Faktor lingkungan
terdiri dari pengelolaan, pakan dan tempat budidaya (kolam atau tambak). Yang
akan dibahas di sini adalah faktor
lingkungan tempat budidaya dan pakan.
II. PARAMETER KUALITAS
AIR.
Parameter kualitas air
adalah beberapa ukuran yang digunakan untuk mengetahui kualitas air. Bebagai
parameter kualitas air tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
budidaya ikan. Kualitas air dapat dinilai secara fisik dan kimiawi.
Parameter Kimia
Secara kimiawi,
kualitas air ditentukan oleh :
1. Salinitas.
Adalah jumlah total
garam terlarut yang terukur dalam sampel air dalam satuan ppt (part per
thausand). Satuan ppt artinya bagian per seribu. Setiap jenis ikan mempunyai salinitas optimal
untuk hidupnya. Salinitas yang terlalu tingi dapat menghambat pertumbuhan ikan
atau udang.
2. DO (Dissolved
Oxygen)
Oksigen memegang
peranan penting bagi mahluk hidup. Jumlah oksigen yang ada dalam air dinyatakan
dalam satuan ppm (part per million/bagian per sejuta). Besarnya DO optimal
untuk budidaya adalah 4 – 7,5 ppm, karena
sesuai dengan kebutuhan udang/ikan.
Ikan memerlukan oksigen
untuk menghasilkan energi untuk
beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Selain itu, oksigen yang
cukup diperlukan karena proses penguraian bahan organik di air dibantu oleh bakteri-bakteri
aerob (hanya bisa hidup dengan kadar oksigen yang cukup) yaitu bakteri
Nitrosomonas dan Nitrobacter. Jika kadar oksigen sedikit, bakteri tidak dapat
hidup sehingga proses dekomposisi tidak dapat berlangsung. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya peracunan air oleh bahan organik yang tertumpuk di dasar
kolam.
Kadar oksigen terlarut
yang terlalu rendah juga dapat mematikan ikan atau udang. Gejala kekurangan
oksigen di air ditandai dengan naiknya ikan atau udang ke permukaan air. Jika
hal itu terjadi, langkah yang segera harus dilakukan adalah penebaran kapur
dolomite, karena dolomite dapat mengikat karbon dioksida.
Besar-kecilnya DO
ditentukan oleh temperatur air dan udara, tekanan barometrik udara, jumlah
tumbuhan air baik yang berupa tumbuhan besar maupun dalam bentuk phytoplankton,
kadar mineral dan Biological Oxygen Demand (BOD).
Cara untuk melarutkan
oksigen dari udara diantaranya dengan cara :
a. Penggunaan kincir.
Salah satu sumber DO air berasal dari
oksigen di udara melalui proses difusi karena adanya kontak antara permukaan
air dengan udara. Semakin luas permukaan air maka proses difusi semakin besar
karena permukaan air yang kontak langsung dengan udara menjadi besar.
Memanfaatkan mekanisme terebut, maka kincir air digunakan, karena air dipecah
menjadi butiran-butiran kecil sehingga luas permukaan air menjadi besar.
b. Air mengalir. Air
yang selalu bergerak akan mempunyai kandungan DO selalu tinggi, karena selalu
kontak dengan udara bebas.
Berhubungan dengan
kadar DO ini, ada istilah Biological Oxygen Demand (BOD) yaitu banyaknya
oksiden yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik mudah terurai oleh
kegiatan biokimia selama lima hari. Semakin tinggi nilai BOD berarti semakin
tinggi timbunan bahan organic di suatu kolam sehingga kurang baik untuk
budidaya..
3. Derajat Keasaman
(pH).
Tingkat keasaman air
dinyatakan dalam pH air. Besarnya pH air yang optimal untuk kehidupan ikan dan
udang adalah 6 – 8 (netral), karena pada kisaran tersebut menunjukkan imbangan
yang optimal antara oksigen dan karbondioksida serta berbagai mikrooranisme
yang merugikan sulit berkembang. Kondisi pH air dapat berubah-ubah selama
budidaya, hal ini yang berakibat buruk bagi ikan atau udang. Air yang pH-nya
terlalu rendah (asam) dapat menyerap fosfat yang berperan dalam kesuburan air,
sehingga kesuburan kolam dapat menurun.
pH yang terlalu rendah diatasi
dengan perlakuan kapur (dolomite) dengan dosis 5 – 15 ppm terutama pada malam
hari dan ditambah dengan zeolit (SiO4) 3 – 5 ppm.
