Penyakit
pada ikan nila dan pengobatannya :
1
. Penyakit bintik putih
Penyebab penyakit bintik putih adalah protozoa incthyrius multifilis.
Faktor penyebab penyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu
rendah, pakan yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit
bintik putih. Penularan penyakit ini dapat melalui air atau kontak langsung
antar ikan.
Pengendalian serangan penyakit
bintik putih adalah dengan menggunakan peralatan yang bersih dan steril,
mempertahankan kualitas air tetap baik, dan mempertahankan suhu air agar tidak
kurang dari 28oC. Jika jumlah ikan yang sudah terserang penyakit ini sedikit,
ikan dicelupkan di dalam larutan garam dapur sebanyak 1-3 g/100 cc air selama
5-10 menit, atau Methylene Blue (MB 1%) sebanyak 1 gr dilarutkan di dalam 100
cc air. Ambil 2-4 cc larutan tersebut dan encerkan kembali di dalam 4 liter
air. Ikan yang sakit selanjutnya direndam di dalam larutan tersebut selama 24
jam. Perendaman dilakukan 3-5 kali dengan selang waktu satu hari.
2
. Penyakit penducle
Penyakit ini sering disebut dengan
penyakit air dingin (cold water descareases) yang biasa terjadi pada suhu 16oC.
Penyebabnya adalah bakteri flexbacter psychropahila yang berukuran sekitar enam
micron. Ikan yang terserang penyakit ini tampak lemah, tidak mempunyai nafsu
makan, dan muncul borok atau nekrosa pada kulit secara perlahan.
Pengobatan dilakukan dengan cara
merendam ikan nila yang sakit di dalam larutan Oxytetracycline 10 ppm selama 30
menit (100mg/l). Pengobatan juga dapat dilakukan melalui makanan yang dicampur
dengan Sulfixazole. Dosis yang digunakan adalah 100 mg Sulfixazole untuk setiap
1 kg berat ikan. Pencampuran dilakukan dengan cara mengencerkan Sulfixazole di
dalam 15 cc air dan menyemprotkannya ke pakan. Pakan tersebut kemudian
dianginkan. Setelah kering, pakan diberikan berturut-turut selama 10-20 hari.
3
. Penyakit edward siella
Penyebabnya adalah bakteri Edward
siella yang berukuran 0,5-0,75 mikron. Jika sudah terinfeksi penyakit ini, akan
muncul luka kecil pada kulit dan daging ikan, disertai dengan perdarahan. Luka
tersebut akan menjadi bisul dan mengeluarkan nanah (absees). Serangan lebih
lanjut dapat menyebabkan luka pada hati dan ginjal.
Pengobatan dapat dilakukan dengan
mencampur Sulfamerazine ke dalam pakan. Dosis yang digunakan adalah 100-200 mg
Sulfamerazine untuk setiap 1 kg berat ikan. Sufamerazine diencerkan di dalam 1
m3 air bersih dan disemprotkan ke pakan. Pakan dianginkan hingga kering dan
diberikan kepada ikan berturut-turut selama tiga hari.
4
. Penyakit gatal
Penyakit yang sering menyerang
benih ikan ini disebabkan oleh Trichodina sp. Bagian tubuh yang diserang adalah
kulit, sirip, dan insang. Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan ikan
yang lemah dan sering menggosok-gosokkan ke benda ke benda keras di dinding
wadah.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan
dengan mengurangi kepadatan tebar ikan dan menjaga kebersihan wadah
pemeliharaan. Ikan yang sakit diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan
formalin 150-200 ml/m3 air atau 150-200 ppm selama 15 menit. Bisa juga direndam
di dalam larutan Malachyte Green Oxalate (MGO) 19 gram/m3 air selama 24 jam.
5
. Penyakit lerneae
Penyebab penyakit ini adalah udang
renik (Lerneae sp). Gejala yang tampak adalah munculnya parasit yang menempel
di tutup insang, sirip, dan mata ikan. Parasit ini menyerang ikan dengan cara
menusukkan tubuhnya, seperti sedang menyuntikkan jarum. Bentuk tubuhnya mirip
kail pancing dan dapat dilihat dengan mata biasa, tanpa bantuan mikroskop.
