PENDAHULUAN
Beberapa
program nasional telah ditetapkan untuk mendukung program industrialisasi
antara lain Gerakan Sejuta Hektar Mina Padi (GENTANADI) dan Program Gerakan
Nasional Masyarakat Minapolitan (GEMPITA) (Anonim, 2011a). Pengembangan
perikanan budidaya di Indonesia ke depan diharapkan dapat mendorong masyarakat
perikanan untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan dan daya saing produk perikanan
budidaya secara berkelanjutan melalui peningkatan efisiensi dan keunggulan
komparatif. Pengembangan sumber daya perikanan yang sesuai dengan pengelolaan
dan pemanfaatan yang optimal dapat mengurangi permasalahan khususnya dalam
pengembangan wilayah untuk budidaya dan kesempatan kerja serta berusaha bagi
masyarakat yang tinggal di areal marjinal dalam kasus ini daerah pesisir.
Dalam
upaya percepatan peningkatan produksi selain upaya perbaikan kualitas dari
komoditaskomoditas yang dibudidayakan, juga dapat ditempuh melalui perluasan
lahan budidaya, pemanfaatan lahan-lahan marjinal yang disesuaikan dengan
kemampuan adaptasi dari komoditas yang dipelihara merupakan langkah bijaksana
dalam proses ini.
Salah
satu lahan marjinal yang berpotensi untuk peningkatan produksi di antaranya
adalah lahanlahan tambak. Dalam rangka pengembangan kawasan budidaya ini,
selain pembukaan lahan-lahan budidaya baru juga perlu mengoptimalkan lahan yang
pada saat ini relatif kurang produktif seperti lahan tambak di sebagian besar
pantai Utara Pulau Jawa. Tambak-tambak tersebut merupakan lahan bekas budidaya
udang windu yang dalam waktu 10-15 tahun
terakhir mengalami kegagalan panen dikarenakan terjadinya wabah penyakit pada
usaha budidaya tersebut. Komoditas yang berpeluang dapat dipelihara pada
kondisi tersebut antara lain ikan nila. Salah satu contoh adalah uji coba
budidaya ikan nila di tambak di wilayah Karawang menunjukkan indikasi yang
positif dengan penebaran awal benih berukuran 20-30 g dapat dihasilkan ikan
nila konsumsi dengan bobot 180-250 g
dalam waktu 2 bulan. Demikian pula untuk
teknik pembenihan dan pembesaran nila di tambak telah tersedia teknologinya
(Anonim, 2010b; Bastiawan & Wahid, 2005).
Salah
satu alternatif pilihan komoditas yang cocok dikembangkan di wilayah Kabupaten
Tegal adalah nila, dikarenakan ikan ini dapat tumbuh dengan baik pada media
perairan payau dan dari segi harga jual pada saat pemasaran hasil lebih mudah
diterima di lokasi tersebut. Selain itu, pertimbangan sosial dari masyarakat
pantai (nelayan) di mana pemahaman terhadap budidaya masih kurang, mereka sudah
terbiasa dengan pola memanen dari alam sehingga pembinaan pada aspek budidaya
harus lebih intensif.
Kabupaten
Tegal juga menghadapi permasalahan yakni intrusi air laut serta rob yang cukup
parah dan mengakibatkan lahan sawah terendam air laut. Kondisi ini menyebabkan
petani padi mengalami kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu, pihak
pemerintah daerah berupaya mencari solusi agar petani padi dapat beralih
profesi menjadi pembudidaya ikan. Salah satu jenis ikan yang disukai masyarakat
adalah ikan nila. Namun komoditas ikan ini belum berkembang secara luas di
Kabupaten Tegal. Meskipun telah ada pembudidaya yang mencoba budidaya nila,
namun masih bersifat penjajagan. Beberapa pembudidaya telah mencoba strain ikan
nila GIFT dari Cilacap, akan tetapi hasilnya belum memuaskan. Polikultur ikan
nila dengan bandeng telah dicoba di tambak, namun belum menunjukkan hasil yang
produktif (Anonim, 2010a). Dari aplikasi teknologi budidaya ikan nila di Tegal
diharapkan dapat dijadikan percontohan untuk wilayah lain.
