1.
Faktor Internal
Menurut
Sutrisno (2009: 124) Faktor internal yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi
terhadap orang lain antara lain :
a)
Keinginan untuk dapat hidup.
Keinginan
untuk padat hidup setiap mausia yang hidup di muka bumi, manusia ingin bertahan
hidup di muka bumi dengan cara bekerja untuk mendapatkan penghasilan guna
bertahan hidup. Manusia butuh makan untuk bertahan hidup, bekerja asal mendapat
penghasilan yang bisa memenuhi kebutuhannya. Keinginan hidup memotivasi manusia
mendapat penghasilan, sehingga untuk itu perlu :
Memperoleh
kompensasi yang memadai
Pekerjaan
tetap walaupun penghasilan kurang memadai.
Kondisi
kerja yang aman dan nyaman.
b)
Keinginan untuk dapat memiliki
Keinginan
untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang mau melakukan pekerjaan.
Untuk bisa berteduh manusia ingin memiliki rumah, alat transportasi manusia
ingin memiliki kendaraan, semua dilakukan dengan bekerja untuk mendapat
penghasilan.
c)
Keinginan untuk memperoleh penghargaan
Untuk
memperoleh status manusia bekerja untuk mendapatkan uang, dengan memiliki uang
untuk belanja perlengkapan hidup rumah, mobil, sepeda motor dan kebutuhan
batiniah dengan pendidikan, berwisata, ibadah haji. Semua akan mengangkat
kehormatan dan berharap memperoleh penghargaan.
d)
Keinginan memperoleh pengakuan
Ingin
memperoleh pengakuan penghargaan terhadap prestasi. Hubungan kerja yang
harmonis dan kompak. Pimpinan yang adil dan bijaksana. Perusahaan atau
institusi tempat bekerja dihargai masyarakat. Semangat kerja yang baik dan
perilaku baik. Tidak berperilaku yang tidak pantas dan melanggar etika hanya
ingin mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan berbangga melakukan pelanggaran
aturan dan hukum.
e)
Keinginan untuk berkuasa
Keinginan
berkuasa seseorang mendorong untuk bekerja, setelah menjadi terhormat seseorang
ingin berkuasa, walaupun kadang dengan cara-cara yang tidak patut, melanggar
hukum dan etika.
2.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal tidak kalah pentingnya dalam
membangun atau melemahkan motivasi kerja seseorang.
a)
Kondisi lingkungan kerja yang berupa
keseluruhan sarana dan prasarana kerja, tempat kerja, bangunan, mebelair dan
peralatan yang cukup memadai, kebersihan terawat.
b)
Kompensasi yang memadai
Kompensasi
merupakan salah satu kunci dalam motivasi yang penting, karena dengan
kompensasi yang baik dan proporsional seseorang dapat meningkatkan motivasi
positif. Sedangkan tanpa kompensasi yang kurang baik menjadikan seseorang
lemah, sehingga kinerjanya menurun. Kompensasi harus bersifat adil yang
proporsional, tanpa memandang status dan golongan.
c)
Supervisi yang baik
Fungsi
supervisi memberikan pengarahan, bimbingan agar karyawan dapat melaksanakan
kerja dengan baik tanpa berbuat kesalahan. Supervisi bukannya menyalahkan
karyawan dan memarahi karyawan tanpa solusi yang tepat. Sangat jarang dinas
melakukan supervisi yang benar, kontrol kehadiran dan teguran salah satu
supervisi yang sederhana.
d)
Adanya jaminan pekerjaan
Seseorang
akan bekerja dengan sungguh-sungguh apabila mendapatkan jaminan karier yang
jelas, honorer atau wiyata merupakan salah satu penyebab kelemahan motivasi.
Apalagi bila yang sudah menjadi pegawai tetap sering tidak masuk tanpa ijin,
merupakan bagian dari motivasi yang negatif dari intern Dinas.
e)
Status dan tanggungjawab
Status
dan jabatan struktural tertentu merupakan dambaan seorang pegawai, mereka tidak
hanya mengarapkan kompensasi tetapi juga suatu saat ingin menduduki jabatan
tersebut. Dengan menduduki jabatan orang merasa dipercaya, diberi tanggungjawab
dan wewenang yang besar untuk mengelola kegiatan, sehingga kedudukan merupakan
dorongan untuk memenuhi Sense Achievment dalam tugas sehari-hari.
f)
Peraturan yang fleksibel
Peraturan
harus bersifat mengatur dan melindungi segenap karyawan, sehingga peraturan dapat
memberikan perlindungan dan motivasi. Masa depan karyawan dilindungi oleh
undang-undang.
b.