4. Alkalinitas.
Adalah kapasitas air
untuk menetralkan setiap penambahan asam tanpa menurunkan pH, alkalinitas
merupakan buffer (penahan) terhadap pengaruh pengasaman. Alkalinitas disebabkan
oleh adanya ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), hidroksida (OH-) dan
ion-ion lain dalam jumlah kecil. Jika kadar ion-ion tersebut kurang, maka pH
cenderung tidak stabil yang dapat merugikan ikan atau udang.
Parameter Fisika
Selain berbagai
parameter kimia di atas, kualitas air juga ditentukan oleh berbagai parameter
fisika air sebagai berikut ;
1. Kecerahan
(transparansi) air.
Kecerahan pada
hakekatnya menunjukkan populasi plankton dan kandungan material terlarut dalam
air, diukur dengan secci disk. Kecerahan yang baik berkisar antara 30 – 40 cm,
karena pada kondisi itu populasi plankton cukup ideal untuk pakan alami dan
material terlarut cukup rendah. Pada awal budidaya, biasanya kecerahan air
tinggi (50 cm hingga dasar kolam) karena populasi plankton masih rendah dan air
masih bersih. Semakin lama usia budidaya, kecerahan makin rendah (hingga 10
cm). Untuk mempertahankan kecerahan yang
ideal, selalu dilakukan ganti air baru secara rutin atau setiap ada indikasi
penurunan kecerahan dan dilengkapi dengan perlakuan bahan-bahan pembuat stabil
kondisi air (stabilizer). Kecerahan yang ideal juga menunjukkan kondisi air
yang baik, karena penurunan kualitas air banyak disebabkan oleh tingginya kadar
bahan organik dan anorganik terlarut.
Disamping itu, plankton yang terlalu tinggi populasinya menyebabkan
tingginya pH pada siang hari dan punurunan
drastis kadar DO pada malam hari terutama jika plankton yang dominan
adalah phytoplankton.
2. Suhu
Suhu air juga sangat
penting bagi kehidupan ikan atau udang karena suhu air sangat berpengaruh
terhadap kehidupan jasad renik (mikroorganisme), sehingga dapat mempengaruhi
kehidupan ikan dan udang. Suhu ideal untuk budidaya adalah 25 – 310 C. Jika
suhu berfluktuasi secara drastis, dapat berakibat buruk bagi pertumbuhan embrio
ikan. Suhu air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan
lokasi. Air mempunyai kapasitas yang besar untuk menyimpan panas sehingga
suhunya relatif konstan dibandingan dengan suhu udara, perbedaan suhu air
antara pagi hari dan siang hari hanya 20 C. Suhu air akan mempengaruhi
densitas/kepadatannya (dalam gr/cm3. Perbedaan densitas air antara lapisan atas
dan lapisan bawah dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi air menjadi 3
lapisan, yaitu epilimnion (lapisan atas yang suhunya tinggi), hypolimnion
(lapisan bawah yang dingin) dan thermocline (lapisan antara keduanya yang suhunya
turun drastis). Stratifikasi air ini dipengaruhi oleh kedalaman kolam/tambak
dan radiasi cahaya matahari.
