A. Klasifikasi dan Ciri Ikan Lele
Dumbo
Ikan lele dumbo adalah jenis ikan
lele hibrida yang diintroduksikan ke
Indonesia dari negara asal yaitu
Taiwan pada tahun 1986 (Suyanto, 1986). Jenis ikan lele yang popular dengan
nama ikan kucing (Cat Fish) ini, pada
hakekatnya mempunyai ciri-ciri yang sama dengan lele lokal Indonesia. Menurut
Suyanto, (1986), ikan lele mempunyai klasifikasi dan ciri-ciri berdasarkan
taksonomi sebagai berikut:
Filum : Chordata,
ialah binatang bertulang belakang.
Kelas : Pisces, ialah
bangsa ikan yang mempunyai insang
sebagai alat pernafasan.
Sub Kelas : Telcostei, ialah ikan yang
bertulang keras.
Ordo : Ostaciophysis, ialah ikan yang dalam rongga perutnya
Sebelah atas memiliki tulang
sebagai perlengkapan
keseimbangan
Sub Ordo : Siluroidae,
ialah ikan yang bentuknya memanjang
dan
licin.
Famili : Clarias, ialah sekelompok ikan selain
mempunyai
ciri –
ciri tersebut, juga mempunyai cirri khas bentuk
kepala pipih dan mempunyai empat
pasang kumis.
Genus : Clarias
Species : Clarias gariepinus
Pembudidaya pada umumnya
mengembangkan jenis ikan lele hibrida, yaitu lele dumbo. Hal ini disebabkan
karena ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibanding dengan lele lokal seperti
pertumbuhannya relatif cepat dalam jangka waktu yang pendek dan respon terhadap
pakan, memiliki daya tahan yang cukup baik pada kondisi lingkungan yang buruk,
tahan terhadap serangan penyakit, sehingga siklus pemeliharaannya dapat lebih
cepat. Hal inilah yang menjadi pilihan para pembudidaya lele, lebih tertarik
untuk memelihara lele hibrida daripada lele lokal.
B. Faktor dan Sarana Produksi
Usaha Budidaya Lele Dumbo
Di dalam usaha budidaya ikan tidak lepas dari faktor produksi dan sarana
produksi. Faktor dan sarana produksi diupayakan semaksimal mungkin oleh para
pembudidaya guna mencapai hasil yang optimum, kita sadari bahwa pembudidaya
belum memahami bagaimana cara menggunakan atau memanfaatkan faktor produksi
tersebut secara efisien, rasional, sehingga akan memperkecil biaya usahatani
itu sendiri, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan pada setiap usaha
budidaya Faktor produksi tersebut diantaranya antara lain :
1.Bibit
Bibit ikan
lele dumbo dapat dikatakan berkualitas baik, bila berasal dari induk yang
unggul. Induk unggul tersebut mempunyai ciri-ciri diantaranya cukup terseleksi dari segi umur,
kesehatan, tidak cacat, maupun kematangan telur. Kurang hati-hati dalam
pemilihan induk ini akan menghasilkan keturunan yang berkualitas jelek. Menurut
Suyanto (1986) ukuran induk lele yang baik mencapai bobot minimal 100 gram per
ekor, dan telah dipelihara selama empat bulan tidak ada cacat fisik, serta
bebas hama dan penyakit. Bibit yang baik dicirikan dengan ukurannya yang
seragam, gesit (tidak pasif), bebas hama dan penyakit (Prihartono dan Rasidik,
2000). Bibit yang ditebar Pembudidaya umumnya mempunyai beberapa ukuran. Untuk
ukuran kecil panjang tubuhnya 2 – 3 cm, ukuran sedang panjangnya 3 – 5 cm, dan
ukuran besar, panjangnya 5 – 7 cm.
2. Pakan
Pakan
merupakan komponen penting dalam
budidaya ikan, karena dengan pakan akan mempercepat pertumbuhan ikan.
Pakan untuk ikan terdiri atas pakan alami zooplankton dan phytoplankton serta
pakan buatan (pellet). Menurut Nurjana (1989) pakan ini harus sesuai dengan
bukaan mulut ikan, mudah dicerna dan mudah ditangkap, sehingga di pasaran dikenal dengan pakan ukuran kecil (crumble) dan pakan ukuran besar (pellet).
