Nila
sekarang memiliki nilai jual yang cukup baik, pada tahun kisaran akhir tahun 98
an awal berhasilnya budidaya bandeng airtawar di desa.Talun Kec. Kayen Kab.Pati
ikan nila sangat murah dan di anggap penggangu dalam budidaya bandeng.
Dengan
tumbuhnya warung makan dan kuliner maka sekarang nilai jualnya meningkat dan
untuk wisata pancingan juga berkembang. Maka bdidaya nila sangat pesat
berkembang baik komoditas nla hitam maupu nila merah.
Untuk
mendapatkan hasil yang baik maka perlu persiapan cara budidaya yang sesuai
anjuran, antara lain persiapan yang cukup dengan beberapa langkah dasar.
Pengeringan
kolam
Pengeringan
kolam dengan penjemuran adalah persiapan awal yang memiliki banyak keuntungan
antara lain :
1. Mematikan
sisa-sisa ikan liar dan bersifat pemangsa (predator) misal Gabus.
2. Mengurangi
dampat beracun nitrit, asam sulfida dan membantu proses dekomposisi sisa bahan
oranik yang belum terurai sehingga dapat bermanfaat.
3. Menaikan
pH tanah yang bersifat asam sehingga pH mendekati atau ideal untuk budidaya
ikan.
Pengapuran
dasar kolam diperlakukan sesuai dengan kondisi kolam:
1. Meningkatkan
dan memperbaiki pH tanah sehingga harapanya netral.
2. Dasar
kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha.
3. Pengapuran
berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat
mencegah serangan penyakit.
4. Apabila
alkalinitas rendah akan naik.
Pengolahan
tanah dasar kolam memberikan manfaat :
1. Memperbaiki
aerasi tanah dasar kolam.
2. Menggemburkan
tanah dasar kolam mempercepat proses pengeringan kolam.
Cara
pemupukan dasar tanah kolam
Pemupukan dengan jenis pupuk
organik dan anorganik (Urea dan SP-36). Selanjutnya kolam diberi pupuk organik
sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan SP-36 juga diberikan sebanyak 50
kg/ha. Urea dan SP-36 diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan
merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan
dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur
dengan tanah.
Hari
kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam,
air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh
yang ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan.
Di
dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air,
jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama
pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75- 100 cm. Pemupukan susulan harus
dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis.
Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kg/ha. Pupuk itu
dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang bambu.
Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bush di kin dan dua buah di
sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua keranjang lagi diletakkan di
sudut-sudut kolam. Urea dosis 200 Kg dan SP-36 sebanyak 75 kg/ha diletakkan di
dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar keluar pupuk sedikit
demi sedikit.
Alat
Alat-alat yang biasa digunakan
dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala yang berguna untuk
menjaring ikan, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung
sementara induk maupun benih), seser untuk menangkap benih ikan nila,
ember-ember untuk tempat penampungan sementara ikan nila, baskom berbagai
ukuran untuk tempat pengankutan ikan nila, timbangan skala kecil (gram) dan
besar (kg) untuk menimbang berat ikan nila hasil produksi, cangkul berfungsi
sebagai alat yang digunakan dalam pembuatan kolam, arit, pisau serta piring
secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain
yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah
warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan
penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba
kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat
penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk
penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih,
ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),
sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap
ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet
(untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya=
scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk
menangkap induk ikan atau ikan konsumsi). Semua alat-alat tersebut dapat
ditemukan di toko-toko bangunan ataupun toko yang menjual alat-alat perikanan.
Persiapan
Kolam
Tempat yang digunakan untuk usaha
budidaya ikan nila bergantung pada fungsi kolam apakah untuk pembibitan ikan
nila atau pemeliharaan ikan nila hingga benih ikan nila tesebut berukuran 12
cm. Untuk itu, perlu disediakan kolam yang memenuhi persyaratan berikut.
