Thursday, August 14, 2014

BUDIDAYA MENGGAPAI KEBERHASILAN BUDIDAYA NILA

August 14, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Penyakit pada ikan nila dan pengobatannya :
1 . Penyakit bintik putih
            Penyebab penyakit bintik putih adalah protozoa incthyrius multifilis. Faktor penyebab penyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih. Penularan penyakit ini dapat melalui air atau kontak langsung antar ikan.
            Pengendalian serangan penyakit bintik putih adalah dengan menggunakan peralatan yang bersih dan steril, mempertahankan kualitas air tetap baik, dan mempertahankan suhu air agar tidak kurang dari 28oC. Jika jumlah ikan yang sudah terserang penyakit ini sedikit, ikan dicelupkan di dalam larutan garam dapur sebanyak 1-3 g/100 cc air selama 5-10 menit, atau Methylene Blue (MB 1%) sebanyak 1 gr dilarutkan di dalam 100 cc air. Ambil 2-4 cc larutan tersebut dan encerkan kembali di dalam 4 liter air. Ikan yang sakit selanjutnya direndam di dalam larutan tersebut selama 24 jam. Perendaman dilakukan 3-5 kali dengan selang waktu satu hari.
2 . Penyakit penducle
            Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingin (cold water descareases) yang biasa terjadi pada suhu 16oC. Penyebabnya adalah bakteri flexbacter psychropahila yang berukuran sekitar enam micron. Ikan yang terserang penyakit ini tampak lemah, tidak mempunyai nafsu makan, dan muncul borok atau nekrosa pada kulit secara perlahan.
            Pengobatan dilakukan dengan cara merendam ikan nila yang sakit di dalam larutan Oxytetracycline 10 ppm selama 30 menit (100mg/l). Pengobatan juga dapat dilakukan melalui makanan yang dicampur dengan Sulfixazole. Dosis yang digunakan adalah 100 mg Sulfixazole untuk setiap 1 kg berat ikan. Pencampuran dilakukan dengan cara mengencerkan Sulfixazole di dalam 15 cc air dan menyemprotkannya ke pakan. Pakan tersebut kemudian dianginkan. Setelah kering, pakan diberikan berturut-turut selama 10-20 hari.
3 . Penyakit edward siella
            Penyebabnya adalah bakteri Edward siella yang berukuran 0,5-0,75 mikron. Jika sudah terinfeksi penyakit ini, akan muncul luka kecil pada kulit dan daging ikan, disertai dengan perdarahan. Luka tersebut akan menjadi bisul dan mengeluarkan nanah (absees). Serangan lebih lanjut dapat menyebabkan luka pada hati dan ginjal.
            Pengobatan dapat dilakukan dengan mencampur Sulfamerazine ke dalam pakan. Dosis yang digunakan adalah 100-200 mg Sulfamerazine untuk setiap 1 kg berat ikan. Sufamerazine diencerkan di dalam 1 m3 air bersih dan disemprotkan ke pakan. Pakan dianginkan hingga kering dan diberikan kepada ikan berturut-turut selama tiga hari.
4 . Penyakit gatal
            Penyakit yang sering menyerang benih ikan ini disebabkan oleh Trichodina sp. Bagian tubuh yang diserang adalah kulit, sirip, dan insang. Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan ikan yang lemah dan sering menggosok-gosokkan ke benda ke benda keras di dinding wadah.
            Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kepadatan tebar ikan dan menjaga kebersihan wadah pemeliharaan. Ikan yang sakit diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan formalin 150-200 ml/m3 air atau 150-200 ppm selama 15 menit. Bisa juga direndam di dalam larutan Malachyte Green Oxalate (MGO) 19 gram/m3 air selama 24 jam.
5 . Penyakit lerneae
            Penyebab penyakit ini adalah udang renik (Lerneae sp). Gejala yang tampak adalah munculnya parasit yang menempel di tutup insang, sirip, dan mata ikan. Parasit ini menyerang ikan dengan cara menusukkan tubuhnya, seperti sedang menyuntikkan jarum. Bentuk tubuhnya mirip kail pancing dan dapat dilihat dengan mata biasa, tanpa bantuan mikroskop.
