Ketajaman
penglihatan ikan tergantung dari dua faktor yaitu diameter lensa dan kapadatan
sel kon pada retina. Diameter lensa mata ikan berbanding lurus dengan ukuran
panjang tubuh ikan yang artinya semakin panjang tubuh ikan maka diameter lensa
mata ikan akan bertambah pula. Hal ini terjadi karena diameter lensa mata ikan
yang ikut bertambah mengakibatkan gambar suatu objek yang melalui lensa mata
menuju retina akan semakin cepat, karena nilai sudut pembeda terkecil semakin
kecil (Giovani, 2003). Hubungan antara panjang total dan kepadatan sel kon
adalah berbanding terbalik, dimana semakin besar ukuran panjang tubuh ikan maka
kepadatan sel konnya akan semakin menurun (Purbayanto 1999).
Jarak
pandang maksimum yang dimiliki ikan akan semakin meningkat dengan semakin
besarnya ukuran diameter objek benda yang dilihat dan semakin meningkatnya
ukuran panjang tubuh ikan. Artinya bahwa dengan ukuran panjang tubuh yang
semakin besar maka kemampuan ikan untuk dapat mendeteksi adanya benda
dihadapannya akan semakin jauh.
Sumbu penglihatan dapat ditentukan setelah
nilai kepadatan sel kon tiap bagian dari retina mata ikan diketahui, yaitu
dengan cara menarik garis lurus melalui lensa mata. Lensa mata ikan mengikuti
aturan dasar fisik pembengkokan cahaya sampai benda yang diketahuinya memberi
strategi untuk selanjutnya dianalisis. Bentuk lensa mata ikan bulat dan
pergerakkannya mirip dengan prinsip kerja dari lensa kamera (Razak et al,
2005).
Berdasarkan
hasil perhitungan kepadatan sel kon dan konfigurasi kontur pada peta kontur diketahui bahwa kontur
kepadatan sel kon terletak pada daerah
dorso-temporal untuk ikan beronang dan ikan kakap ventro-temporal sehingga arah
pandang ikan menunjukkan perubahan diopter ke arah depan turun untuk beronang,
ke arah depan naik untuk kakap. Menurut Tamura (1957) bahwa jenis ikan yang
memperoleh makanannya dengan terlebih dahulu memburu mangsanya, maka pada
umumnya mereka mempunyai pengkonsentrasian sel kon pada bagian dorso-temporal
atapun ventro-temporal retina matanya.
Kepadatan sel kon pada bagian ventro-temporal retina mata ikan ikan
kakap sama halnya dengan kepadatan sel kon ikan gulamah (Argyrosomus
emoyensisi) (Agustini, 2005) yang juga merupakan jenis ikan pemangsa
(predator). Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) mempunyai badan bulat putih
memanjang dengan sirip punggung dapat mencapai 20 cm. Umumnya 25-100 cm,
gepeng, batang sirip ekor lebar, mulut lebar, sedikit serong dan gigi-giginya
halus. Ikan kakap merah mempunyai bagian bawah penutup insang yang berduri kuat
dan bagian atas penutup insang terdapat cuping bergerigi.Bagian punggung
warnanya mendekati keabuan, putih perak bagian bawah dan dengan sirip-sirip
berwarna abu-abu gelap.Ikan kakap merah termasuk ikan buas, makanannya
ikan-ikan kecil dan crustacea.Ikan kakap merah hidup di perairan pantai, muara
sungai,Klasifikasi ikan kakap merah (Lutjanus sp.) (Saanin 1968) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Lutjanidae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus sp.Menurut Barus et al.
(1991), produktivitas nelayan yang rendah umumnya disebabkan oleh rendahnya
keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu
yang masih sederhana, sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan
penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat
berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan akhirnya
berpengaruh juga pada tingkat kesejahteraannya.
KAKAP
MERAH
NAMA
LAIN : Red Snapper, North
American, Genuine Red, Pargo Colorado
JENIS : Lutjanus Campechanus
UKURAN : Rata-rata 4-10 kg, dapat
mencapai 20 kg lebih
REKOR
DUNIA : 50 pounds
KARAKTER
Ikan
petarung yang gigih dengan menggunakan kekuatannya, taktik dengan menggoyangkan
kepalanya daripada berenang terus menerus.Agar pemanfaatan sumberdaya ikan
dengan alat tangkap memperoleh hasil yang optimum, maka perlu diperhatikan
beberapa aspek, seperti aspek biologi, teknis maupun ekonomi. Aspek biologi
terkait dengan sumberdaya ikan, termasuk faktor lingkungan. Aspek teknis
menyangkut peralatan dan teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya ikan, berupa
alat tangkap, armada penangkapan, alat pendeteksi ikan dan sarana penangkapan
lain, sedangkan aspek ekonomi menyangkut modal yang dikeluarkan dalam upaya
pengembangan perikanan tersebut (Kurniawati, 2005).
Menurut
Dahuri (2000), tingkat pemanfaatan ikan demersal di wilayah Laut Cina Selatan
yang berbatasan langsung dengan Propinsi Kalimantan Barat baru mencapai 42,8%
dengan peluang pengembangan sebesar 47,2% dari potensi sebesar 655,65 ribu
ton/tahun. Hal ini berarti bahwa Propinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu
wilayah perairan yang termasuk kategori masih potensial untuk ditingkatkan
produksinya (Widodo et al., 1998).
Ikan
kakap merah atau red snapper merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting
dan tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Pontianak. Ikan ini telah cukup lama
dimanfaatkan sebagai salah satu produk perikanan dan sejak tahun 1999/2000
merupakan ikan kelas 1 (satu) di Kabupaten Pontianak karena pangsa pasar yang
luas namun produksinya kecil sehingga pemanfaatannya akan terus ditingkatkan
untuk mendukung ekspor maupun kebutuhan lokal.
