Transfer gen penyandi
hormon pertumbuhan pada ikan terbukti mampu mempercepat pertumbuhan beberapa
spesies ikan budidaya antara lain pada ikan nila (Kobayashi et al., 2007); ikan
mas (Hinits & Moav, 1999); ikan mud loach (Nam et al., 2001); ikan salmon
Atlantik (Du et al., 1992); dan sebagainya. Hormon pertumbuhan adalah
polipeptida yang sangat penting untuk pengaturan pertumbuhan pada vertebrata
(Meier et al., 2006). Hormon pertumbuhan pituitari juga dikenal sebagai
somatotropin pada ikan, dan merupakan protein kunci yang berperan dalam
pengaturan pertumbuhan somatik dan banyak aspek metabolisme yang terdeteksi
pada semua vertebrata (Ryynanen & Primmer, 2006). Pada ikan, hormon
pertumbuhan terlibat dalam sejumlah proses fisiologi termasuk keseimbangan
ionik, metabolisme lipid dan protein, pertumbuhan, reproduksi, dan fungsi
kekebalan, serta berbagai aspek tingkah laku (Perez-Sanchez, 2000). Melalui
transfer gen penyandi hormon pertumbuhan memungkinkan organisme memproduksi
hormon pertumbuhan dalam jumlah yang lebih besar karena hormon pertumbuhan
diproduksi tidak hanya di kelenjar pituitari tetapi dapat juga diproduksi di
organ lainnya sesuai dengan promoter yang digunakan.
Ikan patin siam
merupakan salah satu komoditas ikan budidaya air tawar yang memiliki nilai
ekonomis tinggi di Indonesia. Upaya peningkatan produksi ikan patin siam
menuntut adanya ketersediaan induk/benih unggul terutama pada karakter
pertumbuhan. Pemanfaatan teknologi transfer gen pada ikan patin siam diharapkan
mampu menghasilkan ikan patin siam yang memiliki pertumbuhan cepat
(supergrowth) . Transfer gen penyandi hormon pertumbuhan ikan patin siam
(Pangasianodon hypophthalmus growth hormone, PhGH) yang disambungkan dengan
promoter β-aktin ikan mas (pCcBA) menunjukkan bahwa gen pCcBA-PhGH mampu
terinsersi dan terekspresi pada ikan patin siam (Dewi et al., 2012). Pada ikan
patin siam supergrowth generasi F0 umur sepuluh bulan, bobot ratarata mencapai
539 g dengan bobot ikan terbesar mencapai 745 g sedangkan bobot rata-rata
kontrol adalah 346 g dengan bobot ikan terbesar 435 gram (Dewi, 2011).
Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan tingkat transmisi gen pCcBA-PhGH pada ikan patin
siam supergrowth generasi F1, serta efeknya terhadap derajat pembuahan, derajat
penetasan, dan pertumbuhan. Informasi yang didapatkan dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai potensi pengembangan budidaya
ikan patin siam supergrowth.
BAHAN DAN METODE
Produksi Populasi Ikan
Patin Siam Supergrowth dan Kontrol
Ikan patin siam
supergrowth generasi F1 ( SG 1) merupakan hasil persilangan antara induk betina
ikan patin siam non-supergrowth (non-SG) dengan induk jantan supergrowth
generasi F0 (SG 0). Ikan patin siam yang dijadikan populasi kontrol merupakan
hasil persilangan antara induk betina ikan patin siam non-SG dengan induk
jantan non-SG. Populasi SG 1 dan populasi kontrol berasal dari induk betina
ikan patin siam yang sama. Masingmasing persilangan diulang dua kali. Ikan
patin siam SG 0 merupakan ikan patin siam yang telah ditransfer gen pCcBA-PhGH
(Dewi et al., 2012).
Pemijahan induk betina
dan jantan dilakukan secara buatan. Induksi pematangan gonad ikan patin siam
betina dilakukan melalui penyuntikan hormon HCG, sedangkan untuk merangsang
ovulasi dilakukan melalui penyuntikan ovaprim. Induksi spermiasi pada ikan
patin siam jantan dilakukan melalui penyuntikan ovaprim. Telur dan sperma
diperoleh melalui proses stripping. Sperma dilarutkan dalam larutan fisiologis
selanjutnya dicampurkan dengan telur. Penambahan air dilakukan untuk
mengaktifkan sperma agar dapat membuahi sel telur. Sel telur yang telah dibuahi
selanjutnya diinkubasi di dalam akuarium.
