Sunday, March 6, 2011

PENGEMBANGAN PEMBENIHAN BELUT RAWA (Synbranchus bengalensis)

March 06, 2011 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Belut merupakan jenis ikan yang hidup di sawah atau rawa-rawa di sekitar kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa belut sawah (Monopterus Albus) dan belut rawa (Synbranchus Bengalensis) sampai sekarang masih menjadi ternak ikan primadona yang paling mudah menghasilkan uang. Selama ini, belut hanya dikenal di desa-desa saja, padahal belut dapat dikembangkan secara intensif, baik di desa maupun perkotaan karena ternak belut tidak memerlukan lahan yang luas.
Budi daya belut secara massal dan komersial masih sangat menjanjikan karena tren peternakan belut masih berjalan cukup lama. Dengan beternak belut, akan diperoleh berbagai keuntungan, antara lain harga jual belut yang cukup menggiurkan dan prospek pemasarannya yang cukup menjanjikan. Oleh karena itu, tidaklah keliru jika Anda menjatuhkan pilihan untuk melakukan budi daya belut.
Buku Budi Daya Belut Sawah dan Rawa di Kolam Intensif dan Drum ini sangat bermanfaat bagi para pemula yang ingin beternak belut atau para pemerhati yang menaruh minat pada belut. Dengan beternak belut, Anda tidak hanya dapat menikmati lezatnya belut, tapi lebih dari itu, Anda akan mendapatkan hoki yang menggiurkan. Belut rawa (Synbranchus bengalensis) merupakan salah satu jenis dari dua jenis belut  yang umum yaitu belut rawa dan belut sawah (Monopterus albus). Belut merupakan hewan melata tanpa kaki dari bangsa ikan bukan dari bangsa ular. Mungkin karena banyak masyarakat menganggap belut dari bangsa ular merupakan sebab utama masyarakat enggan mengkonsumsi belut.
Pada negara seperti Jepang, Italia, Jerman, Selandia Baru, Belanda, USA, Inggris, RRC, Hongkong, Korea dan banyak negara lainnya belut merupakan menu istimewa dan banyak terdapat di restoran kelas atas. Terbukti bahwa Negara-negara tersebut menjadi negara konsumen belut terbesar di dunia, bahkan Jepang per minggunya mengkonsumsi 1.000 ton belut. Sedangkan dari Negara Jepang sendiri baru terpenuhi sebesar 100 ton dan impor dari Taiwan dan RRC sebanyak 200 ton, jadi untuk pasar Jepang saja masih memiliki peluang sebanyak 700 ton belut per minggunya.
Akhir-akhir ini permintaan terhadap belut memang meningkat tajam karena banyaknya orang yang mengkonsumsi belut sebagai lauk utama dan gurih serta berprotein tinggi. Namun hal tersebut tidak disertai dengan produksi yang mencukupi, baik untuk pasar lokal maupun pasar internasional, bahkan jumlah produksi belut yang ada pada saat ini hanya mencukupi 5% dari kebutuhan.
Untuk itu perlu suatu usaha budidaya yang nantinya dapat menjawab semua tantangan pasar tersebut. Permintaan belut yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan harga belut yang cukup menggiurkan bukan tidak mungkin belut akan diminati untuk dibudidayakan. Usaha budidaya tersebut dapat berupa usaha pembenihan maupun usaha pembesarannya.
II.        MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI BELUT RAWA
Hewan air ini merupakan ikan darat yang tidak bersirip.  Bentuk badannya bulat panjang dan berlendir banyak sehingga tidak mudah ditangkap kecuali oleh mereka yang sudah mengetahui bagaimana cara menangkapnya. Belut rawa memiliki tubuh yang ramping dengan perbandingan tinggi badan dan panjang badan 1:30. Belut rawa memiliki jari-jari lunak kecil sebanyak 10 buah. Berbeda dengan belut sawah belut rawa dapat hidup di air payau.
Belut memiliki mata kecil dan sipit, bermulut kecil bagai lipatan kulit, serta bergigi halus dan runcing.  Belut berjalan dengan mengesotkan badan secara berlenggak-lenggok dengan cepat.
Berikut ini adalah klasifikasi dari belut rawa :
Class                           : Pisces
Sub Class                    : Teleoski
Ordo                            : Syunbrnchoidae
Famili                          : Syubranchidae
Genus                         : Synbranchus
Spesies                       : Synbranchus bengalensis