Tujuan
dari kegiatan ini adalah untuk memasyarakatkan teknologi budidaya ikan nila
sebagai komoditas yang mampu tumbuh dengan baik di tambak kepada masyarakat
pembudidaya ikan di Tegal. Selain itu, juga mengintroduksikan teknik pembenihan
nila tahan salinitas kepada BBI Pangkah yang merupakan UPTD di bawah koordinasi
Dinas Kelautan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tegal. Diharapkan bahwa sistem
budidaya nila akan memberikan manfaat dengan meningkatnya produktivitas tambak
di kabupaten Tegal dan wilayah di sekitarnya. Selain itu, diharapkan BBI
Pangkah dapat berfungsi sebagai produsen benih ikan nila yang adaptif di tambak
untuk di distribusikan ke wilayah di sekitar Kabupaten Tegal.
BAHAN
DAN METODE
Kegiatan
budidaya ikan nila di Kabupaten Tegal dilakukan di dua lokasi yaitu di Balai
Benih Ikan Pangkah (Desa Dukuh Jati Kidul Kecamatan Pangkah) yang digunakan
untuk transfer teknologi pembenihan nila Srikandi. Untuk kegiatan pembesaran
nila di tambak digunakan tambak di Desa Dampyak Kecamatan Kramat dengan luasan
2.600 m2, 1.500 m2, 1.300 m2, dan 600 m2. Luas total lahan yang digunakan
adalah 6.000 m2 (Gambar 1).
Gambar
1. Peta lokasi kegiatan budidaya
ikan nila Srikandi di Kabupaten Tegal
Pembenihan
Ikan Nila
Induk
ikan nila yang digunakan sebagai induk berukuran 200-300 g. Induk jantan dan
betina dipelihara dalam kolam yang terpisah, agar tidak terjadi pemijahan
secara tidak beraturan. Cara pemeliharaan induk ikan nila Srikandi adalah
sebagai berikut:
1. Masing-masing kolam induk diberi kode
jantan dan betina untuk memudahkan dalam pemberian pakan.
2. Ikan nila yang digunakan sebagai induk
dipilih yang kondisinya optimal (ikan sehat, tidak cacat). Setelah itu, ikan
dimasukkan ke dalam kolam pemeliharaan induk sesuai dengan kode dengan luas
kolam 100 m2, agar mempermudah dalam penanganan.
3. Padat tebar induk ikan nila 3 ekor/m2.
4. Ikan nila diberi pakan sebanyak 2%-3%
dari biomassa total per hari, dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali sehari
(pagi dan sore atau pagi, siang, dan sore). Pakan yang diberikan berupa pakan
khusus induk dengan kadar protein 36%-38%.
Aklimatisasi
Benih Ikan Nila
• Benih yang digunakan diaklimatisasi
sampai salinitas yang dibutuhkan. • Aklimatisasi dilakukan secara bertahap
yaitu sebanyak 5 ppt/hari.
Pembesaran
ikan nila di tambak
Persiapan
tambak mencakup beberapa aspek, yaitu:
• Pengeringan, pengapuran, dan
pemupukan tambak.
• Dosis pengapuran adalah 100 g/m2.
• Dosis pupuk organik adalah 500 g/m2
(berupa kotoran ayam) dan pupuk anorganik dengan dosis urea 20 g/m2 dan TSP 10
g/m2.
Tambak
bersalinitas (10-30 ppt)
• Sebelumnya benih ikan diadaptasikan
pada kondisi perairan yang bersalinitas sampai dengan 1030 ppt. Aklimatisasi dilakukan dengan salinitas
5 ppt/hari.
• Luas kolam yang digunakan berukuran
2.600 m2, 1.500 m2, 1.300 m2, dan 600 m2. Luas total lahan yang digunakan
adalah 6.000 m2.
Pakan
ikan
• Pakan berupa pakan alami dan pakan
buatan (pelet).
• Pakan alami disediakan melalui
pemupukan dan pakan buatan yang digunakan berupa pakan komersial.
Penebaran
Benih Ikan
• Penebaran ikan dilakukan pada pagi
hari.
• Sebelum ditebar dilakukan
aklimatisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
• Padat tebar untuk pemeliharaan di
tambak adalah 5 ekor/m2, Ukuran benih awal yang ditebar 5-7 cm/ekor.
Pemberian
Pakan
• Kandungan protein pakan sebesar
28%-30%.
• Pemberian pakan dilakukan tiga kali
sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari.
• Jumlah pakan yang diberikan dihitung
berdasarkan bobot total ikan dari setiap wadah pemeliharaan. Secara sederhana
perhitungan pemberian pakan sebagai berikut: satu bulan pertama 5% dari bobot
ikan, satu bulan kedua 4% dari bobot ikan dan bulan berikutnya 3% dari bobot
ikan sampai dengan saat panen ikan.
