Ekosistem
mangrove merupakan sumberdaya alam yang memberikan banyak keuntungan bagi
manusia, berjasa untuk produktivitasnya yang tinggi serta kemampuannya
memelihara alam. Mangrove banyak memberikan fungsi ekologis dan karena itulah
mangrove menjadi salah satu produsen utama perikanan laut.
Mangrove
memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan laut, mangrove membantu
dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur, serta perairan mengrove kaya akan
nutrien baik nutrien organik maupun anorganik. Dengan rata-rata produksi primer
yang tinggi mangrove dapat menjaga keberlangsungan populasi ikan, kerang dan
lainnya. Mangrove menyediakan tempat perkembangbiakan dan pembesaran bagi
beberapa spesies hewan khususnya udang, sehingga biasa disebut “tidak ada mangrove
tidak ada udang” (Macnae,1968).
Mangrove
membantu dalam pengembangan dalam bidang sosial dan ekonomi masyarakat sekitar
pantai dengan mensuplai benih untuk industri perikanan. Selain itu telah
diketemukan bahwa tumbuhan mangrove mampu mengontrol aktivitas nyamuk, karena
ekstrak yang dikeluarkan oleh tumbuhan mangrove mampu membunuh larva dari
nyamuk Aedes aegypti (Thangam and Kathiresan,1989). Itulah fungsi dari hutan
mangrove yang ada di India, fungsi-fungsi tersebut tidak jauh berbeda dengan
fungsi yang ada di Indonesia baik secara fisika kimia, biologi, maupun secara
ekonomis.
Secara
biologi fungsi dari pada hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan
(nursery ground) bagi biota yang hidup pada ekosisitem mengrove, fungsi yang
lain sebagai daerah mencari makan (feeding ground) karena mangrove merupakan
produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan
dahan pohon mangrove dimana dari sana tersedia banyak makanan bagi biota-biota
yang mencari makan pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga
adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground) bagi ikan-ikan tertentu agar
terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk
memisah dan membesarkan anaknya. Selain itupun merupakan pemasok larva udang,
ikan dan biota lainnya. (Claridge dan Burnett,1993)
Secara
fisik mangrove berfungsi dalam peredam angin badai dan gelombang, pelindung
dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen.
Ekosistem
mangrove mampu menghasilkan zat-zat nutrient (organik dan anorganik) yang mampu
menyuburkan perairan laut. Selain itupun ekosisitem mangrove berperan dalam
siklus karbon, nitrogen dan sulfur.
Secara
ekonomi mangrove mampu memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat,
baik itu penyediaan benih bagi industri perikanan, selain itu kayu dari
tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan untuk sebagai kayu bakar, bahan kertas,
bahan konstruksi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dan juga saat
ini ekosistem mangrove sedang dikembangkan sebagai wahana untuk sarana rekreasi
atau tempat pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan negara.
Ekosistem
mangrove secara fisik maupun biologi berperan dalam menjaga ekosistem lain di
sekitarnya, seperti padang lamun, terumbu karang, serta ekosistem pantai
lainnya. Berbagai proses yang terjadi dalam ekosistem hutan mangrove saling
terkait dan memberikan berbagai fungsi ekologis bagi lingkungan. Secara garis
besar fungsi hutan mangrove dapat dikelompokkan menjadi :
1.
Fungsi Fisik
Menjaga garis pantai
Mempercepat pembentukan lahan baru
Sebagai pelindung terhadap gelombang dan
arus
Sebagai pelindung tepi sungai atau pantai
Mendaur ulang unsur-unsur hara penting
2.
Fungsi Biologi -Nursery ground, feeding ground, spawning ground, bagi berbagai
spesies udang, ikan, dan lainnya -Habitat berbagai kehidupan liar
3.
Fungsi Ekonomi
Akuakultur
Rekreasi
Penghasil kayu
Hutan
mangrove mempunyai manfaat ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting
dalam memelihara keseimbangan biologi di suatu perairan. Selain itu hutan
mangrove merupakan suatu kawasan yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi.