Kolam harus memiliki ketersediaan
air yang cukup, air yang bermutu baik dan jumlah air yang tersedia harus ada
terus-menerus. Apabila tidak ada air selama beberapa hari saja, pertumbuhan
ikan nila yang dibudidayakan akan terhambat. Air dari kolam ikan nila harus
terhindar dari pencemaran limbah yang membahayakan bagi kelangsungan budidaya
ikan nila maupun limnah yang dapat membahayakan kesehatan konsumen ikan yang
diproduksi.
Kolam yang diusahakan harus bebas
dari gangguan banjir atau hujan lebat. Karena itu, pematangnya harus cukup
tinggi, lebar, dan kuat. Untuk kolam yang luasnya lebih dari 2 are, lebar
pematang bagian atas paling sedikit 1 meter, sedangkan lebar bagian bawahnya
1,5 meter. Apabila luas kolam kurang dari 2 are, atau sekitar 2 are, tinggi
pematang bagian atas berkisar antara 1/3 sampai 2/5 kali lebar pematang bagian
bawah.
Pengisian air baru yang mengalir
terus-menerus tidak diperlukan untuk usaha budidaya ikan nila. Sebab, ikan nila
dapat hidup baik di kolam yang airnya tergenang. Oleh karena itu, kolam tadah
hujan pun masih cukup baik untuk usaha budidaya ikan nila. Bahkan dalam kolam
yang mendapatkan air limbah dari kota, pertumbuhan ikan nila dapat lebih cepat
dan produksinya lebih tinggi. Akan tetapi, kandungan limbah pada air itu tidak
boleh terlalu banyak mengandung zat-zat beracun bagi ikan dan manusia sebagai
konsumennya.
Di sepanjang pematang dapat ditanam
pohon-pohon peneduh yang mempunyai manfaat ganda. Selain berguna sebagai
peneduh, pohon-pohon tersebut dapat juga berguna untuk keperluan lain. Misalnya
daun, bunga, atau buahnya dapat dimakan, atau digunakan sebagai obat atau
sebagai pakan ternak. Untuk itu, pada pematang bisa ditanam pisang, turi,
kelor, lamtoro, jambu klutuk, atau jambu mete.
Agar tidak mudah terkikis oleh air
hujan, pematangnya dapat juga ditanami rumput. Lebih baik lagi apabila yang
ditanam rumput gajah ataupun rumput benggala yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak. Pada kolam yang bisa mendapatkan air dari sungai atau saluran irigasi,
dengan sendirinya perlu dibuat pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air. Pintu
pemasukan dan pintu pengeluaran air dapat berupa pipa dari bambu, pipa paralon
(PVC), pipa beton ataupun pasangan bata dan semen.
Pintu pengeluaran dapat berupa pipa
bambu, pralon atau monik. Guna mencegah masuknya ikan liar atau ikan buas
seperti gabus, lele, atau belut sebagai pemangsa. Untuk mencegah larinya ikan
nila yang dipelihara keluar kolam, pintu-pintu itu harus dilengkapi dengan
saringan. Ini dapat berupa serumbung bambu, kasa kawat, kasa nilon, ataupun
saringan lainnya.
Diantara pintu pemasukan dan pintu
pengeluaran air dibuat kamalir atau saluran tengah, yang lebarnya sekitar 50 cm
dan dalam antara 20-30 cm. Bila perlu, di sepanjang tebing pematang dapat pula
dibuatkan saluran keliling. Saluran ini berguna waktu penangkapan hasil dengan
cara pengeringan kolam.
Pemilihan
Lokasi Untuk Budidaya
Adapun syarat-syarat yang harus
dipenuhi dalam pemilihan lokasi budidaya adalah sebagai berikut :
a).
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak
bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
b).
Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c).
Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
d).
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan
air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain
halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton.
Air
yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena
banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk
pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan dan
diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan
tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm..
e).
Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang
dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air
arus deras.
f).Suhu
air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat celcius.
g).Kadar
garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
Pagi mas . .
ReplyDeleteAda beberapa yang ingin saya tanyakan tentang budidaya ikan nilai . . boleh saya minta kontak masnya??
Trimakasi
Tolong kabari saya lewat email mas
ReplyDelete