dengan Sistem Transplantasi di Beton berukuran 30X30 Cm,
juga melakukan kegiatan sambilan, yaitu menempelkan bibit karang yang masih ada
dengan semen yang masih tersisa, pada batu karang mati.
Selanjutnya 6 bulan
berikutnya pada saat monitoring hasil transplantasi karang, tercermati bahwa
sekitar 70 % transplantasi karang sistem beton hilang/mati/berlumut, sedangkan
90 % karang yang ditransplantasi di batu karang mati, HIDUP dengan baik.
Sejak itu, pada tahun
2004, Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, mencermati secara mandiri dengan
menggerakkan Petugas Lapangan yang sedang bertugas di Pulau untuk mencoba
kembali sistem Transplantasi Karang yang menggunakan Batu Karang Mati
Hasil percermatan
kegiatan mandiri pada tahun 2004 tersebut, maka Balai Taman Nasional Kepulauan
Seribu mulai melakukan kegiatan secara formal Transplantasi Karang dengan
menggunakan Batu Karang Mati, dan menetapkan Sistemnya adalah Sistem ROCKPILE,
serta merekomendasikan untuk dapat dilakukan di seluruh program Transplantasi
Rehabilitasi di Indonesia atau Dunia.
Sistem Transplantasi
Rehabilitasi Karang Rockpile dilakukan dengan tahapan sebagai berikut
Pilih batu karang mati yang panjang/lebar
berukuran minimal 30 cm dan tinggi maksimal 50 % dari panjang/lebar
terpendeknya, serta berporous/lubang kecil.
Siapkan campuran kental/pekat semen, air
dan garam secukupnya (1 kg semen dicampur 1 sendok makan garam).
Pilih karang yang sehat (berwarna)
berukuran minimal 5 cm atau sesuai lubang batu karang matinya.
Penanaman dapat dilakukan di atas air atau
di dalam air. Penanaman diatas air diupayakan ditempat teduh dan tidak lebih
dari 10 menit.
Peletakan batu karang mati yang ditanam
karang, diupayakan pada batu karang mati/hidup yang ada dengan posisi
dijepitkan.
Pemeliharaan atau pembersihan dilakukan
minimal setiap bulan sekali.
SISTEM TRANSPLANTASI
REHABILITASI KARANG ROCKPILE telah dicanangkan untuk dapat diterapkan di
Kepulauan Seribu dan direkomendasikan dapat diterapkan di seluruh lokasi
Rehabilitasi.
0 comments:
Post a Comment