Sunday, June 15, 2014

INOVASI SISTEM BUDIDAYA NILA TOLERAN SALINITAS DALAM MENDUKUNG REVITALISASI TAMBAK

June 15, 2014 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


PENDAHULUAN
Beberapa program nasional telah ditetapkan untuk mendukung program industrialisasi antara lain Gerakan Sejuta Hektar Mina Padi (GENTANADI) dan Program Gerakan Nasional Masyarakat Minapolitan (GEMPITA) (Anonim, 2011a). Pengembangan perikanan budidaya di Indonesia ke depan diharapkan dapat mendorong masyarakat perikanan untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan dan daya saing produk perikanan budidaya secara berkelanjutan melalui peningkatan efisiensi dan keunggulan komparatif. Pengembangan sumber daya perikanan yang sesuai dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang optimal dapat mengurangi permasalahan khususnya dalam pengembangan wilayah untuk budidaya dan kesempatan kerja serta berusaha bagi masyarakat yang tinggal di areal marjinal dalam kasus ini daerah pesisir.
Dalam upaya percepatan peningkatan produksi selain upaya perbaikan kualitas dari komoditaskomoditas yang dibudidayakan, juga dapat ditempuh melalui perluasan lahan budidaya, pemanfaatan lahan-lahan marjinal yang disesuaikan dengan kemampuan adaptasi dari komoditas yang dipelihara merupakan langkah bijaksana dalam proses ini.
Salah satu lahan marjinal yang berpotensi untuk peningkatan produksi di antaranya adalah lahanlahan tambak. Dalam rangka pengembangan kawasan budidaya ini, selain pembukaan lahan-lahan budidaya baru juga perlu mengoptimalkan lahan yang pada saat ini relatif kurang produktif seperti lahan tambak di sebagian besar pantai Utara Pulau Jawa. Tambak-tambak tersebut merupakan lahan bekas budidaya udang windu yang dalam waktu 10-15  tahun terakhir mengalami kegagalan panen dikarenakan terjadinya wabah penyakit pada usaha budidaya tersebut. Komoditas yang berpeluang dapat dipelihara pada kondisi tersebut antara lain ikan nila. Salah satu contoh adalah uji coba budidaya ikan nila di tambak di wilayah Karawang menunjukkan indikasi yang positif dengan penebaran awal benih berukuran 20-30 g dapat dihasilkan ikan nila konsumsi dengan bobot 180-250  g dalam waktu 2  bulan. Demikian pula untuk teknik pembenihan dan pembesaran nila di tambak telah tersedia teknologinya (Anonim, 2010b; Bastiawan & Wahid, 2005).
Salah satu alternatif pilihan komoditas yang cocok dikembangkan di wilayah Kabupaten Tegal adalah nila, dikarenakan ikan ini dapat tumbuh dengan baik pada media perairan payau dan dari segi harga jual pada saat pemasaran hasil lebih mudah diterima di lokasi tersebut. Selain itu, pertimbangan sosial dari masyarakat pantai (nelayan) di mana pemahaman terhadap budidaya masih kurang, mereka sudah terbiasa dengan pola memanen dari alam sehingga pembinaan pada aspek budidaya harus lebih intensif.
Kabupaten Tegal juga menghadapi permasalahan yakni intrusi air laut serta rob yang cukup parah dan mengakibatkan lahan sawah terendam air laut. Kondisi ini menyebabkan petani padi mengalami kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu, pihak pemerintah daerah berupaya mencari solusi agar petani padi dapat beralih profesi menjadi pembudidaya ikan. Salah satu jenis ikan yang disukai masyarakat adalah ikan nila. Namun komoditas ikan ini belum berkembang secara luas di Kabupaten Tegal. Meskipun telah ada pembudidaya yang mencoba budidaya nila, namun masih bersifat penjajagan. Beberapa pembudidaya telah mencoba strain ikan nila GIFT dari Cilacap, akan tetapi hasilnya belum memuaskan. Polikultur ikan nila dengan bandeng telah dicoba di tambak, namun belum menunjukkan hasil yang produktif (Anonim, 2010a). Dari aplikasi teknologi budidaya ikan nila di Tegal diharapkan dapat dijadikan percontohan untuk wilayah lain.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memasyarakatkan teknologi budidaya ikan nila sebagai komoditas yang mampu tumbuh dengan baik di tambak kepada masyarakat pembudidaya ikan di Tegal. Selain itu, juga mengintroduksikan teknik pembenihan nila tahan salinitas kepada BBI Pangkah yang merupakan UPTD di bawah koordinasi Dinas Kelautan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tegal. Diharapkan bahwa sistem budidaya nila akan memberikan manfaat dengan meningkatnya produktivitas tambak di kabupaten Tegal dan wilayah di sekitarnya. Selain itu, diharapkan BBI Pangkah dapat berfungsi sebagai produsen benih ikan nila yang adaptif di tambak untuk di distribusikan ke wilayah di sekitar Kabupaten Tegal.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan budidaya ikan nila di Kabupaten Tegal dilakukan di dua lokasi yaitu di Balai Benih Ikan Pangkah (Desa Dukuh Jati Kidul Kecamatan Pangkah) yang digunakan untuk transfer teknologi pembenihan nila Srikandi. Untuk kegiatan pembesaran nila di tambak digunakan tambak di Desa Dampyak Kecamatan Kramat dengan luasan 2.600 m2, 1.500 m2, 1.300 m2, dan 600 m2. Luas total lahan yang digunakan adalah 6.000 m2 (Gambar 1).