3. Kedalaman air.
Untuk kolam budidaya,
kedalaman air yang ideal yaitu 70 – 120 cm. Air yang terlalu dangkal
menyebabkan perubahan suhu terlalu besar. Jika air terlalu dalam mengakibatkan
perbedaan suhu yang menyolok antara air bagian atas dengan bagian bawah dan
sinar matahari tidak dapat mencapai air bagian bawah sehingga pertumbuhan
phytoplankton terhambat. Seperti yang telah dikemukaan di muka bahwa
kolam/tambak yang terlalu dalam dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi suhu
air sehingga harus diusahakan agar berada dalam kisaran kedalaman yang ideal. Disamping
itu sifat usang Nocturnal (senang makan d itempat gelap)
4. Warna Air.
Warna air ditentukan
karena prose salami, baik yang berasal dari proses biologis maupun
non-biologis. Produksi dari proses biologis dapat berupa humus, gambut dan
lain-lain. Sedangkan dari proses non-biologis dapat berupa semyawa-senyawa
kimia yang mengandung unsure-unsur Fe, Co, Mn dan lain-lain. Selain itu warna
air juga dapat ditentukan oleh jenis plankton yang dominan. Pada umumnya warna
air yang dikehendaki adalah hijau yang menunjukkan jenis plankton Ganggang
Hijau (Chlorophytaceae). Tetapi warna air yang bagus tidak selalu harus hijau,
karena jika yang dominan pada saat itu jenis plankton hewan, maka warna air
biasanya berwarna coklat muda.
III. LIMBAH ORGANIK
Limbah organik adalah
sisa atau buangan dari berbagai aktifitas manusia seperti rumah tangga,
industri, pemukiman, peternakan, pertanian dan perikanan yang berupa bahan
organik; yang biasanya tersusun oleh karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
fosfor, sulfur dan mineral lainnya (Polprasert, 1989). Limbah organik yang
masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid, tersuspensi
dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam bentuk padatan akan langsung mengendap
menuju dasar perairan; sedangkan bentuk lainnya berada di badan air, baik di
bagian yang aerob maupun anaerob. Dimanapun limbah organik berada, jika tidak
dimanfaatkan oleh fauna perairan lain, seperti ikan, kepiting, bentos dan
lainnya; maka akan segera dimanfaatkan oleh mikroba; baik mikroba aerobik
(mikroba yang hidupnya memerlukan oksigen); mikroba anaerobik (mikroba yang
hudupnya tidak memerlukan oksigen) dan mikroba fakultatif (mikroba yang dapat
hidup pada perairan aerobik dan anaerobik).
1. Penguraian di Lapisan
Air yang Mengandung Oksigen (Aerob).
Limbah organik yang ada
di badan air aerob akan dimanfaatkan dan diurai oleh mikroba aerobik (BAR)
Makin banyak limbah organik yang masuk dan tinggal pada lapisan aerob (lapisan
air yang mengandung udara) akan makin besar pula kebutuhan oksigen bagi mikroba
yang menguraikannya, bahkan jika keperluan oksigen bagi mikroba yang ada
melebihi konsentrasi oksigen terlarut (DO) maka oksigen terlarut bisa menjadi
nol dan mikroba aerobpun akan musnah digantikan oleh mikroba anaerob dan
fakultatif yang untuk aktifitas hidupnya tidak memerlukan oksigen.
2. Penguraian di
Lapisan Air Tanpa Oksigen (Anaerob)
Limbah organik yang
masuk ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan dan diurai oleh mikroba
anaerobik atau fakultatif
Kedua proses tersebut
diatas mengungkapkan bahwa aktifitas mikroba yang hidup di bagian badan air
yang anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru juga menghasilkan
senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti amin, PH3
dan komponen fosfor. Asam sulfide (H2S), amin dan komponen fosfor adalah
senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S berbau
busuk dan amin berbau anyir. Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S
hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu adalah beracun dan
dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan. Selain menghasilkan senyawa
yang tidak bersahabat bagi lingkungan seperti tersebut diatas, hasil penguraian
di semua bagian badan air menghasilkan CO2 dan NH3 yang siap dipakai oleh
organisme perairan berklorofil (fitoplankton) untuk aktifitas fotosintesa
Dampak Penguraian
Limbah Organik
Proses pengurian limbah
organik di badan air bagian manapun cenderung selalu merugikan karena sebagian
besar produknya (NH3 H2S dan CH4) dapat langsung mengganggu kehidupan fauna,
sedang produk yang lain (nutrien) meskipun sampai pada konsentrasi tertentu
menguntungkan namun jika limbah/nutrien terus bertambah (eutrofikasi) akan
menjadi pencemar yang menurunkan kualitas perairan dan akhirnya mengganggu
kehidupan fauna
Pengaruh pertama proses
penguraian limbah organik di badan air aerobik adalah terjadinya penurunan
oksigen terlarut dalam badan air. Fenomena ini akan mengganggu pernafasan fauna
air seperti ikan dan udang-udangan; dengan tingkat gangguan tergantung pada
tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna.