Parameter yang Diukur
Derajat pembuahan dan
derajat penetasan
Derajat pembuahan
(fertilization rate, FR) dihitung empat jam setelah pembuahan. Adapun derajat
penetasan (hatching rate, HR) dihitung 24 jam setelah pembuahan. Pengamatan FR
dan HR dilakukan sebanyak dua ulangan dari setiap persilangan. Derajat
pembuahan dihitung dengan menggunakan rumus : [(Jumlah telur yang
dibuahi/Jumlah total telur) x 100%]. Derajat penetasan dihitung dengan
menggunakan rumus: [(Jumlah telur yang menetas/Jumlah telur yang dibuahi) x
100%)].
Transmisi gen
pCcBA-PhGH
Transmisi gen
pCcBA-PhGH pada populasi ikan patin siam SG 1 dilakukan dengan cara mendeteksi
keberadaan gen PhGH pada fase yuvenil. Deteksi gen PhGH eksogen (transgen)
dilakukan dengan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Deteksi
keberadaan transgen dilakukan dengan memotong sebagian sirip ekor yuwana ikan
patin siam untuk kemudian dilakukan ekstraksi DNA genom. PCR dilakukan
menggunakan primer FphGH1 (5’-TAG AGT GTT GGT GGT GCT CTC TGT-3’) dan RphGH2
(5’-CGA TAA GCA CGC CGA TGC CCA TTT-3’). Ukuran fragmen gen PhGH eksogen produk
PCR adalah 392 bp.
Pertumbuhan, sintasan,
dan biomassa
Benih ikan patin siam
dari populasi SG 1 dan kontrol dipelihara secara terpisah di kolam tanah
berukuran 100 m2. Kepadatan yang digunakan 5 ekor/m2. Pakan yang diberikan
berupa pelet komersial dengan kadar protein 28%-30% yang diberikan dua kali
sehari secara at satiation. Pemeliharaan dilakukan selama empat bulan. Bobot
ikan patin siam diukur setiap bulan. Sintasan dan bobot biomassa dihitung pada
akhir pemeliharaan dengan cara menghitung jumlah dan bobot individu yang
tertangkap.
HASIL DAN BAHASAN
Hasil Penelitian
Derajat pembuahan dan
derajat penetasan ikan patin siam supergrowth dan kontrol
Kualitas sperma
ditentukan antara lain oleh kemampuan sperma membuahi sel telur. Berdasarkan
data yang tertera pada Gambar 1 bahwa derajat pembuahan dan derajat penetasan
pada embrio yang berasal dari induk jantan ikan patin siam SG 0 cenderung lebih
baik dibandingkan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penyisipan gen pCcBA-PhGH
pada sperma ikan patin siam tidak menurunkan kualitas sperma.
Transmisi gen
pCcBA-PhGH pada ikan patin siam supergrowth generasi F1
Transfer gen pCcBA-PhGH
pada ikan patin siam diharapkan mampu ditransmisikan pada keturunannya. Pada
penelitian ini, pemeriksaan keberadaan gen PhGH pada yuwana ikan patin siam
yang merupakan hasil persilangan antara induk betina ikan patin siam non-SG
dengan induk jantan SG 0 terdeteksi pada ukuran 392 bp (Gambar 2). Transmisi
gen pCcBA-PhGH eksogen pada ikan patin siam supergrowth generasi F1 adalah
sebesar 66,7% ( Tabel 1).