Gambar 1.       Peta lokasi kegiatan budidaya ikan nila Srikandi di Kabupaten Tegal
Pembenihan Ikan Nila
Induk ikan nila yang digunakan sebagai induk berukuran 200-300 g. Induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang terpisah, agar tidak terjadi pemijahan secara tidak beraturan. Cara pemeliharaan induk ikan nila Srikandi adalah sebagai berikut:
1.         Masing-masing kolam induk diberi kode jantan dan betina untuk memudahkan dalam pemberian pakan.
2.         Ikan nila yang digunakan sebagai induk dipilih yang kondisinya optimal (ikan sehat, tidak cacat). Setelah itu, ikan dimasukkan ke dalam kolam pemeliharaan induk sesuai dengan kode dengan luas kolam 100 m2, agar mempermudah dalam penanganan.
3.         Padat tebar induk ikan nila 3 ekor/m2.
4.         Ikan nila diberi pakan sebanyak 2%-3% dari biomassa total per hari, dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali sehari (pagi dan sore atau pagi, siang, dan sore). Pakan yang diberikan berupa pakan khusus induk dengan kadar protein 36%-38%.
Aklimatisasi Benih Ikan Nila
           Benih yang digunakan diaklimatisasi sampai salinitas yang dibutuhkan. • Aklimatisasi dilakukan secara bertahap yaitu sebanyak 5 ppt/hari.
Pembesaran ikan nila di tambak
Persiapan tambak mencakup beberapa aspek, yaitu:
           Pengeringan, pengapuran, dan pemupukan tambak.
           Dosis pengapuran adalah 100 g/m2.
           Dosis pupuk organik adalah 500 g/m2 (berupa kotoran ayam) dan pupuk anorganik dengan dosis urea 20 g/m2 dan TSP 10 g/m2.
Tambak bersalinitas (10-30 ppt)
           Sebelumnya benih ikan diadaptasikan pada kondisi perairan yang bersalinitas sampai dengan 1030  ppt. Aklimatisasi dilakukan dengan salinitas 5 ppt/hari.
           Luas kolam yang digunakan berukuran 2.600 m2, 1.500 m2, 1.300 m2, dan 600 m2. Luas total lahan yang digunakan adalah 6.000 m2.
Pakan ikan
           Pakan berupa pakan alami dan pakan buatan (pelet).
           Pakan alami disediakan melalui pemupukan dan pakan buatan yang digunakan berupa pakan komersial.
Penebaran Benih Ikan
           Penebaran ikan dilakukan pada pagi hari.
           Sebelum ditebar dilakukan aklimatisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
           Padat tebar untuk pemeliharaan di tambak adalah 5 ekor/m2, Ukuran benih awal yang ditebar 5-7 cm/ekor.
Pemberian Pakan
           Kandungan protein pakan sebesar 28%-30%.
           Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari.
           Jumlah pakan yang diberikan dihitung berdasarkan bobot total ikan dari setiap wadah pemeliharaan. Secara sederhana perhitungan pemberian pakan sebagai berikut: satu bulan pertama 5% dari bobot ikan, satu bulan kedua 4% dari bobot ikan dan bulan berikutnya 3% dari bobot ikan sampai dengan saat panen ikan.
Pemanenan
           Untuk pemeliharaan di kolam tanah pemanenan melalui beberapa tahapan yaitu pertama dengan menggunakan jaring tarik dan sisanya kolam disurutkan.
           Ikan yang dipanen kemudian ditampung dalam tempat yang mempunyai aliran air yang baik.
           Pemberokan dilakukan sebelum ikan didistribusikan dalam keadaan hidup.
           Proses pengangkutan ikan dilakukan pada pagi hari.
           Pertumbuhan ikan nila dipantau setiap 2 minggu dengan cara dilakukan sampling sejumlah 50 ekor untuk setiap petakan tambak.
           Analisis ekonomi yang digunakan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari aplikasi ikan nila toleran salinitas di tambak yaitu analisis anggaran parsial (Swastika, 2004).
HASIL DAN BAHASAN
Pembenihan Ikan Nila Toleran Salinitas di Balai Benih Ikan Pangkah
Hasil kegiatan pembenihan ikan nila yang telah dilaksanakan di BBI Pangkah menghasilkan benih nila sejumlah 36.000 ekor dalam I siklus pemeliharaan yang berlangsung selama 45 hari. Jumlah induk yang dipijahkan sebanyak 45 ekor induk jantan dan 135 ekor induk betina dalam satu siklus produksi tersebut. Produksi benih sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi benih nila dan larva (ekor) pada tahun 2010 dibandingkan dengan produksi
benih nila Srikandi di BBI Pangkah pada tahun 2011