Keragaan
alat tangkap dalam memanfaatkan ikan kakap merah di Kabupaten
Pontianak
cukup beragam, terdiri dari rawai hanyut, rawai tetap dan bubu (Dinas
Perikanan
dan Kelautan, 2006). Kecamatan Mempawah Hilir merupakan salah satu Kecamatan di
Kabupaten Pontianak yang melakukan penangkapan ikan kakap merah dengan
menggunakan bubu, baik bubu bambu maupun bubu jaring. Dahulu, pengoperasian
kedua jenis alat tangkap ini menggunakan pecahan piring berwarna putih susu
sebagai pemikat ikan untuk masuk ke dalam bubu. Namun sekarang, pecahan piring
tersebut sudah tidak digunakan lagi, sehingga pengoperasian kedua jenis alat
tangkap ini tanpa menggunakan umpan. Meskipun demikian, ikan yang tertangkap
cukup beragam dan merupakan ikan ekonomis penting, seperti Lutjanus sp,
Lutjanus johni, Pomadasys sp, Plectropoma leopardus, Panulirus sp, Cheilinus
undulatus, dan lain-lain.
Selain
itu, pada pengoperasian untuk menangkap ikan kakap merah, bubu bambu direndam
selama empat hari sedangkan bubu jaring direndam selama tiga hari. Hingga saat
ini, belum diketahui berapa lama perendaman yang efektif untuk menangkap ikan
kakap merah diantara kedua jenis bubu dan apakah usaha perikanan bubu di
Mempawah Hilir masih memberikan keuntungan atau telah mengalami kerugian. Hal
ini perlu diketahui, karena selama ini usaha perikanan bubu di Mempawah Hilir
dijalankan lebih kepada tradisi, belum memperhitungkan faktor ekonomi. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini juga dihitung nilai Return-Cost Ratio untuk
menentukan usaha perikanan bubu yang menguntungkan di Mempawah Hilir.
Hasil
pengamatan yang dilakukan oleh Bennet (1974) dalam Krouse (1988), menjelaskan
bahwa ada hubungan antara durasi waktu saat setting dimulai sampai hauling, dan
hal ini sangat berkaitan dengan pengaruh lama perendaman alat tangkap terhadap
hasil tangkapan rata-rata dari spesies yang menjadi target tangkapan.
Penelitian Anung dan Barus (2000), pada bubu dengan mulut dua yang di rendam
selama satu hari di Selat Sunda memberikan hasil tangkapan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan bubu dengan mulut satu dan dua yang di rendam selama tiga
hari, dengan umpan ikan pelagis (banyar) dan ikan demersal (remang).
Ikan
kakap merupakan ikan dasar yang selalu berkelompok menempati karang, tandes
atau rumpon Bentuk tubuhnyanya bulat pipih memanjang dengan mempunyai sirip di
bagian punggung.Di bawah perut juga
terdapat
sirip.Di bagian dekat anal juga terdapat sirip analnya.Sebagai ikan penguasa
karang, ikan kakap dilengkapi dengan gigi untuk mengkoyak mangsanya.Karakternya
dalam menyergap mangsanya, ikan kakap biasanya bersembunyi di balik karang atau
rumpon dan mengambil lokasi tepat di muka arus. Ketika ada makanan apa saja
yang hanyut langsung disergapnya untuk mengisi perutnya. Ikan-ikan yang paling
besar di kawasanya selalu berada paling depan untuk memburu makanan, sedangan
yang ukuran sedang memilih ‘sisa-sisa’ setelah yang besar puas makan. Maka
janganlah heran bila memancing ikan kakap merah, bila pertama kali pancingan
putus, ikan kakap yang besar akan kabur dan panik lantas diikuti dengan kawan
ikan yang lebih kecil untuk bersembunyi. Kejadian ini oleh mania mancing sering
disebut dengan cara guyonan si kakap manggil ‘kodim’ alias ‘komandan
distrik-nya’ untuk kabur.Karakternya yang suka menyergap mangsa dari balik batu
karang tempat persembunyiannya lalu kembali bersembunyi itulah, membuat ada
ungkapan peribahasa soal penjahat kelas kakap, alias memangsanya tidak
tanggung-tanggung. Ikan kembung, como, tembang, cumi utuh bisa dicaploknya
sekaligus. Cara makannya pun tergolong unik.Ikan ini tidak menyergap namun
menghisap dengan mulut lebarnya.Penelitian-penelitian tentang alat tangkap bubu
dalam operasi penangkapan yang telah dilakukan, antara lain: pengaruh kedalaman
dan kontur dasar perairan terhadap hasil tangkapan kakap merah (Lutjanus
malabaricus) (Urbinas, 2004); pengaruh kedalaman pemasangan bubu terhadap hasil
tangkapan kakap merah (Lujanus sanguineus) (Nurhidayat, 2002); selektivitas
ukuran ikan kakap (Lutjanus sp.) pada bubu yang dilengkapi dengan celah
pelolosan (escaping gaps) (Tirtana, 2003); uji coba alat tangkap bubu dengan
ukuran mesh size berbeda (Ariefandi, 2005); pengaruh penggunaan jenis umpan
terhadap hasil tangkapan ikan karang pada alat tangkap bubu (traps) (Mawardi,
2001); pengoperasian bubu dengan umpan dan konstruksi funnel yang berbeda
terhadap hasil tangkapan ikan laut dalam (Susanto, 2006) dan studi tentang
pengaruh pemasangan leader net terhadap hasil tangkapan dan tinjauan tingkah
laku ikan karang pada alat tangkap bubu sayap (Mawardi, 1998).
0 comments:
Post a Comment