Populasi (Population)
Gambar 1. Derajat
pembuahan (FR) dan derajat penetasan (HR) pada populasi hasil persilangan
antara induk betina ikan patin siam nonsupergrowth dengan induk jantan ikan
patin siam supergrowth generasi F0 (SG 1) dan non-supergrowth (kontrol)
Figure 1. Fertilization
rate (FR) and hatching rate (HR) on F1 generation
crossed between wild
female with male of supergrowth stripped catfish F0 generation (SG 1) and wild
male (control)
Kontrol (Control) SG 1
Gambar 2. Deteksi gen
PhGH eksogen pada populasi kontrol dan ikan patin siam supergrowth
generasi F1 (SG 1). (M = marker; 1-4 dan 1-10 = nomor
individu; + = kontrol positif (plasmid pCcBA-PhGH); – = kontrol negatif (tanpa
cetakan DNA); tanda panah = fragmen gen PhGH eksogen)
Figure 2. Detection of exogenous PhGH gene on
control and supergrowth stripped catfish F1 generation population (SG 1). (M =
marker; 1-4 and 1-10 = number of individuals; + = positive control (pCcBA-PhGH
plasmid); – = negative control (without DNA template); arrows = PhGH exogenous
gene fragment)
Tabel 1. Transmisi gen pCcBA-PhGH pada ikan
patin siam supergrowth generasi F1
Table 1. Transmission of pCcBA-PhGH gene on
supergrowth stripped catfish F1 generation
Jumlah individu yang
Populasi diperiksa (Ekor)
Population Number of
sample analyzed (Fish) Jumlah
individu yang positif membawa transgen (Number of fish positively
carrying transgene)
Ekor (Fish ) %
SG 1 30
Kontrol (Control) 30 20
0 66.7
0
Pertumbuhan, sintasan,
dan biomassa ikan patin siam supergrowth dan kontrol
Berdasarkan data pada
Gambar 3, pertumbuhan populasi ikan patin siam SG 1 pada bulan pertama
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Pada pengamatan bulan kedua
sampai bulan keempat, kecepatan pertumbuhan populasi ikan patin siam SG 1
cenderung lebih cepat dibandingkan dengan kontrol. Kecepatan pertumbuhan
populasi ikan patin siam SG 1 pada bulan keempat pemeliharaan 47,5% lebih cepat
dibandingkan populasi kontrol.
Sintasan populasi ikan
patin siam SG 1 dan kontrol pada bulan keempat pemeliharaan cenderung tidak
berbeda (Tabel 2). Pertambahan bobot biomassa populasi ikan patin SG 1 70,5%
lebih berat dibandingkan populasi kontrol.
Bahasan
Gambar 3. Pertumbuhan
populasi ikan patin siam supergrowth generasi F1 (SG 1) dan kontrol selama
empat bulan pemeliharaan
Figure 3. Growth of
supergrowth stripped catfish F1 generation and control population for four
months rearing
Tabel 2. Sintasan dan
biomassa ikan patin siam supergrowth generasi F1 (SG 1) dan kontrol
Table 2. Survival rate
(SR) and biomass of supergrowth stripped catfish F1 generation (SG 1) and
control
Parameter (Parameters) SG 1 (SG 1) Kontrol (Control )
Bobot awal (Initial
weight ) (g) 18±9 21±14
Bobot akhir (Final
weight ) (g) 167±64 121±59
Sintasan (Survival rate)
(%) 48.8 48
Biomassa awal (Initial
biomass ) (g) 9.000 10.500
Biomassa akhir (Final
biomass ) (g) 40.824 29.168
Integrasi transgen pada
genom yang terjadi setelah fase satu sel menyebabkan terjadinya fenomena
mosaik. Mosaik dapat terjadi pada sel somatik dan sel gonad. Pada penelitian
ini, transmisi gen pCcBA-PhGH dari founder (F0) kepada keturunannya yaitu
sebesar 66,7%. Pada spesies ikan lain, transmisi transgen pada generasi F1
sangat bervariasi. Transmisi gen pFV-1/csGH hasil persilangan antara ikan mas
jantan transgenik dengan betina non-transgenik yaitu sebesar 12,5%-63% (Moav et
al., 1995). Transmisi gen MThGH pada hasil persilangan antara ikan mas jantan
transgenik dengan betina non-transgenik adalah sebesar 72%-88% (Wu et al.,
2003). Tingkat transmisi gen ZpβypGH pada ikan zebra generasi F1 yaitu 53%
(Sheela et al., 1998) lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Inou et al.
(1990) pada ikan medaka; tingkat transmisi transgen pada ikan medaka generasi
F1 adalah 100%.
Transfer gen hormon
pertumbuhan ikan patin siam telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ikan patin
siam. Pada ikan patin siam SG 0 umur empat bulan (pembesaran dua bulan di
kolam), kecepatan pertumbuhan mencapai 53,38% dibandingkan kontrol (Dewi et
al., 2012). Pada umur sepuluh bulan (pembesaran delapan bulan di kolam),
kecepatan pertumbuhan populasi ikan patin siam SG 0 mencapai 56% lebih tinggi
dibandingkan kontrol dengan pertumbuhan ikan patin siam SG 0 tercepat mencapai
115% lebih cepat dibandingkan rata-rata kontrol dan 71% lebih cepat
dibandingkan ikan kontrol yang terbesar (Dewi, 2011). Perbaikan karakter
pertumbuhan pada ikan patin siam SG 0 berhasil diwariskan pada keturunannya.