Secara umum diketahui bahwa kebutuhan oksigen jenis udang-udangan lebih tinggi
daripada ikan dan kebutuhan oksigen fase larva/juvenil suatu jenis fauna lebih
tinggi dari fase dewasanya. Dengan demikian maka dalam kondisi konsentrasi
oksigen terlarut menurun akibat penguraian; larva udang-udangan akan lebih
menderita ataupun mati lebih awal dari larva fauna lainnya.
Kesulitan fauna karena
penurunan oksigen terlarut sebenarnya baru dampak permulaaan, sebab jika jumlah
pencemar organik dalam badan air bertambah terus maka proses penguraian bahan
organik memerlukan oksigen lebih besar dan akibatnya badan air akan mengalami
deplesi oksigen bahkan bisa habis sehingga badan air menjadi hampa udara. Jika
fenomena ini terjadi pada seluruh bagian badan air maka fauna air akan mati
masal karena tidak bisa menghindar; namun jika hanya terjadi di bagian bawah
badan air maka fauna air, termasuk ikan masih bisa menghindar ke permukaan
hingga terhindar dari kematian. Secara alamiah kejadian anaerob di semua
lapisan badan air memang sangat sulit terjadi karena bagian atas air selalu
berhubungan dengan udara bebas yang selalu mensupplainya, namun demikian kalau
sebagian badan air anaerob sangatlan sering.
Seperti penurunan
oksigen terlarut; senyawa-senyawa beracun inipun dalam konsentrasi tertentu
akan dapat membunuh fauna air yang ada. Selain menyebabkan penurunan
konsentrasi oksigen terlarut dan menghasilkan senyawa beracun yang selalu
merugikan dan dapat menyebabkan kematian fauna; penguraian bahan organic juga
dapat menghasilkan kondisi perairan yang cocok bagi kehidupan mikroba fatogen
yang terdiri dari mikroba, virus dan protozoa yang setelah berkembang-biak,
setiap saat dapat menyerang dan menjadi penyakit yang mematikan fauna air
IV. PLANKTON
Pengertian dasar
plankton adalah mahluk hidup baik tumbuhan maupun hewan yang berukuran sangat
kecil (tidak dapat dilihat dengan mata telanjang) yang hidup melayang di badan
air. Jenis plankton ada dua, yaitu plankton tumbuhan (Phytoplankton ) dan
plankton hewan (Zooplankton).
Dalam proses budidaya
ikan atau udang, yang perlu ditumbuhkan adalah plankton tumbuhan, karena ini
merupakan produsen tingkat pertama dalam ekosistem air. Dalam rantai makanan
phytoplankton akan dimakan oleh zooplankton, selanjutnya zooplankton akan
dimakan oleh hewan yang berderajat lebih tinggi. Sebagai makanan phytoplankton adalah unsur-unsur mineral dari
penguraian bahan organic dan pemupukan dari luar. Jenis plankton tumbuhan
didominasi oleh jenis Algae dan Ganggang. Jenis ganggang yang terkenal adalah
ganggang hijau (Chlorophyta) yang memberi warna hijau di air.
Baik ikan atau udang,
pada saat masih kecil makanan utamanya adalah plankton, sehingga
ketersediaannya harus dijaga. Sebagai indikatornya, maka penebaran bibit ikan
atau udang dilakukan setelah air mempunyai warna/tidak bening.
V. PERANAN TON DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Faktor pengelolaan
lahan merupakan hal yang penting, karena kehidupan ikan atau udang tidak dapat
dilepaskan dengan kondisi kolam/tambak. Tanpa pengelolaan yang tepat, niscaya
tidak akan tercipta suatu media hidup bagi ikan atau udang yang ideal sehingga
tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal.