Cara penanggulangannya adalah
dengan merendam ikan nila yang sakit di dalam 250 cc formalin yang diencerkan
di dalam 1 m3 air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit dan diulang
sebanyak tiga kali selama tiga hari. Penanggulangan secara mekanis dilakukan
dengan cara mengankat tubuh ikan yang sakit secara hati-hati, kemudian
menggunting parasit yang menancap di tubuh ikan tersebut. Lakukan dengan
hati-hati agar tidak menimbulkan luka baru pada tubuh ikan yang sakit.
6
. Penyakit kutu ikan (argulus)
Penyebab penyakit ini adalah Argulus
sp, yang termasuk golongan udang renik. Parasit penghisap darah ini sering
dijumpai menempel pada insang, kulit, dan sirip ikan yang sakit. Gejalanya
adalah tubuh ikan menjadi kurus, nafsu makan berkurang, dan muncul bercak merah
di tubuhnya. Jika penyakit ini diabaikan, ikan akan mati karena darahnya terus
dihisap oleh parasit.
Pengobatan penyakit ini dilakukan
dengan mencelupkan ikan yang sakit ke dalam larutan garam (NaCl) dengan takaran
20 gram/liter air selama lima menit atau pada garam ammonia (NH4Cl)
sebanyak 12,3 gram/liter air selama 5-10 menit.
Penyebaran penyakit ini dapat
dicegah dengan cara pengapuran kolam. Awalnya, kolam dikeringkan. Setelah kolam
benar-benar kering, kapur ditabur dengan takaran 200 gram/m3 luas kolam.
Pemupukan dalam pemeliharaan ikan
nila sangat penting untuk kesuburan kolam. Kolam yang subur mengandung beragam
jenis dan ukuran pakan alami dalam jumlah banyak. Pakan alami ini sangat
penting dan bermanfaat terutama bagi larva yang memang organ tubuhnya belum
terbentuk sempurna. Adanya pakan alami ini menyebabkan larva dapat hidup dengan
baik dan tumbuh dengan cepat.
Gizi pakan alami lebih komplit dan
seratnya lebih halus dibanding pakan tambahan. Untuk dapat mendukung
pertumbuhan larva atau ikan sebaiknya di dalam kolam ditumbuhi pakan alami yang
harus memenuhi beberapa persyaratan di antaranya ialah :
1).Ukurannya
kecil (lebih kecil dari bukaan mulut larva atau ikan),
2).Gizinya
tinggi dan mudah dicerna,
3).Dapat
bergerak, terapung, dan tersuspensi,
4).Mudah
dibudidayakan dalam jumlah besar,
5).Dapat
dibudidayakan dengan biaya murah, serta,
6).Merupakan
pemanfaatan sumber daya alam sekitar.
Salah satu cara untuk menyuburkan
kolam dengan pemupukan. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik maupun
anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan atau
dedaunan, sedangkan pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat dengan
komposisi bahan kimia tertentu. Kandungan nutrien pupuk organik lebih komplit
dibanding pupuk anorganik.
Pupuk organik dari hewan (ternak)
yang dapat dipilih meliputi kotoran ayam, kotoran kerbau, kotoran kambing,
kotoran puyuh, dan kotoran sapi. Dosisnya antara 500-1.000 g/m2 dan diberikan
dengan cara disebar ke seluruh bagian dasar kolam. Untuk pupuk organik dari
dedaunan yang dapat dipilih meliputi daun kipahit, petai cina, dadap solo,
dadap laut, orak-orak, waru, jarong, herendong, kadoya, pingku, dan daun
harerang.
Selain pupuk organik, sebaiknya
kolam perlu diberi pupuk anorganik. Beberapa jenis pupuk anorganik yang dapat
digunakan adalah Urea, SP-36, NPK, dan ZA. Dosis masing-masing pupuk 25 g/m2.
Pemberiannya pun dengan cara disebar ke dasar kolam.
Setelah diberi pupuk, pada hari
yang sama kolam diairi hingga mencapai ketinggian tiga perempat bagian kolam.
Bila ketinggian air sudah mencapai yang diinginkan, aliran air ke kolam dapat
dihentikan.
Kesuburan kolam akan meningkat,
kalau bubur lumpur di dasar kolam sudah cukup tebal, lebih kurang 10 cm. Lumpur
yang lebih tebal daripada 10 cm, akan menggangu kehidupan jasad renik, makanan
alami ikan nila.
0 comments:
Post a Comment