Kepuasan Kerja
Pada
dasarnya kepuasan kerja merupakan suatu yang bersifat relative untuk individu,
yang masing-masing individu memiliki kepuasan
berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Hal
ini berbeda karena perbedaan dari masing-masing individu.
Menurut
Handoko (1991: 195) kepuasan kerja adalah kondisi karyawan dalam memandang
pekerjaan secara emosional, baik yang bersifat menyenangkan maupun tidak
menyenangkan. Kepuasan kerja merupakan refleksi seseorang terhadap pekerjannya,
yang nampak dalam sikap positif karyawan dalam melakukan pekerjannya.
Howell
dan Diphoye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari
deajat suka dan tidak suka karyawan terhadap bebagai aspek dari pekerjaannya.
Atau kepuasan kerja mencerminkan sikap kartyawan terhadap
pekerjaannya(Sutrisno,2009: 124).
Dari
beberapa teori diatas bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan
faktor yang penting bagi suatu institusi. Seseorang yang memiliki kepuasan
kerja tinggi menunjukan sikap positif terhadap pekerjaannya. Sebaliknya seorang
karyawan yang tidak puas dalam pekerjaanya menunjukkan sikap negatif terhadap
kerja tersebut. Dari hal tersebut menunjukkan kepuasan kerja akan dapat
meningkatkan prestasi kerja yang dihasilkannya.
Ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya kepuasan kerja. Robbins (1998)
menyatakan ada lima faktor yang mendukung terciptanya kepuasan kerja bagi
karyawan suatu organisasi (As’ad,1995: 144), antara lain :
a)
Kerja yang secara mental menantang
Kerja
yang menantang diartikan sebagai pemberian tugas yang sesuai dengan kemampuan
kerja karyawan atau bahkan mampu menimbulkan semangat belajar dari karyawan.
Seorang karyawan cenderung nampak bosan dengan pola kerja atau tugas rutin yang
berulang-ulang. Karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang memberi kesempatan
pada mereka untuk menggunakan kemampuan dan keterampilannya, dengan beragam tugas,
kebebasan, dan umpan balik tentang bagaimana mereka mengerjakannya. Pekerjaan
yang tidak menantang seringkali menimbulkan kebosanan, tetapi pekerjaan yang
terlalu menantang juga bisa menimbulkan rasa frustasi. Kondisi yang
sedang-sedang paling tepat untuk menimbulkan pesenangan dan kepuasan,
b)
Ganjaran yang pantas
Ganjaran
atau kompensasi yang pantas dapat menimbulkan kepuasan kerja, karena dapat
digunakan oleh karyawan untuk meningkatkan keejahteraan hidupnya. Ganjaran atau
kompensasi sangat diharapkan oleh karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya,
dalam hal ini kompensasi dapat menimbulkan kepuasan kerja seseorang.
Pertimbangan pemberian ganjaran/kompensasi didasarkan pertimbangan yang
proporsional, berdaasarkan pada besarnya tanggungjawab, tingkat keterampilan
individu, dan standard pengupahan komunitas.
c)
Kondisi kerja yang mendukung
Kondisi
kerja terkait dengan suasana kerja yang ada pada lingungan kerjanya. Seorang
karyawan tidak mungkin dapat menyelesaikan pekerjaannya tanpa adanya dukungan
yang berupa sarana atau prasarana organisasi. Dengan adanya dukungan dalam
menyelesaikan tugasnya maka dalam diri karyawan tumbuh kepuasan. Lingkungan
kerja dan kenyamanan kerja sangat mendukung dan memperlancar tugas, kondisi
yang nyaman bisa mendukung kepuasan kerja.