Secara fisik , pakan perlu
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Aspek kimiawi, yaitu pakan harus
mengandung kadar protein antara 30 % - 60 %, karbohidrat 10% - 30%, lemak 4% - 18%, serta
vitamin A, D, E, K, B, C kira-kira 1% - 2%. Bahan baku pakan tersebut dapat
memakai tepung ikan, tepung silase, dedak, bekatul, tepung kedelai, bungkil
kacang, dan lain sebagainya (Anonim, 1992).
b. Aspek fisik,pakan harus bentuk
dan ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan , mudah ditangkap dan mudah
dicerna.
c. Aspek biologis, yaitu nilai
konversi pakan, dengan perhitungan Konversi Pakan Relatif (Relatif Feed Conversion) :
FCR
d.
Aspek ekonomis, yaitu pemberian pakan harus seefisien mungkin sehingga diperoleh angka
serendah mungkin. Umumnya pembudidaya melakukan pemberian pakan bernilai
konversi sangat tinggi yaitu antara 1,5 – 2 yang artinya untuk menghasilkan 1
kg daging ikan menghabiskan 1,5 – 2 kg pakan. Dengan demikian angka tersebut
merupakan peringatan bagi pembudidaya bahwa secara kasar dalam pemberian pakan
tersebut tidak ekonomis. Semakin kecil angka konversi yang diusahakan, maka
semakin menguntungkan.
3. Pupuk
Ikan lele dumbo memerlukan pakan alami untuk pertumbuhannya. Jenis pakan
alami yang dibutuhkan tergantung jenis dan ukurannya. Untuk jenis ikan yang
relatif besar, diberikan pakan buatan (pellet), sedang untuk ikan ukuran kecil
(larva dan bibit) masih membutuhkan pakan alami.
Pemupukan upaya
menambah dan menyediakan unsur-unsur hara baik makro maupun mikro dalam tanah
yang diperlukan oleh mahluk hidup. Pemupukan kolam merupakan bagian yang
penting dari proses budidaya, karena dengan pemupukan akan
merangsang pertumbuhan pakan alami baik phytoplankton maupun zooplankton, memperbaiaki kualitas air. Pupuk yang dipakai dapat pupuk anorganik maupun organik, sebaiknya menggunakan pupuk
organik berupa pupuk kandang atau kompos, dengan dosis 500 gram/m2. Teknik pemupukan ditaburkan ke petakan kolam
kemudian diairi dan dibiarkan selama 7 hari. Setelah pakan alami berupa plankton kelihatan tumbuh, kemudian bibit ikan lele dumbo ditebar
(Suyanto, 1986).
1. Probiotik
a. Probiotik
Probiotik
adalah suplemen yang mengandung bekteri yang sangat menguntungkan. Beberapa
probiotik terdapat secara alami, contohnya seperti Lactobacillus. Probiotik
umumnya dapat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hingga kini belum ada
publikasi yang menyatakan bahwa probiotik mampu menggantikan mikrofora alami di
dalam tubuh. Namun banyak penelitian yang membuktikan bahwa probiotik akan
membentuk koloni sementara alami dalam saluran pencernakan (Dwijoseputro,
2003).
b. Kegunaan Probiotik
Kegunaan probiotik untuk budidaya ikan lele : membantu mempercepat proses penguraian, mengurangi bau air kolam akibat
pembusukan dari sisa –sisa pakan lele, menguraikan sisa-sisa pakan menjadi pakan alami dari plankton, membunuh bakteri yang
patogen (merugikan) bagi ikan lele, menumbuhkan bakteri yang menguntungkan
untuk pertumbuhan ikan lele dan menambah daya tahan ikan dari serangan
penyakit.
1. Kegunaan probiotik sebagai
pengurai tanah : memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, untuk pertumbuhan Zooplankton, cacing tanah, phytoplankton, ganggang, menghilangkan
bau tanah akibat pembusukan sisa pakan tidak sempurna, menetralisir Asam
Sulfida (H2S) yang menimbulkan gas beracun pada tanah.
2. Mikroba yang dapat mengoksidasi
belerang antara lain: Beggiatoa, Thioplaca, dan Virreoscilla (Timotius,1982).
3. Cara aplikasi probiotik pada
kolam: dosis penggunaan ± 5 cc – 10 cc (5 – 10)/m2, diperam/
dicampur air dalam 5 lt air selama 1 jam, disiramkan dalam air kolam
(Anonim,2006).
4. Cara aplikasi probiotik sebagai
pengurai tanah: disemprotkan pada dasar tanah setelah panen/ kedok teplok,
dosis aplikasi 0,5 lt (setengah botol) 100 m2 ditambah pupuk kandang 2 kg/100 m2.