Pupuk TON berfungsi sebagai perehabilitasi
lahan budidaya dan sebagai stabilizer kondisi air yang ideal. Pada masa persiapan budidaya, TON
dengan dosis 5 botol ukuran 500 gram per hektar yang dilakukan pada saat tahap
pemupukan . TON mengandung berbagai unsur mineral baik makro maupun mikro,
nutrisi berupa lemak, protein dan karbohidrat dan dilengkapi dengan asam humat
berfungsi sebagai.
1. Pengikat logam-logam
berat.
Logam-logam berat
terlarut dapat masuk ke parairan budidaya dari pencemaran limbah pabrik dan
rumah tangga. Jenis logam berat tersebut diantaranya Timbal (Pb), Seng (Zn),
Merkuri (Hg), Nikel (Ni) dan lain-lain. Dalam keadaan terlarut logam-logam
tersebut berbahaya bagi kehidupan udang atau ikan. Logam berat dapat masuk
melalui absorbsi (penyerapan) langsung maupun melalui phytoplankton. Akibat yang
ditimbulkan dapat bersifat lethal (mematikan) pada konsentrasi tinggi dan
sublethal (tidak mematikan tetapi mengganggu kehidupan). Asam Humat dan Vulvat
pada TON dapat mengikat logam-logam tersebut dan membentuk menjadi
senyawa-senyawa yang tidak berbahaya.
2. Pemecah senyawa
kekal komplek berbahaya dan beracun.
Setelah ikan atau udang
dipanen, pasti meninggalkan sisa budidaya yaitu berbagai lumpur organik yang
bersifat racun dan secara teknis, lumpur tersebut harus dibuang ke luar. Akan
tetapi karena lumpur berbentuk semi cair, maka tidak mungkin dapat dibuang
sampai 100%. Oleh karena itu TON perlu diberikan selama masa interval budidaya
untuk menetralkan senyawa-senyawa tersebut, karena TON mempunyai kandungan
asam-asam organik.
3. Memberikan semua
jenis unsur makro dan mikro dan senyawa lain untuk mempercepat pertumbuhan
plankton.
Plankton sebagaimana
tumbuhan tingkat tinggi juga membutuhkan unsur-unsur mineral baik makro maupun
mikro untuk tumbuh dan berkembang. TON mengandung berbagai unsur-unsur penting
seperti N, P, K, Ca, S, Mg, Cl dan lain-lain yang dibutuhkan Phytoplankton
sebagai produsen tingkat pertama dalam rantai makanan di perairan. Jika
Phytoplankton berkembang dengan baik, maka Zooplankton juga mempunyai sumber
makanan sehingga juga dapat tumbuh dan berkembang. Kedua jenis plankton
tersebut pada akhirnya akan menjadi pakan bagi ikan atau udang.
4. Asam humatnya mampu
menggemburkan tanah dasar kolam/tambak
Asam Humat dan Vulvat
merupakan asam-asam organik penting yang mempunyai kemampuan menggemburkan
tanah, karena mampu memecah ikatan kuat antara mineral tanah dengan partikel
tanah. Jika ikatan tersebut dapat terpecah, maka struktur tanah akan menjadi
gembur dan berrongga. Keadaan tanah yang demikian merupakan struktur tanah yang
baik, karena berbagai gas dan senyawa beracun yang terbentuk selama budidaya
dapat terlepas ke udara melalui penguapan dan tidak terikat dengan pertikel
tanah.
Selama budidaya TON
berfungsi untuk :
1. Menciptakan dan
mempertahankan ekosistem (lingkungan) tambak/kolam yang seimbang.
Dengan berbagai bahan
penting yang terkandung di dalamnya, TON mampu menciptakan suatu lingkungan
hidup bagi ikan atau udang yang ideal, baik dari segi ketersediaan pakan alami,
kadar oksigen terlarut, pH dan mampu mempertahankan hingga budidaya berkahir.
2. Membantu
perkembangan mikroorganisme yang bermanfaat bagi lingkungan dan bagi
pertumbuhan ikan atau udang.