Pada ikan patin siam SG 1 yang dibesarkan selama empat bulan di kolam,
kecepatan pertumbuhannya mencapai 47,5% lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Peningkatan pertumbuhan
pada ikan patin siam SG 1 serupa dengan ikan mas yang ditransfer gen MThGH.
Transfer gen MThGH pada ikan mas mampu mempercepat pertumbuhannya. Pada ikan
mas MThGH generasi F0 umur empat bulan, bobot rata-ratanya mencapai 2,75 kg
sedangkan bobot ikan mas kontrol yang terbesar adalah 1,4 kg (Wang et al.,
2001). Pada ikan mas transgenik MThGH generasi F1, rata-rata pertumbuhannya
42%80% lebih cepat dibandingkan kontrol (Wu et al., 2003).
Pertumbuhan ikan patin
siam SG 1 yang lebih cepat dibandingkan kontrolnya diiringi dengan peningkatan
biomassanya. Selama empat bulan pemeliharaan, peningkatan bobot biomassa
populasi ikan patin siam SG 1 70,5% lebih berat dibandingkan populasi
kontrolnya. Peningkatan bobot biomassa yang signifikan pada populasi ikan patin
siam SG 1 memberikan harapan untuk meningkatkan produksi ikan patin siam di
masa mendatang.
Efek peningkatan
pertumbuhan yang signifikan pada ikan yang disisipi gen penyandi hormon
pertumbuhan disebabkan karena transfer gen penyandi hormon pertumbuhan akan
meningkatkan kadar hormon pertumbuhan di dalam tubuh ikan. Level hormon
pertumbuhan yang tinggi di dalam tubuh ikan akan menginduksi sintesis insulin
like growth factor-I (IGF-I) di hati dan selanjutnya IGF-I akan menstimulasi
otot untuk mensintesis protein. Selain memengaruhi sekresi IGF-I, hormon
pertumbuhan juga dapat langsung menstimulasi otot untuk menyintesis protein.
Beberapa faktor ini, diduga menyebabkan beberapa individu yang disisipi gen
penyandi hormon pertumbuhan berukuran lebih besar dibandingkan kontrol (Devlin
et al., 2009).
Potensi tumbuh ikan
yang disisipi gen penyandi hormon pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan
dengan kontrol perlu didukung oleh kondisi lingkungan yang optimal, nutrisi
yang mencukupi, dan kondisi ikan yang sehat. Penelitian Guan et al. (2008) pada
ikan mas menunjukkan bahwa konsumsi pakan ikan mas yang disisipi gen penyandi
hormon pertumbuhan 2,12 kali lebih besar dibandingkan yang kontrol. Begitu pula
konsumsi oksigen ikan mas yang disisipi gen penyandi hormon pertumbuhan 1,33
kali lebih besar dibandingkan kontrol. Namun pada saat dipuasakan selama 96
jam, konsumsi oksigen ikan mas yang disisipi gen penyandi pertumbuhan, dan
kontrol tidak berbeda. Hal ini dapat dijadikan acuan pada ikan patin siam
supergrowth, di mana pertumbuhan ikan patin siam supergrowth diduga dapat
meningkat lebih cepat apabila diberi pakan dan kondisi lingkungan yang optimal.
KESIMPULAN
Gen pCcBA-PhGH pada
ikan patin siam supergrowth berhasil ditransmisikan dari generasi F0 ke
generasi F1 sebesar 66,7%. Ekspresi fenotipe gen pCcBA-PhGH pada ikan patin
siam supergrowth generasi F1 mampu meningkatkan pertumbuhan sampai 47,5%
dibandingkan kontrol. Pertambahan biomassa pada ikan patin siam supergrowth
generasi F1 70 ,5% lebih tinggi dibandingkan populasi kontrol.
