Wednesday, February 25, 2015

MENGENAL UDANG GALAH (MACROBRACHIUM ROSENBERGII)

February 25, 2015 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan salah satu sumber daya ikan yang banyak dimanfaatkan. Udang galah mempunyai nilai ekonomis tinggi. Di Provinsi Riau, pasokan udang galah untuk memenuhikebutuhankonsumendidominansidarihasil tangkapan di perairan umum. Di Sungai Siak, udang galah dapat ditemukan di bagian hilir sampai hulu sungai.Utomo(2001)mengatakanbahwasiklushidup udang galah memerlukan dua habitat yaitu perairan air tawar dan payau. Udang galah tumbuh dewasa dankawindiperairantawar,dantelur menetassampai post larva berada di perairan payau.
Alat tangkap yang sering digunakan untuk menangkap udang galah oleh nelayan di perairan
SungaiSiak bagianhiliryaitusengkiraibilah(pot traps) , jala (cash net), pancing (hook), bubu gendang (pot) , dan rawai udang (shrimp long line). Rawai udang merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan. Untuk mengetahui teknik penangkapan udanggalahmenggunakanrawaiudang,makatahun 2007 telah dilakukan suatu pengamatan di Sungai Siak bagian hilir di Desa Valas, Kecamatan Air Hitam, ProvinsiRiau.Pengamatandilakukanempatkaliyaitu masing-masing dua kali pada musim penghujan (bulan September dan Oktober) dan dua kali pada musim kemarau (bulan Juni dan Agustus). Tujuan pengamatan adalah untuk mempelajari desain dan konstrusi rawai udang, cara pengoperasian rawai udang serta hasil tangkapan rawai udang di daerah pengamatan.
Udang galah adalah komoditi ikan air tawar yang bisa di pasarkan baik untuk keperluan didalam ataupun luar negeri. ukurannya mulai 100 gr s. d. 200 gr per ekor. apalagi udang yang tertangkap diperairan umum bisa meraih 300 gr per ekor. udang galah bisa dipelihara di kolam-kolam oleh beberapa pembydidaya udang, baik dengan polikultur ataupun monokultur dengan biaya yang cukup rendah hingga bisa menambah pendapatan pembudidaya.
POKOKBAHASAN
Lokasi Penangkapan
Hasil pengamatandengan menggunakanalat global positioning system menunjukanbahwanelayanDesa Valas,ProvinsiRiaumelakukanpenangkapanudang galahmenggunakanrawaidiSungaiSiakadalahpada daerah dengan posisi 00.33.124 LU-101.24.007 BT dan sekitarnya yang diambil dari Google Earth tahun 2007 (Gambar 2). Lokasi ini merupakan bagian hilir dari Sungai Siak yang dipengaruhi fluktuasi pasang surut air laut.
1-4
Konstruksi Rawai Udang
Satu unit alat tangkap rawai udang galah yang dioperasikannelayanDesaValasdiSungaiSiakterdiri atas tiga bagian utama yaitu tiang bambu atau unjar, tali utama, dan paku sebagai pengait umpan. Tiang bambu mempunyai Ø 8-10 cm dan panjang 3-4 m atau tergantung kedalaman perairan sungai. Tali utama terbuat dari bahan serat rosela atau sejenis serat sebagai bahan utama karung goni diameter tali 3 mm dan panjang tali 50 m dan paku baja ukuran 2 inci.Sebanyak 48buahpaku dikaitkan sepanjangtali cabangyangsatudenganlainnya1m.Pakuberfungsi untuk mengkaitkan umpan yaitu potongan kelapa ukuran3x3cm.Rawaiudanggalahyangdioperasikan nelayan Desa Valas di Sungai Siak tidak dilengkapi mata pancing sebagaimana konstruksi rawai pada umumnya. Salah satu bagian terpenting pada kontruksi rawai adalah mata pancing (Latief & Wijopriono, 1993; Wudianto et al., 1995; Susanto et al., 1988). Fungsi pancing digantikan dengan paku yang berfungsi sebagai pengait umpan. Gambar 3 konstruksi alat tangkap rawai udang galah di Sungai Siak. Konstruksi demikian menunjukan bahwa rawai udang tergolong alat tangkap yang khas.
Selainalat tangkaptersebutdi atas,perlengkapan lain yang diperlukan pada rawai udang galah adalah serok/seser atau disebutsanggi yang berguna untuk menangkapudangyangtelahmemakanumpanrawai. Wahanayangdigunakanuntukmengoperasikanrawai udang galah di Sungai Siak adalah perahu dayung ukuran pxlxd (6,0x0,8x0,5) m.
Cara Pengoperasian Bubu Udang
Rawai udang galah di Sungai Siak dioperasikan pada malam hari setelah matahari terbenam. Rawai pasang di tepi sungai dengan jarak 2 m dari pinggir sungaidengan kedalamanair1-3m. Rawaidipasang sejajar arah aliran sungai yaitu dari hulu ke hilir.
Bagianrawaiyangpertamadipasangadalahduatiang bambu(unjar)dengancaraditancapkansecaravertikal padadasarperairan.Pemasangantiangbambuberdiri kokoh untuk mengantisipasi terjangan arus aliran sungai. Jarak antar tiang sekitar 50 m. Selanjutnya dipasangtaliutamayangtelahdikaitipakudanumpan potongan kelapa. Tali utama dipasang dengan cara mengikatkan salah satu ujungnya pada satu tiang bambu (unjar) dan ujung lainnya pada unjar lainnya yangtelahdipasangsebelumnya.Taliutamadiikatkan secara strike pada tiang-tiang bambu (unjar) 50-60 cm di bawah permukaan air sungai.
Setelahrawaiterpasang, makapengambilanhasil tangkapan udang dilakukan setiap sekiran 30 menit sekali. Udang yang telah memakan umpan tidak cepat-cepat melepaskan diri dan kesempatan tersebut digunakan nelayan untuk menangkapnya dengancara menyeroknyadenganseser atausanggi yang telah disediakan. Setiap 30 menit nelayan mendekatisetiapumpanyangterkaitpakusepanjang tali utama dengan menggunakan perahu dayung. Udang yang tertangkap disimpan dalam keadaan hidupdengancaramemasukankedalam wadahyang berisi air tawar bersih dengan jumlah yang cukup. Hanya udang ukuran dewasa yang diambil, udang ukuran kecil yangmudadikembalikan lagi kesungai. Penangkapan udang galah dengan rawai udang tergolong metode penangkapan yang selektif dan ramahlingkungan karena hanyaudang dewasayang ditangkap.
Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan udang galah memakai rawai udang di Sungai Siak dapat dilihat pada Tabel 1, 2, 3 dan4.BulanJuni2007hasiltangkapansatuunitrawai udang 142 kg yang terdiri atas 55 kg kategori udang induk dan 87 kg kategori udang dewasa. Bulan Agustus 2007 hasil tangkapan satu unit rawai udang 145 kg yang terdiri atas 65 kg kategori udang induk dan80kgkategoriudangdewasa.Penangkapanbulan JunidanAgustusmewakilipenangkapanpadamusim penghujan. Bulan September 2007 hasil tangkapan satu unit rawai udang 136 kg yang terdiri atas udang induk ukuran kisaranpanjang15-30cm sebanyak 51 kg dan udang dewasa ukuran panjang 85 kg. Bulan Oktober 2007 hasil tangkapan satu unit rawai udang 135 kg yang terdiri atas 52 kg kategori udang induk dan 83 kg kategori udang dewasa. Kedua bulan tersebut mewakili penangkapan pada musim kemarau. Jika dilihat dari jumlahnya hasil tangkapannya,penangkapanpadamusim penghujan jumlahnya lebih besar dibanding pada musim kemarau.
Penangkapan Udang Galah .......... Bagian Hilir, Provinsi Riau (Bahri, S. & A. Saiyani)
Tabel 1. Hasil tangkapan udang galah di Sungai Siak, bulan Juni 2007
No.    Kisaran ukuran panjang (cm)    Jumlah (kg)    Keterangan
1.
2.
3.    15-30
10-15
0    55
87
0    Kategori induk udang
Kategori udang dewasa
Kategori udang muda/juwana
    Jumlah    142   
Tabel 2. Hasil tangkapan udang galah di Sungai Siak, bulanAgustus 2007