Sebagaimana hewan
tingkat tinggi, maka mikroorganisme juga memerlukan berbagai unsur mineral
penting untuk proses kehidupannya. Pemberian TON pada kolam budidaya menyuplai
berbagai unsur minerla penting tersebut, sehingga mikroorganisme dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
3. Menjaga berbagai
parameter kualitas air sehingga proses nitrifikasi berjalan dengan baik.
Dalam budidaya
perairan, selama proses budidaya akan terjadi penurunan kualitas lingkungan
hidup ikan atau udang dengan semakin bertambah umurnya, hal itu disebabkan
karena semakin banyaknya kandungan bahan organik terlarut yang berasal dari
kotoran ikan atau udang, sampah yang masuk, bangkai ikan atau udang, sisa pakan
yang diberikan, tumbuhan dan hewan air lain yang mati. Bahan-bahan organik yang
masuk tersebut akan mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme di kolam/tambak
menjadi amoniak (NH3) yang beracun. Agar tidak beracun, amoniak tersebut harus
diubah manjadi nitrit (NO2_) dan nitrat (NO3_) oleh bakteri Nitrosomonas dan
Nitrobakter. Proses tersebut disebut reaksi nitrifikasi yang membutuhkan kondisi
air ideal yaitu DO (Dissolved Oxygen/oksigen terlarut) tinggi, suhu ideal
(minimal 260 C), pH dalam kisaran netral (7 – 8,5) dan alkalinitas yang cukup
tinggi. Pupuk TON mampu menjaga kualitas air tambak/kolam selalu dalam keadaan
ideal, sehingga memungkinkan proses nitrifikasi berlangsung dengan baik. Maka
tidak mengherankan jika tambak/kolam budidaya yang menggunakan TON akan
berhasil, karena ikan atau udang selalu hidup dalam lingkungan air yang ideal
dan bebas dari senyawa beracun
4. Menyuburkan Plankton.
Unsure-unsur mineral
yang terkandung dalam TON akan memberikan nutrisi bagi pertumbuhan dan
perkembangan plankton. Plankton tumbuhan pada prinsipnya sama dengan tumbuhan
tingkat tinggi yang memerlukan unsure-unsur mineral. Selain itu, asam humat dalam TON akan mempercepat tersedianya
unsur-unsur mineral dari penguraian bahan organik di kolam/tambak
5. Membantu merutinkan
molting (ganti kulit) pada udang.
Proses molting
merupakan mekanisme pertambahan ukuran tubuh udang. Kulit udang tersusun oleh
senyawa chitin yang keras dan tidak elastis. Oleh karena itu, dengan semakin
besarnya ukuran tubuh udang, kulit harus mengalami penggantian dengan ukuran
yang lebih sesuai dengan tubuh udang yang baru. Syarat agar udang dapat
melakukan molting adalah kondisi udang yang baik dari segi energi dan
kesehatannya, syarat lainnya adalah kondisi lingkungan (air) yang ideal,
terutama dalam hal kandungan oksigen terlarut (DO
VI. PAKAN
Berdasarkan jenis pakan
yang dimakan, hewan air dibedakan menjadi jenis pemakan tumbuhan (herbivora),
contohnya adalah grasscrarp, bandeng, tawes, nilem dan lain-lain. Jenis yang
kedua adalah pemakan daging (carnivora), contohnya adalah sidat, kakap, kerapu,
lele, gabus dan lain-lain. Jenis ketiga yaitu pemakan segala (omnivora),
contohnya adalah ikan mas, nila, udang dan lain-lain
Zat-zat gizi yang
diperlukan ikan dan udang untuk kehidupannya adalah :
1. Protein.
Dalam tubuh ikan dan
udang, protein merupakan senyawa yang kandungannya paling tinggi setelah
air, terutama terdapat dalam urat
daging, alat-alat tubuh dan jaringan luar tubuh. Protein bagi ikan dan udang
merupakan sumber asam-asam amino dan nitrogen yang memegang peranan penting
dalam struktur dan fungsi tubuh, seperti pertumbuhan dan reproduksi.