Komponen organik
dan anorganik merupakan subtrat atau medium yang baik bagi kehidupan mikro
organisme. Mikroorganisme penghuni tanah merupakan campuran populasi dari :
(a). Protozoa seperti amuba, flagelata, ciliata, (b). Bakteri: (Clostridium, Rhizobium), (c). Algae
(ganggang) : alga biru, alga hijau, diatom, dan jamur: Phycomycetes dan Ascomycetes. Pada umumnya mikroorganisme
tersebut lebih banyak terdapat di dekat permukaaan tanah. Makin masuk ke dalam
tanah, makin berkuranglah penghuninya. Protozoa hidup dari zat-zat organik,
termasuk bakteri yang masih hidup. Alga hidup autotrof dan memperkaya tanah
dengan bahan-bahan organik bakteri dan jamur hidup sebagai
saprofit dan menghancurkan bahan organik. (Dwidjoseputro, 2003).
5. Cara Aplikasi Probiotik Pada
Pakan : menyiapkan pakan ikan buatan, melarutkan 5 cc probiotik/liter air dan menyemprotkan pada pakan ikan tersebut
secukupnya, siap untuk diaplikasikan pada ikan lele (Anonim,1995)
5. Obat-obatan
Masalah yang sering dihadapi pembudidaya
dalam budidaya lele dumbo adalah adanya hama dan penyakit yang sering
mengakibatkan adanya gagal panen. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu
penggunaan obat-obatan yang tepat, ramah lingkungan, menjaga kualitas air, agar
ikan lele jangan sampai stress dan terinfeksi (Anonim, 1995).
Pengendalian hama dilakukan pada awal
pengolahan tanah, dengan menggunakan pestisida dan obat-obatan beracun lainnya
untuk membunuh hama penyakit : ular, kepiting, katak, dan serangga air yang
dapat mengganggu benih lele. Untuk pencegahan dan pengobatan jenis penyakit parasit pada lele dumbo dengan
cara memvaksin, yaitu dengan merendam telur, benih, ikan dewasa pada air yang
bervaksin, dengan dosis dan waktu tertentu. Dengan harapan setelah divaksin
selama 6 bulan ikan lele akan kebal terhadap penyakit (Anonim, 1995).
Ada beberapa penyakit parasit
pada ikan lele dumbo dan cara pencegahannya :
a. Penyakit Jamur
Benih direndam dengan green oxalat 2,5 – 3 ppm selama 30 menit.
b. Penyakit Bintik Putih
Ikan
lele yang sakit direndam dengan formalin 25 cc / m3 dan malachite green oxalat 0,1 gr / m3, selama
12 – 24 jam.
c. Penyakit Hirundinae
(
Lintah Hirundinae, cacing berwarna coklat ) dengan direndam diaerex 0,5 ppm. Untuk
pencegahan dan pengobatannya dicampur lewat makanan, diantaranya :
a) Aeromonas hydrophila
Makanan
dicampur dengan Teramycin 50 mg/kg ikan/hari selama 7 – 10 hari.
b) Penyakit Tuberculosis
Makanan
dicampur Tetramycilin 5 – 7,5 gram / 100
kg ikan / hari selama 5 –15 hari.
6. Tenaga Kerja
Menurut
Zonneveld et al.(1991), bahwa dalam
pengelolaan usahatani lele dumbo ada beberapa aspek kegiatan yang perlu
diperhatikan , diantaranya :
a. Kegitan penerapan sapta usaha
budidaya lele dumbo yaitu mulai dari: pengolahan tanah, pengairan, penebaran
benih, pemupukan, pemberian pakan, pemberantasan hama penyakit dan panen.
b. Kegiatan pengawasan dan kontrol.
Kegiatan
tersebut meningkat, semakin meningkatnya intensifikasi yang diterapkan pada
budidaya kolam. Untuk itu perlu penanganan yang intensif dan manajemen yang
professional dalam usaha budidaya lele dumbo, agar mendapat hasil yang
maksimal.
7. Manajemen
Aspek manajemen dalam budidaya
lele ini, menurut Zonneveld et al. (1991),
bahwa manajemen disini menyangkut beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Aktivitas pengawasan meningkat
secara kuantitatif dengan meningkatnya intensifikasi sistim budidaya ikan lele.
Aktivitas tersebut menuju pada standart kualitas dan kuantitas yang lebih
tinggi.
b. Aktivitas kontrol yang meningkat
dengan meningkatnya intensifikasi.
c. Aktivitas perawatan menjadi
banyak sekali pada kolam air tenang dengan permukaan yang luas.
d. Aktivitas yang langsung
berhubungan dengan ikan (manipulasi, pengawasan, pencegahan penyakit) juga
meningkat dengan meningkatnya intensifikasi.
0 comments:
Post a Comment