2010   2011
Jumlah induk (ekor)
-   Nila GIFT
-   Nila merah
-   Nila toleran salinitas
Produksi benih nila (ekor/tahun)
Produksi benih nila toleran salinitas  (ekor/siklus/45 hari) pada siklus ke-I
ProduksiI benih nila Sukamandi (ekor/siklus/45 hari) pada siklus ke-II
310    310
110    110
-           800
20.880
36.000*
25.000*

Sumber: Data statistik Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tegal 2010 dan data hasil penelitian 2011*
Dari Tabel 1 terlihat bahwa produksi benih nila di BBI dalam satu siklus mampu mencapai 36.000 ekor dengan menggunakan induk nila toleran salinitas hasil perakitan BPPI Sukamandi. Jumlah produksi benih nila pada siklus ke-I yang dicapai itu baru memanfaatkan 180 ekor induk. Pada siklus ke-II produksi benih nila mencapai 25.000 ekor. Prediksi peningkatan produksi benih nila di BBI Pangkah dapat dilihat pada Gambar 2.
Predikisi peningkatan produksi benih nila di BBI Pangkah berdasarkan jumlah induk yang ditransfer sejumlah 800 ekor yang merupakan induk yang telah siap untuk dipijahkan. Kualitas induk yang diberikan relatif baik serta teknologi pembenihan yang diberikan telah teruji.
Pembesaran Ikan Nila Srikandi di Tambak
Hasil yang telah dicapai selama 10 minggu pemeliharaan benih ikan nila di tambak menunjukkan hasil yang positif dalam mencapai pertumbuhan yang cepat. Peningkatan produktivitas ikan nila toleran salinitas dari Sukamandi telah mencapai 150% lebih tinggi dibandingkan dengan nila GIFT dengan pola budidaya konvensional. Perkembangan bobot ikan nila di tambak selama 10 minggu dapat dilihat pada Gambar 3.
 