2. Lemak
Lemak tersusun dari
unsur karbon, hidrogen dan oksigen. lemak fungsi utamanya sebagai sumber
energi, sumber asam lamak essensial, sebagai pelarut vitamin yang larut dalam
lemak, yaitu A, D, E dan K.
3. Karbohidrat.
Karbohidrat adalah zat
organik yang mengandung karbon, hidrogen dan oksigen dalam perbandingan yang
berbeda-beda. Karbohidrat merupakan zat organik yang mewakili 50 – 70 % dari
jumlah bahan kering dalam pakan ikan, yang secara umum terdapat dalam bahan
pakan bijian.
Bagi ikan dan udang,
secara umum merupakan sumber energi ketiga setelah protein dan lemak sebagai
sumber energi, sehingga pakan ikan dan udang harus mengandung komposisi protein
dan lemak yang tinggi.
4. Mineral.
Mineral memegang
peranan penting untuk kehidupan ikan dan udang, karena mineral diperlukan dalam
jumlah yang besar sementara ikan tidak dapat memproduksi sendiri. Ikan dan
udang setidaknya membutuhkan 15 macam zat mineral yang mempunyai fungsi
essensial.
Secara keseluruhan,
mineral-mineral diperlukan ikan untuk :
1. Vitamin.
Vitamin adalah zat
organik yang dibutuhkan ikan dan udang walaupun dalam jumlah yang relatif
kecil. Secara spesifik, vitamin bukan bagian dari karbohidrat, protein, lemak,
air dan mineral yang memiliki peranan dalam reaksi spesifik metabolisme tubuh
dan proses pertumbuhan serta kehidupan yang normal. Vitamin tidak dapat disusun
oleh ikan atau udang sendiri sehingga harus disuplai dari luar.
Pakan ikan dan udang
berupa pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah hewan dan tumbuhan yang
dapat dikonsumsi ikan dan udang. Plankton adalah pakan alami utama bagi ikan
dan udang terutama pada fase larva (benih) karena pada masa itu masih sangat
kritis atau mudah terserang oleh bibit penyakit dan rentan terhadap perubahan
kualitas air. Plankton terdiri dari zooplankton (plankton hewan) dan
phytoplankton (plankton tumbuhan), hidup bebas di berbagai perairan baik tawar,
payau dan laut dan mampu mberkembang biak secara cepat. Plankton dapat
diproduksi secara massal pada lingkungan yang terkendali dan memiliki daya penyesuaian
yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Plankton memiliki beberapa
keistimewaan, yaitu memiliki kadar protein tinggi baik nabati maupun hewani,
memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan lebar bukaan mulut larva ikan dan
udang, isi selnya padat tetapi dinding selnya tipis, tidak beracun dan
kualitasnya tidak dapat digantikan oleh pakan buatan jenis apapun. Plankton
juga merupakan alat untuk melatih ikan dan udang mengkonsumsi pakan dari luar
setelah cadangan telur induk di tubuhnya habis.
Disamping mengkonsumsi
pakan alami, ikan dan udang juga perlu diberi pakan buatan terutama pada
budidaya intensif. Pemberian pakan buatan diperlukan karena pakan alami di
kolam budidaya tidak cukup jika dikonsumsi ikan atau udang untuk menghasilkan
produksi maksimal. Saat ini pakan buatan sudah diproduksi oleh pabrik pakan.
Namun demikian dapat juga meramu sendiri dengan bahan-bahan yang sesuai. Penggunaan pakan buatan harus sesuai dengan
kebutuhan nutrisi ikan atau udang terutama pada kadar proteinnya. Untuk
meningkatkan produksi dan ketahanan tubuh ikan atau udang, penggunaan suplemen
pakan sangat dianjurkan asal sesuai dengan kondisi dan kebutuhan ikan atau
udang.
VII. MANAJEMEN HAMA DAN PENYAKIT
Faktor ini juga salah
satu hal yang penting karena berpengaruh terhadap kelancaran dan hasil akhir
budidaya. Hama dan penyakit disebut faktor pengganggu budidaya, oleh karena itu
perlu suatu penanganan yang intensif pula.
a. Hama.
