Wednesday, November 4, 2015

MENGENAL MANFAAT CAULERPA

November 04, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Caulerpa sertularioides merupakan salah satu jenis alga hijau yang belum banyak dimanfaatkan (IPTEKnet 2006) dan termasuk dalam feather seaweed. Feather seaweed dilaporkan sebagai rumput laut yang dapat dimakan, mempunyai zat antibakteri, antijamur, antitumor dan bisa digunakan untuk terapi tekanan darah tinggi dan gondok (Ria 2003). Zat bioaktif adalah zat yang termasuk metabolit sekunder yang bersifat aktif secara biologi.
Contoh dari zat bioaktif adalah antimikroba yaitu suatu zat yang dapat membunuh mikroba seperti seperti bakteri, khamir dan kapang. Antimikroba dapat digunakan untuk industri pangan dan farmasi. Zat bioaktif tanaman antara lain dapat berasal dari golongan terpenoid, fenolik dan alkaloid (Vickery dan Vickery 1981) dan Mann (1987). Golongan fenolik yang bersifat bioaktif terutama dari golongan flavonoid terdiri dari kalkon, auron, flavanon, flavon, flavonol, flavanol dan isoflavonoid (Vickery dan Vickery 1981).
Anam (1999) menyatakan kandungan kimia Caulerpa sertularioides telah diteliti, lima senyawa telah diisolasi dari ekstrak n-heksana yaitu caulerpin, 0-sitosterol, asam palmitat dan dua senyawa lain yang diduga sebagai steroid dan hidrokarbon, sedangkan dari ekstrak etil asetat mengandung caulerpin dan siklotetradekana, serta dari ekstrak metanol diisolasi caulerpin dan suatu senyawa yang diduga hidrokarbon tidak jenuh. Caulerpa sp. merupakan salah satu jenis alga yang mengandung substansi toksin. Collins (1978) menyatakan zat caulerpisin dan caulerpin dapat diisolasi dari alga laut antara lain Caulerpa racemosa, Caulerpa sertularioides dan Caulerpa lentifera serta thallus Caulerpa sp. jika terluka menunjukkan warna jingga dan kemudian akan timbul tonjolan-tonjolan sehingga menyebabkan degenerasi dari bagian yang terluka karena adanya caulerpin pada sekitar luka tersebut.
Santoso et al. (2004) dalam penelitiannya mengenai aktivitas antioksidan pada beberapa rumput laut di Indonesia, menunjukkan Caulerpa sertularioides bersifat sebagai antioksidan dan ekstrak metanol dari Caulerpa sertularioides mengandung tiga macam catechin (flavanol) yaitu gallocatechin, epicatechin dan catechin gallat. Catechin merupakan hasil metabolit tanaman yang termasuk dalam famili flavonoid dan berfungsi sebagai antioksidan (Sahelian 2006). Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan dan berada dalam bentuk aglikon (tanpa gula terikat) maupun terikat pada gula sebagai glikosida (Harborne 1987). Adanya gula yang terikat pada flavonoid menyebabkan flavonoid mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida dan air. Flavonoid dalam tumbuhan berfungsi sebagai pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan antivirus (Robinson 1995 diacu dalam Santoso 1999).
PENGGUNAAN FORMALIN DALAM BUDI DAYA PERIKANAN
Di pengujung tahun 2005 dan memasuki tahun 2006 makanan yang mengandung formalin banyak dibicarakan di masyarakat. Bahkan, sejumlah produsen mi basah dan tahu, serta ikan mengaku mengalami penurunan penjualan 30 - 50 peren. Bahkan, kini sejumlah masyarakat mengaku kebingungan memilih makanan yang aman untuk dikonsumsi. Sementara langkah-langkah pemerintah untuk memberikan keterangan yang jelas tentang makanan yang mengandung formalin atau tidak belum tegas. Sejauh mana penggunaan formalin pada budi daya perikanan? Dan, sejauh mana dampak formalin bagi kesehatan?
Formalin merupakan sebuah terminologi generik yang mendeskripsikan adanya kandungan sebesar 37 persen formaldehide. Meski dianggap sebagai sebuah zat kimia yang sangat membahayakan kesehatan jika masuk ke dalam tubuh, formalin umum digunakan dalam perikanan. Namun dalam penggunaan formalin pada budi daya perikanan ini harus mengandung metanol sebesar 10-15 persen.
Dua produk berbahan dasar formalin sudah disetujui untuk dipakai dalam budi daya perikanan di Amerika Serikat. Produk-produk tersebut adalah Formalin-F yang dijual Natchez Animal Supply, Natchez, Missisipi, AS dan Paracide-F dipasarkan oleh Argent Chemical Laboratories, Redmond, Washington.
Kedua produk ini telah disetujui untuk digunakan dalam makanan ikan, seperti trout, salmon, catfish, bass bermulut besar, dan bluegill, sebagai bahan membunuh parasit.  Tidak ada waktu berlaku yang tercantum dalam kedua produk ini mengenai kapan waktu yang tepat untuk memanen ikan yang sudah mengkonsumsi makanan yang berformalin tersebut.
