Sunday, November 17, 2013

BUDIDAYA LELE DUMBO DENGAN BERBAGAI WADAH

November 17, 2013 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


A. Klasifikasi dan Ciri Ikan Lele Dumbo
   Ikan lele dumbo adalah jenis ikan lele hibrida yang diintroduksikan  ke
Indonesia dari negara asal yaitu Taiwan pada tahun 1986 (Suyanto, 1986). Jenis ikan lele yang popular dengan nama ikan kucing (Cat Fish) ini, pada hakekatnya mempunyai ciri-ciri yang sama dengan lele lokal Indonesia. Menurut Suyanto, (1986), ikan lele mempunyai klasifikasi dan ciri-ciri berdasarkan taksonomi sebagai berikut:
            Filum                 : Chordata, ialah binatang bertulang belakang.
            Kelas                 : Pisces, ialah bangsa ikan yang mempunyai insang         
                                        sebagai alat pernafasan.
            Sub Kelas          : Telcostei, ialah ikan yang bertulang keras.
            Ordo                 : Ostaciophysis, ialah ikan yang dalam rongga perutnya
Sebelah atas memiliki tulang sebagai perlengkapan                             keseimbangan
            Sub Ordo          : Siluroidae, ialah ikan yang bentuknya memanjang
                                            dan licin.
             Famili               :  Clarias, ialah sekelompok ikan selain mempunyai
                                        ciri – ciri tersebut, juga mempunyai cirri khas bentuk
                                        kepala pipih dan mempunyai empat pasang kumis.
             Genus               : Clarias
            Species              : Clarias gariepinus
          Pembudidaya pada umumnya mengembangkan jenis ikan lele hibrida, yaitu lele dumbo. Hal ini disebabkan karena ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibanding dengan lele lokal seperti pertumbuhannya relatif cepat dalam jangka waktu yang pendek dan respon terhadap pakan, memiliki daya tahan yang cukup baik pada kondisi lingkungan yang buruk, tahan terhadap serangan penyakit, sehingga siklus pemeliharaannya dapat lebih cepat. Hal inilah yang menjadi pilihan para pembudidaya lele, lebih tertarik untuk memelihara lele hibrida daripada lele lokal.
B. Faktor dan Sarana Produksi Usaha Budidaya Lele Dumbo
Di dalam usaha budidaya ikan tidak lepas dari faktor produksi dan sarana produksi. Faktor dan sarana produksi diupayakan semaksimal mungkin oleh para pembudidaya guna mencapai hasil yang optimum, kita sadari bahwa pembudidaya belum memahami bagaimana cara menggunakan atau memanfaatkan faktor produksi tersebut secara efisien, rasional, sehingga akan memperkecil biaya usahatani itu sendiri, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan pada setiap usaha budidaya Faktor produksi tersebut diantaranya antara lain :
1.Bibit
Bibit ikan lele dumbo dapat dikatakan berkualitas baik, bila berasal dari induk yang unggul. Induk unggul tersebut mempunyai ciri-ciri  diantaranya cukup terseleksi dari segi umur, kesehatan, tidak cacat, maupun kematangan telur. Kurang hati-hati dalam pemilihan induk ini akan menghasilkan keturunan yang berkualitas jelek. Menurut Suyanto (1986) ukuran induk lele yang baik mencapai bobot minimal 100 gram per ekor, dan telah dipelihara selama empat bulan tidak ada cacat fisik, serta bebas hama dan penyakit. Bibit yang baik dicirikan dengan ukurannya yang seragam, gesit (tidak pasif), bebas hama dan penyakit  (Prihartono dan Rasidik, 2000). Bibit yang ditebar Pembudidaya umumnya mempunyai beberapa ukuran. Untuk ukuran kecil panjang tubuhnya 2 – 3 cm, ukuran sedang panjangnya 3 – 5 cm, dan ukuran besar, panjangnya 5 – 7 cm.
2. Pakan
Pakan merupakan komponen penting dalam  budidaya ikan, karena dengan pakan akan mempercepat pertumbuhan ikan. Pakan untuk ikan terdiri atas pakan alami zooplankton dan phytoplankton serta pakan buatan (pellet). Menurut Nurjana (1989) pakan ini harus sesuai dengan bukaan mulut ikan, mudah dicerna dan mudah ditangkap, sehingga  di pasaran dikenal  dengan pakan ukuran kecil (crumble) dan pakan ukuran besar (pellet).
Secara fisik , pakan perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.    Aspek kimiawi, yaitu pakan harus mengandung kadar protein antara     30 % - 60 %, karbohidrat 10% - 30%, lemak 4% - 18%, serta vitamin A, D, E, K, B, C kira-kira 1% - 2%. Bahan baku pakan tersebut dapat memakai tepung ikan, tepung silase, dedak, bekatul, tepung kedelai, bungkil kacang, dan lain sebagainya (Anonim, 1992).
b.    Aspek fisik,pakan harus bentuk dan ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan , mudah ditangkap dan mudah dicerna.