d)
Rekan kerja yang mendukung
Manusia
sebagai mahluk sosial saling tolong menolong, rekan kerja yang mampu saling
tolong-menolong yang bersifat positif bagi pengembangan kualitas karyawan dapat
menimbulkan kepuasan kerja dalam diri karyawan. Dengan berinteraksi secara
positif sesama karyawan bisa meningkatkan kinerja, tetapi sebaliknya bila
kondisi tidak kondusif adan berdampak pada penurunan kepuasan kerja, saling iri
dan dengki akan muncul sehingga secara otomatis kinerja akan menurun.
e)
Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Adaya
kesesuaian pekerjaan antara karyawan dengan jenis pekerjaan akan menghasilkan
tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Seorang karyawan yang memiliki pendidikan
formal, kemampuan dasar dan keahlian dibidang tertentu apabila penempatan kerja
sesuai dengan beberapa hal tersebut akan menghasilkan kepuasan dalam bekerja.
Dengan kesesuaian beberapa hal tersebut akan meningkatkan rasa percaya diri dan
kinerja yang semakin maju.
c.
Prestasi kerja
Kinerja
organisasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah organisasi.
Bebagai literatur dalam bidang manajemen telah menunjukkan pentingya pembahasan
tentang kinerja sebuah organisasi. Tujuan utama dari aktivitas pengelolaan
manajemen pekerjaan suatu perusahaan adalah untuk mencapai peningkatan kinerja
perusahaan tersebut. Beberapa perusahaan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit
guna memperbaiki kinerja, pada umumnya tolok ukur dari keberhasilan pekerjaan
adalah prestasi kerja/kinerja.
Pngertian
prestasi kerja karyawan sebenarnya mengacu pada istilah kinerja yang berasal
dari kata job performance atau actual performance. Kinerja
kaaryawan didefinisikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja secara kualitas
dan kuantitas yang berhasil dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas yang diberikan
institusi padanya.
Secara
umum faktor- faktor yang berpengaruh pada pencapaian prestasi kerja karyawan
dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor kemampuan (ability) dan
faktor motivasi. Faktor kemampuan terkait dengan kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan nyata (pengetahuan dan keahlian). Seorang karyawan yang memiliki
kecerdasan dan kemampuan nyata yang tinggi akan lebih mudah untuk mencapai
prestasi kerja yang diharapkan.Sedangkan faktor motivasi terkait dengan kondisi
mental yang mendorong diri karyawan untuk berusaha mencapai prestasi kerja yang
ditetapkan secara maksimal (Mangkunegara, 2001: 97).
Prestasi
kerja menurut Meyer dan Smitt (1998) didefinisikan sebagai tingkat kebutuhan
seorang individu tidak diketahui dengan jelas maka setiap individu tidak akan
mengetahui secara persis yang diharapkannya. Prestasi kerja juga merupakan
hasil yang telah dicapai seseorang, yang berhubungan dengan tugas dan peran
yang dilakukannya. Jadi prestasi kerja atau kinerja yang dihasilkannya berupa
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugasnya sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya (As’ad,1995: 152).
Menurut
Donna (1995), prestasi kerja merupakan perilaku atau tindakanyang relevan
dengan tujuan organisasi. Spesifikasi ini mewakili keputusan penilaian menurut
ahlinya. Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Sutrisno,2009: 121).
Karyawan
yang memiliki orientasi kerja yang berfokus pada prestasi kerja yang baik perlu
diberikan reward atau penghargaan, dengan menilai hasil kerja dari
masing-masing bagian maka akhirnya seetiap bagian akan mendapatkan perhatian
yang merata dan baik. Masing- masing bagian yang memiliki kepedulian untuk maju
pasti akan berbenah diri memperbaiki kinerja.
A.
Hipotesis
Dari
berbagai teori dan penjelasan diatas penyusun membuat hipotesis penelitian
sebagai berikut.
1.
Terdapat pengaruh yang signifikan
positif dari motivasi material kerja terhadap prestasi kerja karyawan
2.
Terdapat pengaruh yang signifikan
positif dari motivasi non material kerja terhadap prestasi kerja karyawan
3.
Terdapat pengaruh yang signifikan
positif dari kepuasan kerja terhadap prestasi kerja karyawan
4.
Terdapat pengaruh yang signifikan dan
positif dari motivasi material, motivasi non material dan kepuasan kerja
terhadap prestasi kerja karyawan
5.
Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang
dominan terhadap prestasi kerja karyawan
0 comments:
Post a Comment