Hama adalah mahluk
hidup lain yang dapat membunuh atau memakan ikan atau udang budidaya. Hama
dapat berasal dari hewan air lain maupun hewan darat. Berdasarkan jenisnya,
hama dapat dibedakan menjadi :
- Pemangsa (predator).
Jenis hama ini dapat memakan ikan atau udang secara langsung, sehingga
merupakan jenis hewan besar. Contoh golongan ini adalah ikan-ikan buas,
kepiting, burung pemangsa hewan air, ular, wlingsang dan lain-lain. Untuk
mengatasi gangguan hama jenis ini dilakukan isolasi terhadap kolam budidaya,
pengawasan intensif dan penggunaan
alat-alat pengusir karena sulit jika dilakukan pembasmian dengan obat atau
racun.
- Penyaing
(kompetitor). Jenis hama ini mengganggu ikan atau udang secara tidak langsung
dengan menjadi pesaing dalam mendapatkan pakan atau tempat hidup. Contohnya
adalah trisipan, ikan liar, ketam-ketaman, jenis udang putih dan lain-lain.
- Pengganggu. Jenis
hama ini walaupun tidak memangsa atau menyaingi tetapi juga cukup merepotkan
dalam budidaya dengan cara merusak pematang, melobangi tanggul, merusak jaring,
merusak dasar tanah, pintu air dan lain-lain. Contohnya adalah bangsa ketam
yang suka membuat lobang di pematang sehingga menimbulkan kebocoran tanggul,
hewan-hewan penggerek pintu air, tritip, tiram dan lain-lain.
Untuk memberantas
hama-hama tersebut dapat menggunakan bahan-bahan pestisida beracun yang
mempunyai sifat mudah terurai sehingga tidak menimbulkan residu kimia
berbahaya. Penggunaan bahan-bahan pestisida yang berbahan aktif keras dan sukar
terurai seperti DDT, Endrin, Chlordan, gamma BHC harus dihindari. Untuk lebih
aman dapat menggunakan pestisida organik dari tumbuh-tumbuhan yang bersifat
mudah terurai dan tidak keras. Contoh pestisida organik adalah biji teh
(Camella sp.) yang mengandung racun saponin, akar tuba (Derris eliptica) yang
mengandung racun rotenon dan sisa-sia tembakau (Nicotina tabacum) yang mengandung
nikotin. Racun saponin dari biji the dapat membunuh jenis ikan, sehingga pada
budidaya ikan harus dilakukan sebelum penebaran jenis ikan yang dipelihara.
Racun rotenon dapat membunuh udang dan ikan sehingga pada tambak udang,
penggunaannya juga sebelum benur ditebar. Racun nikotin dapat membunuh jenis
ikan dan kepiting.
b. Penyakit
Selama masa
pemeliharaan ikan atau udang, sering terserang oleh panyakit yang dapat
membunuh sebagian atau bahkan seluruh ikan atau udang yang dibudidayakan.
Penyakit hewan air disebabkan oleh proptozoa, bakteri, jamur, virus dan
lain-lain. Penyebab penyakit tersebut akan lebih keras menyerang jika
berintraksi dengan lingkungan tambak/kolam dengan air yang jelek. Apabila
kondisi air budidaya baik dan mendapatkan pakan bernutrisi tinggi maka ikan
atau udang akan sulit terserang penyakit walaupun tetap ada bibit penyakit di
air budidaya karena udang atau ikan mempunyai ketahanan tubuh tinggi. Usaha
pencegahan lebih baik daripada mengobati karena jika udang atau ikan sudah
terserang penyakit sulit untuk diobati terutama pada budidaya berskala besar.
Usaha pencegahan yang paling baik adalah dengan selalu menjaga kualitas air
dengan mengganti secara rutin air kolam/tambak untuk menjaga kualitas air
dilengkapi dengan perlakuan bahan-bahan yang dapat menjaga kualitas air dan
memberikan pakan bernutrisi tinggi.
0 comments:
Post a Comment