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut)
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
MANFAAT
Manfaat dari budidaya belut adalah:
1. Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2. Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3. Sebagai obat penambah darah.
PERSYARATAN LOKASI
1. Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2. Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3. Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 250C - 310 C.
4. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan oksigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
III.       PERKEMBANGBIAKKAN
Ciri-ciri induk jantan yang baik dan siap memijah
1)    Ukuran panjang lebih dari 40 cm
2)    Permukaan kulit bewarna gelap atau abu-abu
3)     Bentuk kepala tumpul
4)     Usianya di atas sepuluh bulan
5)     Ukuran kepala lebih besar
6)     Sisi perut kasar dan tidak bening
Ciri-ciri induk betina yang baik dan siap memijah
1)    Berukuran panjang antara 20-30 cm
2)    Permukaan kulit bewarna lebih cerah atau lebih muda
3)    Bentuk kepala runcing dan lebih kecil
4)    Warna punggung hijau muda dan warna perut putih kekuningan
5)    Usianya di bawah sembilan bulan
Cara berkembang biak
Secara alami, belut berkembang biak satu tahun sekali dengan masa perkawinan yang sangat panjang, yaitu permulaan musim hujan sampai permulaan musim kemarau (lima bulan).  Perkawinan belut biasanya terjadi pada malam hari di bawah suhu 280C.
Pada musim kawin, belut jantan tampak berbondong-bondong ke perairan dangkal membuat lubang untuk kawin.  Lubang ini berbentuk huruf U.  Belut jantan akan membuat gelembung-gelembung di permukaan air lubang ini.  Gelembung ini digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis untuk datang ke lubang.
Setelah betina yang dinanti tiba, sepasang induk belut tersebut akan bercumbu untuk melakukan perkawinan.  Ketika kawin, telur dari betina dikeluarkan disekitar lubang di bawah busa yang mengapung pada permukaan air dan induk jantan akan mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur tersebut.  Seekor induk betina dapat bertelur 50-400 butir. Telur yang sudah dibuahi dicakup belut jantan untuk disemburkan dan diamankan di dalam lubang persembunyian. Kemudian belut betina akan segera meninggalkan lubang karena belut jantan menjadi sangat pemberang ketika menjaga telur-telurnya.
Jika dalam wadah budidaya, untuk mengetahui apakah induk sudah bertelur maka diadakan pemeriksaan terhadap induk. Jika dipermukaan kolam sudah terdapat gelembung-gelembung busa, berarti pemijahan akan segera dimulai. Agar memudahkan dalam penangkpan benih nantinya, bagian yang berbusa diberi tanda dengan menancapkan bambu atau kayu kecil. Busa ini akan hilang dalam waktu 10 hari. Itu berarti belut telah selesai kawin. Telur-telur yang dihasilkan akan menetas dalam waktu 10 hari kemudian.
Penetasan
Telur-telur belut di alam bebas dan wadah budidaya akan menetas 9-10 hari setelah dibuahi pada air dengan suhu antara 28-320C.  Anak belut yang menetas untuk sementara diasuh oleh induk jantan. Biasanya, dari 50-400 butir telur yang dibuahi hanya 100-200 diantaranya yang berhasil menetas. Jika di dalam kolam budidaya, telur yang telah berumur 5 hari harus segera dipindahkan dari induknya ke kolam pemeliharaan larva.
Pemeliharaan larva
Selain plankton dan jasad renik hasil pemupukan di kolam, larva belut dapat diberi makanan tambahan berupa kutu air,  jentik nyamuk, udang renik, pelet, atau kuning telur rebus. Udang renik bisa diperoleh dari kolam, genangan air, atau bak pengkulturan. Pelet harus ditumbuk terlebih dahulu sebelum diberikan. Kuning telur harus diremas-remas terlebih dahulu, tujuannya agar larva belut dapat dengan mudah memakannya.
Jumlah pakan yang diberikan untuk larva belut setiap harinya adalah 2% dari berat larva yang dipeihara dan diberikan selama 2 bulan.  Setelah 2 bulan benih tersebut dapat memakan bekicot yang dipotongpotong dan daging lainnya.

0 comments:

Post a Comment