Pemanenan
• Untuk pemeliharaan di kolam tanah
pemanenan melalui beberapa tahapan yaitu pertama dengan menggunakan jaring
tarik dan sisanya kolam disurutkan.
• Ikan yang dipanen kemudian ditampung
dalam tempat yang mempunyai aliran air yang baik.
• Pemberokan dilakukan sebelum ikan
didistribusikan dalam keadaan hidup.
• Proses pengangkutan ikan dilakukan
pada pagi hari.
• Pertumbuhan ikan nila dipantau setiap
2 minggu dengan cara dilakukan sampling sejumlah 50 ekor untuk setiap petakan
tambak.
• Analisis ekonomi yang digunakan untuk
mengetahui keuntungan yang diperoleh dari aplikasi ikan nila toleran salinitas
di tambak yaitu analisis anggaran parsial (Swastika, 2004).
HASIL
DAN BAHASAN
Pembenihan
Ikan Nila Toleran Salinitas di Balai Benih Ikan Pangkah
Hasil
kegiatan pembenihan ikan nila yang telah dilaksanakan di BBI Pangkah
menghasilkan benih nila sejumlah 36.000 ekor dalam I siklus pemeliharaan yang
berlangsung selama 45 hari. Jumlah induk yang dipijahkan sebanyak 45 ekor induk
jantan dan 135 ekor induk betina dalam satu siklus produksi tersebut. Produksi
benih sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Produksi benih nila dan larva (ekor) pada tahun 2010 dibandingkan dengan
produksi
benih
nila Srikandi di BBI Pangkah pada tahun 2011
2010 2011
|
|
Jumlah induk
(ekor)
-
Nila GIFT
-
Nila merah
-
Nila toleran salinitas
Produksi benih
nila (ekor/tahun)
Produksi benih
nila toleran salinitas (ekor/siklus/45
hari) pada siklus ke-I
ProduksiI benih
nila Sukamandi (ekor/siklus/45 hari) pada siklus ke-II
|
310 310
110 110
- 800
20.880
36.000*
25.000*
|
Sumber:
Data statistik Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tegal 2010 dan data
hasil penelitian 2011*
Dari
Tabel 1 terlihat bahwa produksi benih nila di BBI dalam satu siklus mampu
mencapai 36.000 ekor dengan menggunakan induk nila toleran salinitas hasil
perakitan BPPI Sukamandi. Jumlah produksi benih nila pada siklus ke-I yang
dicapai itu baru memanfaatkan 180 ekor induk. Pada siklus ke-II produksi benih
nila mencapai 25.000 ekor. Prediksi peningkatan produksi benih nila di BBI
Pangkah dapat dilihat pada Gambar 2.
Predikisi
peningkatan produksi benih nila di BBI Pangkah berdasarkan jumlah induk yang
ditransfer sejumlah 800 ekor yang merupakan induk yang telah siap untuk
dipijahkan. Kualitas induk yang diberikan relatif baik serta teknologi
pembenihan yang diberikan telah teruji.
Pembesaran
Ikan Nila Srikandi di Tambak
Hasil
yang telah dicapai selama 10 minggu pemeliharaan benih ikan nila di tambak
menunjukkan hasil yang positif dalam mencapai pertumbuhan yang cepat.
Peningkatan produktivitas ikan nila toleran salinitas dari Sukamandi telah mencapai
150% lebih tinggi dibandingkan dengan nila GIFT dengan pola budidaya
konvensional. Perkembangan bobot ikan nila di tambak selama 10 minggu dapat
dilihat pada Gambar 3.
Tahun
Gambar
2. Prediksi peningkatan produksi
benih nila di BBI Pangkah
Gambar
3. Perkembangan ikan nila Srikandi
di tambak di Desa
Dampyak,
selama 10 minggu masa pemeliharaan
Dari
Gambar 3 diketahui bahwa pada awal penebaran bobot rata-rata ikan adalah 3,0 g;
pada waktu 4 minggu mencapai 10,30 g; kemudian pada waktu 6 minggu bobot
rata-rata adalah 61,40 g; dan pada waktu masa pemeliharaan 10 minggu rata-rata
bobot ikan nila mencapai 115,40 g. Pertumbuhan dari populasi nila Srikandi
cukup pesat dan jauh lebih baik dibandingkan dengan nila GIFT yang sedang
dicoba dibudidayakan oleh pembudidaya di Desa Dampyak.