Tahun
Gambar 2.       Prediksi peningkatan produksi benih nila di BBI Pangkah
 
Gambar 3.       Perkembangan ikan nila Srikandi di tambak di Desa
Dampyak, selama 10 minggu masa pemeliharaan
Dari Gambar 3 diketahui bahwa pada awal penebaran bobot rata-rata ikan adalah 3,0 g; pada waktu 4 minggu mencapai 10,30 g; kemudian pada waktu 6 minggu bobot rata-rata adalah 61,40 g; dan pada waktu masa pemeliharaan 10 minggu rata-rata bobot ikan nila mencapai 115,40 g. Pertumbuhan dari populasi nila Srikandi cukup pesat dan jauh lebih baik dibandingkan dengan nila GIFT yang sedang dicoba dibudidayakan oleh pembudidaya di Desa Dampyak.
Dalam waktu 10 minggu rata-rata bobot nila GIFT di tambak hanya mencapai 45 g, dan teknologi budidaya yang digunakan masih bersifat tradisional tanpa ada pengolahan dasar tambak. Jika hasil ini diperbandingkan, maka pertumbuhan nila Srikandi lebih cepat 155,5 % dibandingkan dengan nila GIFT dalam waktu 10 minggu masa pemeliharaan. Perbandingan pertumbuhan nila Srikandi dapat dilihat pada Gambar 4.
Apabila ditinjau dari segi teknologi budidaya ikan nila, maka teknologi budidaya dari Badan Litbang Kelautan dan Perikanan yang dalam konteks ini berkaitan dengan BPPI Sukamandi menghasilkan peningkatan produktivitas yang cukup signifikan. Panen parsial telah dilaksanakan dan produksi ikan nila mencapai 2.486 kg/6.000 m2 atau jika dikonversikan maka produksi yang diperoleh adalah 4.143,3 ton/ha. Jika panen secara total telah dilakukan, maka produksi yang dicapai lebih tinggi dari nilai tersebut di atas.
 
Jenis nila
Gambar 4.       Pertumbuhan nila Srikandi dan nila GIFT di tambak pada
Desa Dampyak, selama 10 minggu masa pemeliharaan
Kondisi sebelum kegiatan penelitian berlangsung memperlihatkan bahwa budidaya yang berkembang di Desa Dampyak sebagian besar adalah budidaya bandeng. Usaha budidaya bandeng dinilai oleh pembudidaya tambak kurang memberikan keuntungan yang memadai dan memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar enam bulan untuk dapat di panen. Oleh karena itu, budidaya nila adaptif di tambak yang berasal dari Balitbang Kelautan dan Perikanan ini memberikan harapan baru yang menjanjikan. Jika kita analisis lebih lanjut tentang peningkatan produktivitas tambak dengan membudidayakan ikan nila Sukamandi dikomparasikan dengan budidaya bandeng seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komparasi budidaya bandeng dengan budidaya nila Srikandi di tambak pada Desa Dampyak Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal tahun 2011
 