c.    Aspek biologis, yaitu nilai konversi pakan, dengan perhitungan Konversi Pakan Relatif (Relatif Feed Conversion) :
FCR
d.                                                                         Aspek  ekonomis, yaitu pemberian pakan harus  seefisien mungkin sehingga diperoleh angka serendah mungkin. Umumnya pembudidaya melakukan pemberian pakan bernilai konversi sangat tinggi yaitu antara 1,5 – 2 yang artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan menghabiskan 1,5 – 2 kg pakan. Dengan demikian angka tersebut merupakan peringatan bagi pembudidaya bahwa secara kasar dalam pemberian pakan tersebut tidak ekonomis. Semakin kecil angka konversi yang diusahakan, maka semakin menguntungkan.
3. Pupuk
Ikan lele dumbo memerlukan pakan alami untuk pertumbuhannya. Jenis pakan alami yang dibutuhkan tergantung jenis dan ukurannya. Untuk jenis ikan yang relatif besar, diberikan pakan buatan (pellet), sedang untuk ikan ukuran kecil (larva dan bibit) masih membutuhkan pakan alami.
Pemupukan upaya menambah dan menyediakan unsur-unsur hara baik makro maupun mikro dalam tanah yang diperlukan oleh mahluk hidup. Pemupukan kolam merupakan bagian yang penting dari proses budidaya, karena dengan pemupukan akan merangsang pertumbuhan pakan alami baik phytoplankton maupun zooplankton, memperbaiaki kualitas air. Pupuk yang dipakai dapat pupuk anorganik maupun organik, sebaiknya menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos, dengan dosis 500 gram/m2. Teknik pemupukan ditaburkan ke petakan kolam kemudian diairi dan dibiarkan selama 7 hari. Setelah pakan alami berupa plankton kelihatan tumbuh, kemudian bibit ikan lele dumbo ditebar (Suyanto, 1986).
1. Probiotik
a. Probiotik
Probiotik adalah suplemen yang mengandung bekteri yang sangat menguntungkan. Beberapa probiotik terdapat secara alami, contohnya seperti Lactobacillus. Probiotik umumnya dapat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hingga kini belum ada publikasi yang menyatakan bahwa probiotik mampu menggantikan mikrofora alami di dalam tubuh. Namun banyak penelitian yang membuktikan bahwa probiotik akan membentuk koloni sementara alami dalam saluran pencernakan (Dwijoseputro, 2003).
b.  Kegunaan Probiotik
Kegunaan probiotik untuk budidaya ikan lele : membantu mempercepat proses penguraian, mengurangi bau air kolam akibat pembusukan dari sisa –sisa pakan lele, menguraikan sisa-sisa pakan menjadi pakan alami dari plankton, membunuh bakteri yang patogen (merugikan) bagi ikan lele, menumbuhkan bakteri yang menguntungkan untuk pertumbuhan ikan lele dan menambah daya tahan ikan dari serangan penyakit.
1.    Kegunaan probiotik sebagai pengurai tanah : memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, untuk pertumbuhan Zooplankton, cacing tanah, phytoplankton, ganggang, menghilangkan bau tanah akibat pembusukan sisa pakan tidak sempurna, menetralisir Asam Sulfida (H2S) yang menimbulkan gas beracun pada tanah.
2.    Mikroba yang dapat mengoksidasi belerang antara lain: Beggiatoa, Thioplaca, dan Virreoscilla (Timotius,1982).
3.    Cara aplikasi probiotik pada kolam: dosis penggunaan  ±  5 cc – 10 cc        (5 – 10)/m2, diperam/ dicampur air dalam 5 lt air selama 1 jam, disiramkan dalam air kolam (Anonim,2006).
4.    Cara aplikasi probiotik sebagai pengurai tanah: disemprotkan pada dasar tanah setelah panen/ kedok teplok, dosis aplikasi 0,5 lt (setengah botol) 100 m2  ditambah pupuk kandang 2 kg/100 m2.                                
Komponen organik dan anorganik merupakan subtrat atau medium yang baik bagi kehidupan mikro organisme. Mikroorganisme penghuni tanah merupakan campuran populasi dari : (a). Protozoa seperti amuba, flagelata, ciliata, (b). Bakteri: (Clostridium, Rhizobium), (c). Algae (ganggang) : alga biru, alga hijau, diatom, dan jamur: Phycomycetes dan Ascomycetes. Pada umumnya  mikroorganisme tersebut lebih banyak terdapat di dekat permukaaan tanah. Makin masuk ke dalam tanah, makin berkuranglah penghuninya. Protozoa hidup dari zat-zat organik, termasuk bakteri yang masih hidup. Alga hidup autotrof dan memperkaya tanah dengan bahan-bahan organik bakteri dan jamur hidup sebagai saprofit dan menghancurkan bahan organik. (Dwidjoseputro, 2003).
5.    Cara Aplikasi Probiotik Pada Pakan : menyiapkan pakan ikan buatan, melarutkan 5 cc probiotik/liter air dan menyemprotkan pada pakan ikan tersebut secukupnya, siap untuk diaplikasikan pada ikan lele           (Anonim,1995)