Dalam
waktu 10 minggu rata-rata bobot nila GIFT di tambak hanya mencapai 45 g, dan
teknologi budidaya yang digunakan masih bersifat tradisional tanpa ada
pengolahan dasar tambak. Jika hasil ini diperbandingkan, maka pertumbuhan nila
Srikandi lebih cepat 155,5 % dibandingkan dengan nila GIFT dalam waktu 10
minggu masa pemeliharaan. Perbandingan pertumbuhan nila Srikandi dapat dilihat
pada Gambar 4.
Apabila
ditinjau dari segi teknologi budidaya ikan nila, maka teknologi budidaya dari
Badan Litbang Kelautan dan Perikanan yang dalam konteks ini berkaitan dengan
BPPI Sukamandi menghasilkan peningkatan produktivitas yang cukup signifikan.
Panen parsial telah dilaksanakan dan produksi ikan nila mencapai 2.486 kg/6.000
m2 atau jika dikonversikan maka produksi yang diperoleh adalah 4.143,3 ton/ha.
Jika panen secara total telah dilakukan, maka produksi yang dicapai lebih
tinggi dari nilai tersebut di atas.
Jenis
nila
Gambar
4. Pertumbuhan nila Srikandi dan
nila GIFT di tambak pada
Desa
Dampyak, selama 10 minggu masa pemeliharaan
Kondisi
sebelum kegiatan penelitian berlangsung memperlihatkan bahwa budidaya yang
berkembang di Desa Dampyak sebagian besar adalah budidaya bandeng. Usaha
budidaya bandeng dinilai oleh pembudidaya tambak kurang memberikan keuntungan
yang memadai dan memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar enam bulan untuk
dapat di panen. Oleh karena itu, budidaya nila adaptif di tambak yang berasal
dari Balitbang Kelautan dan Perikanan ini memberikan harapan baru yang menjanjikan.
Jika kita analisis lebih lanjut tentang peningkatan produktivitas tambak dengan
membudidayakan ikan nila Sukamandi dikomparasikan dengan budidaya bandeng
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Komparasi budidaya bandeng dengan budidaya nila Srikandi di tambak pada Desa
Dampyak Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal tahun 2011
Sumber:
Hasil survai dan data hasil penelitian 2011
Dengan
memperhatikan Tabel 2, maka introduksi teknologi budidaya nila Srikandi
memperlihatkan indikasi keberhasilan yang signifikan. Hal ini terlihat dari
nilai produksi yang cukup tinggi dari budidaya ikan nila yaitu sebesar Rp
45.576.000,-/ha dalam jangka waktu hanya 3 bulan. Jika dibandingkan dengan
budidaya bandeng dengan nilai produksi sebesar Rp 11.220.000,-/ha, namun dalam
jangka waktu 6 bulan. Hasil baik ini masih perlu mendapat dukungan kebijakan
dari pemerintah daerah setempat, agar teknologi budidaya nila dapat berkembang
ke wilayah kecamatan lainnya. Hasil yang serupa juga telah diperoleh pada
pembudidaya tambak di daerah Kebumen dengan mengunakan ikan nila, maka keuntungan
meningkat 100% (Indarjo et al., 2009).
Peningkatan
Pendapatan Masyarakat
Aplikasi
teknologi budidaya nila di tambak akan meningkatkan pendapatan pembudidaya
ikan, karena nilai ekonomi ikan nila cukup tinggi. Harga jual nila adalah Rp
11.000,-/kg dengan ukuran 67 ekor/kg.
Dengan menggunakan benih nila yang adaptif di tambak, maka peningkatan
pendapatan masyarakat dapat direalisasikan. Jika menggunakan komoditas bandeng,
pembudidaya hanya memperoleh hasil sebesar Rp 11.220.000,-/ha/6 bulan. Namun
dengan mengadopsi teknologi budidaya nila Srikandi, maka nilai produksi yang
diperoleh pembudidaya adalah sebesar Rp 45.576.000,-/ha/3 bulan. Hal ini
berarti ada peningkatan nilai produksi dari budidaya nila sebesar Rp
34.356.000,-/ha/ 3 bulan. Hasil analisis
anggaran secara parsial pada budidaya nila dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel
3. Analisis anggaran parsial usaha budidaya nila Srikandi di tambak selama 3
bulan masa pemeliharaan
Komponen biaya dan pendapatan
|
Jumlah
|
A. Komponen biaya (Rp/6.000 m2/3
bulan) Tenaga kerja 3
orang x 90 hari x Rp 6.300,Bahan
- Pakan (2.026 kg x Rp 6.250,-)
- Benih nila (26.000 x Rp 50,-)
- Alat perikanan
- Pupuk cair (1,5 L x Rp 30.000,-)
- Probiotik (5 botol x Rp 250.000,-)
- Saponin (75 kg x Rp 7.500,-)
- Kapur (2 karung x Rp 25.000,-)
Total biaya
|
1.701.000
12.662.500
1.300.000
384.000
45.000
1.250.000
562.500
50.000
16.254.000
|
B. Komponen pendapatan
Penerimaan (2.486 kg @ Rp 11.000,-)
|
27.346.000
|
C. Keuntungan finansial
D. R/C atas biaya total
|
11.752.500 1 ,
75
|
Komponen
biaya dan pendapatan Jumlah
Menurut
Swastika (2004), analisis anggaran parsial merupakan cara sederhana untuk
mengetahui keuntungan yang diperoleh oleh pembudidaya tanpa dibebani cara
analisis yang rumit. Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa budidaya nila cukup
menguntungkan, hal ini terlihat dari nilai R/C yang mencapai 1,75. Standar yang
umum digunakan yaitu jika R/C lebih dari 1,0 maka usaha tersebut menguntungkan.