Sumber: Hasil survai dan data hasil penelitian 2011
Dengan memperhatikan Tabel 2, maka introduksi teknologi budidaya nila Srikandi memperlihatkan indikasi keberhasilan yang signifikan. Hal ini terlihat dari nilai produksi yang cukup tinggi dari budidaya ikan nila yaitu sebesar Rp 45.576.000,-/ha dalam jangka waktu hanya 3 bulan. Jika dibandingkan dengan budidaya bandeng dengan nilai produksi sebesar Rp 11.220.000,-/ha, namun dalam jangka waktu 6 bulan. Hasil baik ini masih perlu mendapat dukungan kebijakan dari pemerintah daerah setempat, agar teknologi budidaya nila dapat berkembang ke wilayah kecamatan lainnya. Hasil yang serupa juga telah diperoleh pada pembudidaya tambak di daerah Kebumen dengan mengunakan ikan nila, maka keuntungan meningkat 100% (Indarjo et al., 2009).
Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Aplikasi teknologi budidaya nila di tambak akan meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan, karena nilai ekonomi ikan nila cukup tinggi. Harga jual nila adalah Rp 11.000,-/kg dengan ukuran 67  ekor/kg. Dengan menggunakan benih nila yang adaptif di tambak, maka peningkatan pendapatan masyarakat dapat direalisasikan. Jika menggunakan komoditas bandeng, pembudidaya hanya memperoleh hasil sebesar Rp 11.220.000,-/ha/6 bulan. Namun dengan mengadopsi teknologi budidaya nila Srikandi, maka nilai produksi yang diperoleh pembudidaya adalah sebesar Rp 45.576.000,-/ha/3 bulan. Hal ini berarti ada peningkatan nilai produksi dari budidaya nila sebesar Rp 34.356.000,-/ha/ 3  bulan. Hasil analisis anggaran secara parsial pada budidaya nila dapat dilihat pada Tabel  3.
Tabel 3. Analisis anggaran parsial usaha budidaya nila Srikandi di tambak selama 3 bulan masa pemeliharaan
Komponen biaya dan pendapatan
Jumlah
A. Komponen biaya (Rp/6.000 m2/3 bulan) Tenaga kerja 3 orang x 90 hari x Rp 6.300,Bahan
-   Pakan (2.026 kg x Rp 6.250,-)
-   Benih nila (26.000 x Rp 50,-)
-   Alat perikanan
-   Pupuk cair (1,5 L x Rp 30.000,-)
-   Probiotik (5 botol x Rp 250.000,-)
-   Saponin (75 kg x Rp 7.500,-)
-   Kapur (2 karung x Rp 25.000,-)
Total biaya
1.701.000
        12.662.500
          1.300.000
384.000
               45.000
          1.250.000
             562.500
50.000
16.254.000
B. Komponen pendapatan
Penerimaan (2.486 kg @ Rp 11.000,-)
27.346.000
C.    Keuntungan finansial
D.    R/C atas biaya total
11.752.500 1 , 75
Komponen biaya dan pendapatan      Jumlah
Menurut Swastika (2004), analisis anggaran parsial merupakan cara sederhana untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh oleh pembudidaya tanpa dibebani cara analisis yang rumit. Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa budidaya nila cukup menguntungkan, hal ini terlihat dari nilai R/C yang mencapai 1,75. Standar yang umum digunakan yaitu jika R/C lebih dari 1,0 maka usaha tersebut menguntungkan.
Program revitalisasi tambak di Desa Likupang II, Minahasa Utara dengan memanfaatkan nila merah ternyata juga berdampak positif terhadap pembudidaya di lokasi setempat. Dalam satu siklus produksi dapat dihasilkan break event point (BEP) harga sebesar Rp 11.631,-; dan BEP produksi 1.832 kg, serta benefit/cost mencapai 1,03. Meskipun keuntungan yang didapat belum terlalu besar, namun dari segi pemanfaatan tambak hasil ini cukup memuaskan (Mantau & Tirajah, 2008).
KESIMPULAN
Hasil aplikasi sistem budidaya nila Srikandi yang toleran salinitas menunjukkan adanya peningkatan produksi tambak dari 1.020 ton/ha menjadi 4.143 ton/ha dalam waktu tiga bulan. Analisis anggaran parsial dari budidaya nila toleran salinitas di tambak tersebut menunjukkan R/C atas biaya total mencapai 1,75. Indikator ekonomi ini memperlihatkan bahwa inovasi sistem budidaya nila Srikandi di tambak mampu meningkatkan produksi, dan dampak dari kondisi tersebut akan sangat mendukung program revitalisasi tambak di wilayah pantura.
Lies Emmawati Hadie*), Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi**), Sularto**), dan Wartono Hadie*)
*) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya
Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540
E-mai: info@cria.indosat.net.id
**) Balai Penelitian Pemuliaan Ikan
Jl. Raya Sukamandi No. 2, Subang 41256
DAFTAR ACUAN
Anonim. 2008. Petunjuk teknis pembenihan dan pembesaran ikan nila (O. niloticus). http:// www.litbang.kkp.go.id/rica-maros/images/pdf/037/materi., 28 hlm.
Anonim. 2010a. Statistik Perikanan Kabupaten Tegal. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tegal, 10  hlm.
Anonim. 2010b. Budidaya nila di tambak Pandu Karawang. http://www.radar-karawang.com/2010/05/ budidaya-ikan., 3  hlm.
Anonim.2011a. Industrilalisasi Perikanan butuh Sinergitas Pusat – Daerah. http://www.kkp.go.id/index/php/arsip/c/6476/wira usaha-perikanan-didorong
Anonim. 2011b. Standar operasional prosedur pembenihan dan pembesaran ikan nila. Balai Penelitian Pemuliaan Ikan. Sukamandi, 4 hlm.
Bastiawan, D. & Wahid, A. 2005. Tehnik pembenihan nila GIFT secara massal dan pembesaran ikan nila merah di tambak. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor, 2 hlm.
Indarjo, A., Samidjan, Driristiyanto, Zaenuri, M., & Rachmawati, D. 2009. Kaji terap teknologi budidaya ikan nila GIFT di tambak sebagai upaya penanggulangan rawan gizi, kemiskinan pasca tsunami. Project report. Fakultas Perikanan dan Kelautan. UNDIP. Semarang. http://eprint.undip.ac.id/27852.
Mantau, Z. & Tirajah, S. 2008. Kajian pembesaran ikan nila merah dalam tambak di Desa Likupang II, Kabupaten Minahasa Utara http://saluargominut.blogspot.com/2008/01/kajian-pembesaran.
Swastika, D.K.S. 2004. Beberapa teknik analisis dalam penelitian dan pengkajian teknologi pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 7(1): 90-103.

0 comments:

Post a Comment