Tidak hanya dalam makanan ikan, formalin juga lazim digunakan untuk mandi bagi ikan-ikan yang sekiranya terkena infeksi parasit. Menurut berbagai penelitian, formalin ini sangat efektif untuk berbagai jenis protozoa, begitu juga dengan parasit yang jenisnya lebih besar. Formalin secara efektif mampu mematikan parasit yang ada pada kulit maupun sirip ikan.
Meski demikian, formalin ini tidak dianjurkan digunakan untuk mengobati bakteri eksternal atau infeksi jamur. Hanya formalin konsentrasi tinggi sering digunakan untuk mengontrol jamur pada telur ikan.
Setiap saat ikan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, kemungkinan terkena infeksi parasit sangat besar. Kemungkinan tersebarnya penyakit protozoa pada ikan ini bisa dieliminasi dengan memperlakukan ikan ketika masih berada dalam boks yang digunakan untuk memindahkan ikan tersebut dari media satu ke media lain. Idealnya hal ini dilakukan ketika ikan tersebut berada dalam perjalanan untuk dipindahkan. Guna memberikan pengobatan formalin pada ikan ketika masih di dalam boks, temperatur air yang ada dalam boks harus disamakan dengan temperatur air tempat ikan akan dipindahkan.
Formaldehide umum dikenal sebagai karsinogen. Penggunaan formalin dalam budi daya perikanan ini sebenarnya berbahaya bagi mereka yang memberikan zat tersebut pada ikan-ikan yang terkena parasit. Maka dari itu, pemberian formalin sebagai pengobatan terhadap ikan-ikan ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang menggunakan pelindung, seperti sarung tangan karet.
Pasalnya, formaldehide sangat beracun dan bisa menyebabkan berbagai efek yang membahayakan kesehatan jika manusia menghirup gas yang timbul dari formalin terlalu berlebihan. Umumnya manusia akan mengalami iritasi mata dan gangguan pernapasan jika menghirup gas formalin secara berlebihan. Beberapa orang juga sangat sensitif terhadap formalin karena terus-menerus bekerja menggunakan bahan kimia tersebut. Untuk orang-orang seperti ini dianjurkan agar menghindar dalam penggunaan bahan kimia beracun ini.
Di samping memiliki efek yang membahayakan bagi manusia, sebenarnya penggunaan formalin bagi budi daya perikanan juga akan membahayakan lingkungan akuatik. Setiap 5 mg/l formalin yang diaplikasikan menghilangkan oksigen sebesar 1 mg/l. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan penggunaan formalin dalam kolam sangat tidak direkomendasikan. Ketika diaplikasi ke air kolam, formalin yang merupakan algisida akan membunuh sebagian besar alga yang ada. Otomatis kondisi ini akan mereduksi produksi oksigen yang umumnya dilakukan alga melalui fotosintesis. Semakin minimnya oksigen yang tersedia dalam kolam bisa menyebabkan membusuknya alga yang sudah mati.
Meski berbahaya secara umum, tidak bisa dimungkiri pemanfaatan formalin sangat berguna dalam pengobatan. Terdapat dua cara yang dilakukan untuk pengobatan ini, yakni menaruh formalin dalam air tempat ikan dibudidayakan secara permanen dan menaruh formalin dalam jangka waktu tertentu. Untuk cara yang terakhir disebut ini, ikan akan ditaruh dalam air yang sudah dicampur formalin dalam jangka waktu yang pendek, sekitar 30 sampai 60 menit. Setelah itu ikan kembali ditaruh dalam air yang bersih.
Konsentrasi kimia yang digunakan tergantung dari periode waktu penggunaan terhadap ikan, temperatur air, dan kondisi ikan. Ikan yang sangat sakit tidak bisa mentoleransi pengobatan formalin dalam jumlah penuh yang dianjurkan. Ketika ikan sudah menunjukkan tanda stres, secepatnya ikan yang sakit tersebut harus ditaruh dalam air yang bersih dan tidak mengandung formalin.
Konsentrasi formalin yang layak digunakan untuk memandikan ikan yang terkena infeksi parasit sekitar 15 hingga 25 mg/liter. Sedangkan konsentrasi yang lebih rendah dari 15 mg/liter layak digunakan untuk pemanfaatan formalin dalam kolam. Konsentrasi yang lebih tinggi dari 25 mg/liter diaplikasikan untuk akuarium dan tangki.
Meskipun secara sejarahnya penggunaan formalin dalam mengontrol protozoa sudah terbukti, penggunaan zat kimia tersebut dalam kolam budi daya sangat tidak dianjurkan. Alasannya, penggunaan formalin akan sangat mahal dan jumlah besar sangat diperlukan walaupun luas kolam budi daya yang akan diisi relatif kecil. Selain itu seperti telah disebutkan, formalin secara efektif bisa mengurangi jumlah oksigen dalam air. Hal ini menyebabkan terjadinya penipisan oksigen yang tidak bisa dikontrol. (iah/berbagai sumber)

0 comments:

Post a Comment