Program
revitalisasi tambak di Desa Likupang II, Minahasa Utara dengan memanfaatkan
nila merah ternyata juga berdampak positif terhadap pembudidaya di lokasi
setempat. Dalam satu siklus produksi dapat dihasilkan break event point (BEP)
harga sebesar Rp 11.631,-; dan BEP produksi 1.832 kg, serta benefit/cost mencapai
1,03. Meskipun keuntungan yang didapat belum terlalu besar, namun dari segi
pemanfaatan tambak hasil ini cukup memuaskan (Mantau & Tirajah, 2008).
KESIMPULAN
Hasil
aplikasi sistem budidaya nila Srikandi yang toleran salinitas menunjukkan
adanya peningkatan produksi tambak dari 1.020 ton/ha menjadi 4.143 ton/ha dalam
waktu tiga bulan. Analisis anggaran parsial dari budidaya nila toleran
salinitas di tambak tersebut menunjukkan R/C atas biaya total mencapai 1,75.
Indikator ekonomi ini memperlihatkan bahwa inovasi sistem budidaya nila
Srikandi di tambak mampu meningkatkan produksi, dan dampak dari kondisi
tersebut akan sangat mendukung program revitalisasi tambak di wilayah pantura.
Lies
Emmawati Hadie*), Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi**), Sularto**), dan Wartono
Hadie*)
*)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya
Jl.
Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540
E-mai:
info@cria.indosat.net.id
**)
Balai Penelitian Pemuliaan Ikan
Jl.
Raya Sukamandi No. 2, Subang 41256
DAFTAR
ACUAN
Anonim.
2008. Petunjuk teknis pembenihan dan pembesaran ikan nila (O. niloticus).
http:// www.litbang.kkp.go.id/rica-maros/images/pdf/037/materi., 28 hlm.
Anonim.
2010a. Statistik Perikanan Kabupaten Tegal. Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Tegal, 10 hlm.
Anonim.
2010b. Budidaya nila di tambak Pandu Karawang.
http://www.radar-karawang.com/2010/05/ budidaya-ikan., 3 hlm.
Anonim.2011a.
Industrilalisasi Perikanan butuh Sinergitas Pusat – Daerah.
http://www.kkp.go.id/index/php/arsip/c/6476/wira usaha-perikanan-didorong
Anonim.
2011b. Standar operasional prosedur pembenihan dan pembesaran ikan nila. Balai
Penelitian Pemuliaan Ikan. Sukamandi, 4 hlm.
Bastiawan,
D. & Wahid, A. 2005. Tehnik pembenihan nila GIFT secara massal dan
pembesaran ikan nila merah di tambak. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar.
Bogor, 2 hlm.
Indarjo,
A., Samidjan, Driristiyanto, Zaenuri, M., & Rachmawati, D. 2009. Kaji terap
teknologi budidaya ikan nila GIFT di tambak sebagai upaya penanggulangan rawan
gizi, kemiskinan pasca tsunami. Project report. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. UNDIP. Semarang. http://eprint.undip.ac.id/27852.
Mantau,
Z. & Tirajah, S. 2008. Kajian pembesaran ikan nila merah dalam tambak di
Desa Likupang II, Kabupaten Minahasa Utara
http://saluargominut.blogspot.com/2008/01/kajian-pembesaran.
Swastika,
D.K.S. 2004. Beberapa teknik analisis dalam penelitian dan pengkajian teknologi
pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 7(1):
90-103.
0 comments:
Post a Comment