5. Obat-obatan
            Masalah yang sering dihadapi pembudidaya dalam budidaya lele dumbo adalah adanya hama dan penyakit yang sering mengakibatkan adanya gagal panen. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu penggunaan obat-obatan yang tepat, ramah lingkungan, menjaga kualitas air, agar ikan lele jangan sampai stress dan terinfeksi (Anonim, 1995).
          Pengendalian hama dilakukan pada awal pengolahan tanah, dengan menggunakan pestisida dan obat-obatan beracun lainnya untuk membunuh hama penyakit : ular, kepiting, katak, dan serangga air yang dapat mengganggu benih lele. Untuk pencegahan dan pengobatan  jenis penyakit parasit pada lele dumbo dengan cara memvaksin, yaitu dengan merendam telur, benih, ikan dewasa pada air yang bervaksin, dengan dosis dan waktu tertentu. Dengan harapan setelah divaksin selama 6 bulan ikan lele akan kebal terhadap penyakit (Anonim, 1995).
Ada beberapa penyakit parasit pada ikan lele dumbo dan cara pencegahannya :
a.       Penyakit Jamur
Benih direndam dengan green oxalat 2,5 – 3 ppm selama 30 menit.          
b.      Penyakit Bintik Putih
      Ikan lele yang sakit direndam dengan formalin 25 cc / m3 dan malachite      green oxalat 0,1 gr / m3, selama 12 – 24 jam.
c.       Penyakit Hirundinae
( Lintah Hirundinae, cacing berwarna coklat ) dengan direndam diaerex 0,5 ppm. Untuk pencegahan dan pengobatannya dicampur lewat makanan, diantaranya :
a)      Aeromonas hydrophila
Makanan dicampur dengan Teramycin 50 mg/kg ikan/hari selama       7 – 10 hari.
b)      Penyakit Tuberculosis
Makanan dicampur  Tetramycilin 5 – 7,5 gram / 100 kg ikan / hari selama 5 –15 hari.
6. Tenaga Kerja
Menurut Zonneveld et al.(1991), bahwa dalam pengelolaan usahatani lele dumbo ada beberapa aspek kegiatan yang perlu diperhatikan , diantaranya  :
a.       Kegitan penerapan sapta usaha budidaya lele dumbo yaitu mulai dari: pengolahan tanah, pengairan, penebaran benih, pemupukan, pemberian pakan, pemberantasan hama penyakit dan panen.
b.      Kegiatan pengawasan dan kontrol.
Kegiatan tersebut meningkat, semakin meningkatnya intensifikasi yang diterapkan pada budidaya kolam. Untuk itu perlu penanganan yang intensif dan manajemen yang professional dalam usaha budidaya lele dumbo, agar mendapat hasil yang maksimal.
7. Manajemen
             Aspek manajemen dalam budidaya lele ini, menurut Zonneveld et al. (1991), bahwa manajemen disini menyangkut beberapa kegiatan sebagai berikut:
a.       Aktivitas pengawasan meningkat secara kuantitatif dengan meningkatnya intensifikasi sistim budidaya ikan lele. Aktivitas tersebut menuju pada standart kualitas dan kuantitas yang lebih tinggi.
b.      Aktivitas kontrol yang meningkat dengan meningkatnya intensifikasi.
c.       Aktivitas perawatan menjadi banyak sekali pada kolam air tenang dengan permukaan yang luas.
d.      Aktivitas yang langsung berhubungan dengan ikan (manipulasi, pengawasan, pencegahan penyakit) juga meningkat dengan meningkatnya intensifikasi.

0 comments:

Post a Comment