Hasil karya ilmiah dan
telah di publikasikan oleh :
Raden Roro Sri Pudji
Sinarni Dewi, Jadmiko Darmawan, dan Ika Nurlaela
Balai Penelitian
Pemuliaan Ikan
Jl. Raya 2 Sukamandi,
Subang 41256 E-mail: wiewie_thea@yahoo.com
DAFTAR ACUAN
Devlin, R.H., Sakhrani,
D., Tymchuk, W.E., Rise, M.L., & Goh, B. 2009. Domestication and growth
hormone transgenesis cause similar changes in gene expression in coho salmon
(Oncorhynchus kisutch). Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 106(9): 3,047-3,052.
Dewi, R.R.S.P.S. 2011.
Transfer gen melalui perantaraan sperma untuk memproduksi ikan transgenik.
Prosiding Konferensi Akuakultur Indonesia 2011, hlm. 372-378.
Dewi, R.R.S.P.S.,
Alimuddin, Sudrajat, A.O., & Sumantadinata, K. 2012. Efektivitas transfer
dan ekspresi gen PhGH pada ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus). J.
Ris. Akuakultur, 7(2): 171-180
Du, S.J., Gong, Z.,
Fletcher, G.L., Shears, M.A., King, M.J., Idler, D.R., & Hew, C.L. 1992.
Growth enhancement in transgenic Atlantic salmon by the use of an “all fish” chimeric
growth hormone gene construct. Biol. Tech., 10: 176-180.
Guan, B., Hu, W.,
Zhang, T., Wang, Y., & Zhu, Z. 2008 . Metabolism traits of “all-fish”
growth hormone transgenic common carp (Cyprinus carpio L.). Aquaculture, 284:
217-223. Hinits, Y. & Moav, B. 1999. Growth performance studies in
transgenic Cyprinus carpio. Aquaculture, 173: 285-296.
Inoue, K., Yamashita,
S., Hata, J., Kabeno, S., Asada, S., Nagahisa, E., & Fujita, T. 1990.
Electroporation as a new technique for producing transgenic fish. Cell. Differ.
Dev., 29: 123-128.
Kobayashi, S.,
Alimuddin, Morita, T., Miwa, M., Lu, J., Endo, M., Takeuchi, T., &
Yoshizaki, G. 2007. Transgenic nile tilapia (Oreochromis niloticus) over
expressing growth hormone show reduced ammonia excretion. Aquaculture, 270:
427-435.
Meier, K.M., Castano,
C., Laurino, J., Levy, J.A., & Marins, L.F. 2006. cDNA cloning and
phylogenetic analysis of growth hormone genes from the mullet Mugil platanus
(Mugilomorpha, mugilidae) and the halfbeak Hemiramphus brasiliensis (Atherinomorpha,
Hemiramphidae). Atlantica, 28: 97102.
Moav, B., Hinits, Y.,
Groll, Y., & Rothbard, S. 1995.
Inheritance of
recombinant carp β-actin/ GH cDNA gene in transgenic carp. Aquaculture, 137:
179-185.
Nam, Y.K., Noh, J.K.,
Cho, Y.S., Cho, H.J., Cho, K.N., Kim, G., & Kim, D.S. 2001. Dramatically
accelerated growth and extraordinary gigantism of transgenic mud loach
Misgurnus mizolepis. Trans. Res., 10: 353-362.
Perez-Sanchez, J. 2000.
The involvement of growth hormone in growth regulation, energy homeostasis and
immune function in the gilthead sea bream (Sparus aurata): a short review. Fish
Physiol. Biochem., 22: 135-144.
Ryynanen, H.J. &
Primmer, C.R. 2006. Varying signals of the effects of natural selection during
teleost growth hormone gene evolution. Genome, 49: 42-53.
Sheela, S.G., Chen,
J.D., Mathavan, S., & Pandian, T.J. 1998. Construction, electroporatic
transfer and expression of ZpβypGH and ZpβrtGH in zebrafish. J. Biosci., 23:
565576.
Wang, Y., Hu, W., Wu,
G., Sun, Y., Chen, S., Zhang, F., Zhu, Z., Feng, J., & Zhang, X. 2001.
Genetic analysis of “all-fish” growth hormone gene transferred carp (Cyprinus
carpio L.) and its F1 generation. Chin. Sci. Bull., 46: 1 ,174– 1,177.
Wu, G., Sun, Y., &
Zhu, Z. 2003. Growth hormone gene transfer in common carp. Aquat. Living
Resour., 16: 416-420.
0 comments:
Post a Comment