Sunday, August 17, 2014

MENGEMBANGKAN BISNIS BUDIDAYA IKAN NILA(Oreochromis nilotikus) DENGAN CARA SEDERHANA

August 17, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati 2 comments


Nila sekarang memiliki nilai jual yang cukup baik, pada tahun kisaran akhir tahun 98 an awal berhasilnya budidaya bandeng airtawar di desa.Talun Kec. Kayen Kab.Pati ikan nila sangat murah dan di anggap penggangu dalam budidaya bandeng.
Dengan tumbuhnya warung makan dan kuliner maka sekarang nilai jualnya meningkat dan untuk wisata pancingan juga berkembang. Maka bdidaya nila sangat pesat berkembang baik komoditas nla hitam maupu nila merah.
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka perlu persiapan cara budidaya yang sesuai anjuran, antara lain persiapan yang cukup dengan beberapa langkah dasar.
Pengeringan kolam
Pengeringan kolam dengan penjemuran adalah persiapan awal yang memiliki banyak keuntungan antara lain :
1.      Mematikan sisa-sisa ikan liar dan bersifat pemangsa (predator) misal Gabus.
2.      Mengurangi dampat beracun nitrit, asam sulfida dan membantu proses dekomposisi sisa bahan oranik yang belum terurai sehingga dapat bermanfaat.
3.      Menaikan pH tanah yang bersifat asam sehingga pH mendekati atau ideal untuk budidaya ikan.
4.      Mempercepat tumbuhnya plankton nantinya.
Pengapuran dasar kolam diperlakukan sesuai dengan kondisi kolam:
1.      Meningkatkan dan memperbaiki pH tanah sehingga harapanya netral.
2.      Dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha.
3.      Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit.
4.      Apabila alkalinitas rendah akan naik.
Pengolahan tanah dasar kolam memberikan manfaat :
1.      Memperbaiki aerasi tanah dasar kolam.
2.      Menggemburkan tanah dasar kolam mempercepat proses pengeringan kolam.
Cara pemupukan dasar tanah kolam
            Pemupukan dengan jenis pupuk organik dan anorganik (Urea dan SP-36). Selanjutnya kolam diberi pupuk organik sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan SP-36 juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan SP-36 diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah.
Hari kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan.
Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75- 100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis. Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kg/ha. Pupuk itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bush di kin dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua keranjang lagi diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dosis 200 Kg dan SP-36 sebanyak 75 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar keluar pupuk sedikit demi sedikit.
Alat
            Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala yang berguna untuk menjaring ikan, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser untuk menangkap benih ikan nila, ember-ember untuk tempat penampungan sementara ikan nila, baskom berbagai ukuran untuk tempat pengankutan ikan nila, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg) untuk menimbang berat ikan nila hasil produksi, cangkul berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam pembuatan kolam, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi). Semua alat-alat tersebut dapat ditemukan di toko-toko bangunan ataupun toko yang menjual alat-alat perikanan.
Persiapan Kolam
            Tempat yang digunakan untuk usaha budidaya ikan nila bergantung pada fungsi kolam apakah untuk pembibitan ikan nila atau pemeliharaan ikan nila hingga benih ikan nila tesebut berukuran 12 cm. Untuk itu, perlu disediakan kolam yang memenuhi persyaratan berikut.
            Kolam harus memiliki ketersediaan air yang cukup, air yang bermutu baik dan jumlah air yang tersedia harus ada terus-menerus. Apabila tidak ada air selama beberapa hari saja, pertumbuhan ikan nila yang dibudidayakan akan terhambat. Air dari kolam ikan nila harus terhindar dari pencemaran limbah yang membahayakan bagi kelangsungan budidaya ikan nila maupun limnah yang dapat membahayakan kesehatan konsumen ikan yang diproduksi.
            Kolam yang diusahakan harus bebas dari gangguan banjir atau hujan lebat. Karena itu, pematangnya harus cukup tinggi, lebar, dan kuat. Untuk kolam yang luasnya lebih dari 2 are, lebar pematang bagian atas paling sedikit 1 meter, sedangkan lebar bagian bawahnya 1,5 meter. Apabila luas kolam kurang dari 2 are, atau sekitar 2 are, tinggi pematang bagian atas berkisar antara 1/3 sampai 2/5 kali lebar pematang bagian bawah.
            Pengisian air baru yang mengalir terus-menerus tidak diperlukan untuk usaha budidaya ikan nila. Sebab, ikan nila dapat hidup baik di kolam yang airnya tergenang. Oleh karena itu, kolam tadah hujan pun masih cukup baik untuk usaha budidaya ikan nila. Bahkan dalam kolam yang mendapatkan air limbah dari kota, pertumbuhan ikan nila dapat lebih cepat dan produksinya lebih tinggi. Akan tetapi, kandungan limbah pada air itu tidak boleh terlalu banyak mengandung zat-zat beracun bagi ikan dan manusia sebagai konsumennya.
            Di sepanjang pematang dapat ditanam pohon-pohon peneduh yang mempunyai manfaat ganda. Selain berguna sebagai peneduh, pohon-pohon tersebut dapat juga berguna untuk keperluan lain. Misalnya daun, bunga, atau buahnya dapat dimakan, atau digunakan sebagai obat atau sebagai pakan ternak. Untuk itu, pada pematang bisa ditanam pisang, turi, kelor, lamtoro, jambu klutuk, atau jambu mete.
            Agar tidak mudah terkikis oleh air hujan, pematangnya dapat juga ditanami rumput. Lebih baik lagi apabila yang ditanam rumput gajah ataupun rumput benggala yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Pada kolam yang bisa mendapatkan air dari sungai atau saluran irigasi, dengan sendirinya perlu dibuat pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air. Pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air dapat berupa pipa dari bambu, pipa paralon (PVC), pipa beton ataupun pasangan bata dan semen.
            Pintu pengeluaran dapat berupa pipa bambu, pralon atau monik. Guna mencegah masuknya ikan liar atau ikan buas seperti gabus, lele, atau belut sebagai pemangsa. Untuk mencegah larinya ikan nila yang dipelihara keluar kolam, pintu-pintu itu harus dilengkapi dengan saringan. Ini dapat berupa serumbung bambu, kasa kawat, kasa nilon, ataupun saringan lainnya.
            Diantara pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air dibuat kamalir atau saluran tengah, yang lebarnya sekitar 50 cm dan dalam antara 20-30 cm. Bila perlu, di sepanjang tebing pematang dapat pula dibuatkan saluran keliling. Saluran ini berguna waktu penangkapan hasil dengan cara pengeringan kolam.
Pemilihan Lokasi Untuk Budidaya
            Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan lokasi budidaya adalah sebagai berikut :
a). Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
b). Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c). Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
d). Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton.
Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan dan diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm..
e). Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
f).Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat celcius.
g).Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.

2 comments:

  1. Pagi mas . .
    Ada beberapa yang ingin saya tanyakan tentang budidaya ikan nilai . . boleh saya minta kontak masnya??
    Trimakasi

    ReplyDelete
  2. Tolong kabari saya lewat email mas

    ReplyDelete