No.    Kisaran ukuran panjang (cm)    Jumlah (kg)    Keterangan
1.    15-30
2.    10-153.    0    65
80
0    Kategori induk udang
Kategori udang dewasa
Kategori udang muda/juwana
Jumlah    145   
Tabel 3. Hasil tangkapan udang galah di Sungai Siak, bulan September 2007

No.    Kisaran ukuran panjang (cm)    Jumlah (kg)    Keterangan
1.    15-30
2.    10-153.    0    51
85
0    Kategori induk udang
Kategori udang dewasa
Kategori udang muda/juwana
Jumlah    136   
Tabel 4. Hasil tangkapan udang galah di Sungai Siak, bulan Oktober 2007

No.    Kisaran ukuran panjang (cm)    Jumlah (kg)    Keterangan
1.
2.
3.    15-30
10-15
0    52
83
0    Kategori induk udang
Kategori udang dewasa
Kategori udang muda/juwana
Jumlah        135   
KESIMPULAN
1.    Rawai udang untuk menangkap udang galah di SungaiSiak tergolongalattangkapikanyangkhas karenatidak dilengkapimatapancing.Fungsimata pancing digantikan oleh paku sebagai pengait umpan.
2.    Rawaiudangmerupakanalattangkapyangselektif dan ramah lingkungan untuk mengeksploitasi udang galah di Sungai Siak. Karena alat tangkap ini hanya menangkap udang galah kategori induk dan dewasa dan tidak menangkap udang muda atau juwana.
3.    Hasiltangkapanudanggalahdengan rawaiudang di Sungai Siak pada musim penghujan lebih banyak dibanding pada musim kemarau.
PERSANTUNAN
Makalah ini merupakan hasil dari kegiatan penelitian karakteristik habitat, identifikasi dan domestikasiikanBelidadiPerairanUmum Indonesia. T.A.2006.BalaiPenelitianPerikananPerairanUmumPalembang.
DAFTARPUSTAKA
Latief, H. H. & Wijopriono. 1993. Pengamatan terhadapbeberapaaspek operasionalrawaidasar di Juwana, Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.(81): 29-39.
Susanto, K., C. Nasution, & T. Harifi. 1988. Penggunaanmutepadarawaidasarkonvensional. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. (49): 61-73.
1-4
Utomo, A. D. 2001. Ruaya dan pertumbuhan udang galah (Macrobrachium roserbergii) di Sungai Lempuing Sumatera Selatan. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 pp.
Wudianto, Mahiswara, & M. Linting. 1995. Pengaruh ukuran mata pancing rawai dasar terhadap hasil tangkapan. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. (1): 5867.

0 comments:

Post a Comment