            Cara penanggulangannya adalah dengan merendam ikan nila yang sakit di dalam 250 cc formalin yang diencerkan di dalam 1 m3 air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit dan diulang sebanyak tiga kali selama tiga hari. Penanggulangan secara mekanis dilakukan dengan cara mengankat tubuh ikan yang sakit secara hati-hati, kemudian menggunting parasit yang menancap di tubuh ikan tersebut. Lakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan luka baru pada tubuh ikan yang sakit.
6 . Penyakit kutu ikan (argulus)
            Penyebab penyakit ini adalah Argulus sp, yang termasuk golongan udang renik. Parasit penghisap darah ini sering dijumpai menempel pada insang, kulit, dan sirip ikan yang sakit. Gejalanya adalah tubuh ikan menjadi kurus, nafsu makan berkurang, dan muncul bercak merah di tubuhnya. Jika penyakit ini diabaikan, ikan akan mati karena darahnya terus dihisap oleh parasit.
            Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan mencelupkan ikan yang sakit ke dalam larutan garam (NaCl) dengan takaran 20 gram/liter air selama lima menit atau pada garam ammonia (NH4Cl) sebanyak 12,3 gram/liter air selama 5-10 menit.
            Penyebaran penyakit ini dapat dicegah dengan cara pengapuran kolam. Awalnya, kolam dikeringkan. Setelah kolam benar-benar kering, kapur ditabur dengan takaran 200 gram/m3 luas kolam.
            Pemupukan dalam pemeliharaan ikan nila sangat penting untuk kesuburan kolam. Kolam yang subur mengandung beragam jenis dan ukuran pakan alami dalam jumlah banyak. Pakan alami ini sangat penting dan bermanfaat terutama bagi larva yang memang organ tubuhnya belum terbentuk sempurna. Adanya pakan alami ini menyebabkan larva dapat hidup dengan baik dan tumbuh dengan cepat.
            Gizi pakan alami lebih komplit dan seratnya lebih halus dibanding pakan tambahan. Untuk dapat mendukung pertumbuhan larva atau ikan sebaiknya di dalam kolam ditumbuhi pakan alami yang harus memenuhi beberapa persyaratan di antaranya ialah :
1).Ukurannya kecil (lebih kecil dari bukaan mulut larva atau ikan),
2).Gizinya tinggi dan mudah dicerna,
3).Dapat bergerak, terapung, dan tersuspensi,
4).Mudah dibudidayakan dalam jumlah besar,
5).Dapat dibudidayakan dengan biaya murah, serta,
6).Merupakan pemanfaatan sumber daya alam sekitar.
            Salah satu cara untuk menyuburkan kolam dengan pemupukan. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan atau dedaunan, sedangkan pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat dengan komposisi bahan kimia tertentu. Kandungan nutrien pupuk organik lebih komplit dibanding pupuk anorganik.
            Pupuk organik dari hewan (ternak) yang dapat dipilih meliputi kotoran ayam, kotoran kerbau, kotoran kambing, kotoran puyuh, dan kotoran sapi. Dosisnya antara 500-1.000 g/m2 dan diberikan dengan cara disebar ke seluruh bagian dasar kolam. Untuk pupuk organik dari dedaunan yang dapat dipilih meliputi daun kipahit, petai cina, dadap solo, dadap laut, orak-orak, waru, jarong, herendong, kadoya, pingku, dan daun harerang.
            Selain pupuk organik, sebaiknya kolam perlu diberi pupuk anorganik. Beberapa jenis pupuk anorganik yang dapat digunakan adalah Urea, SP-36, NPK, dan ZA. Dosis masing-masing pupuk 25 g/m2. Pemberiannya pun dengan cara disebar ke dasar kolam.
            Setelah diberi pupuk, pada hari yang sama kolam diairi hingga mencapai ketinggian tiga perempat bagian kolam. Bila ketinggian air sudah mencapai yang diinginkan, aliran air ke kolam dapat dihentikan.
            Kesuburan kolam akan meningkat, kalau bubur lumpur di dasar kolam sudah cukup tebal, lebih kurang 10 cm. Lumpur yang lebih tebal daripada 10 cm, akan menggangu kehidupan jasad renik, makanan alami ikan nila.

0 comments:

Post a Comment