Tingginya produktivitas ini karena memperoleh bantuan energi berupa zat-zat
makanan yang diangkut melalui gerakan pasang surut.
Keadaan
ini menjadikan hutan mangrove memegang peranan penting bagi kehidupan biota
seperti ikan, udang, moluska dan lainya. Selain itu hutan mangrove juga
berperan sebagai pendaur zat hara, penyedia makanan, tempat memijah, berlindung
dan tempat tumbuh.
Hutan
mangrove sebagai pendaur zat hara, karena dapat memproduksi sejumlah besar
bahan organik yang semula terdiri dari daun, ranting dan lainnya. Kemudian
jatuh dan perlahan-lahan menjadi serasah dan akhirnya menjadi detritus. Proses
ini berjalan lambat namun pasti dan terus menerus sehingga hasil proses
pembusukan ini merupakan bahan suplai makanan biota air.
Turner
(1975) menyatakan bahwa disamping fungsi hutan mangrove sebagai ‘waste land’
juga berfungsi sebagai kesatuan fungsi dari ekosistem estuari yang bersifat:
Sebagai
daerah yang menyediakan habitat untuk ikan dan udang muda serta biota air
lainnya dalam suatu daerah dangkal yang kaya akan makanan dengan predator yang
sangat jarang.
Sebagai
tumbuhan halofita, mangrove merupakan pusat penghisapan zat-zat hara dari dalam
tanah, memberikan bahan organik pada ekosistem perairan. Merupakan proses yang
penting dimana tumbuhan menjadi seimbang dengan tekanan garam di akar dan
mengeluarkannya.
Hutan
mangrove sebagai penghasil detritus atau bahan organik dalam jumlah yang besar
dan bermanfaat bag! mikroba dan dapat langsung dimakan oleh biota yang lebih
tinggi tingkat. Pentingnya ‘detritus food web’ ini diakui oleh para ahli dan
sangat berguna dilingkungannya. Detritus mangrove menunjang populasi ikan
setelah terbawa arus sepanjang pantai.
Berdasarkan
hal tersebut diatas, hutan mangrove memegang peranan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan biota air dalam kesatuan fungsi ekosistem. Dengan bertambah
luasnya hutan mangrove, cenderung semakin tinggi produktivitasnya. Hal ini
telah dibuktikan oleh Martosubroto (1979) yaitu ada hubungan antara keUmpahan
udang diperairan dengan luasnya hutan mangrove. Demikian pula hasil penelitian
dari Djuwito (1985) terhadap struktur komunitas ikan di Segara Anakan
memberikan indikasi bahwa perairan tersebut tingkat keanekaragamannya tinggi,
dibandingkan dengan daerah Cibeureum yang dipengaruhi oleh sifat daratan.
Tingginya keanekaragaman jenis ikan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain faktor makanan dan faktor kompetisi.
Produksi
primer bersih merupakan bagian dari produksi primer fotosintesis tumbuhan yang
tersisa setelah beberapa bagian digunakan untuk respirasi tumbuhan yang
bersangkutan. Fotosintesis dan respirasi adalah dua elemen pokok dari produksi
primer bersih. Komponen-komponen produksi primer bersih adalah keseluruhan dari
organ utama tumbuhan meliputi daun, batang dan akar. Selain itu, tumbuhan epfit
seperti alga pada pneumatofor,dasar pohon dan permukaan tanah juga memberikan sumbangan
kepada produksi primer bersih.
Clough
(1986) menyatakan produksi primer bersih mangrove berupa mated yang tergabung
dalam biomassa tumbuhan yang selanjutnya akan lepas sebagai serasah atau
dikonsumsi oleh organisme heterotrof atau dapat juga dinyatakan sebagai
akumulasi materi organik bam dalam jaringan tumbuhan sebagai kelebihan dari
respirasi yang biasanya dinyatakan dalam berat kering materi organik.
Sebagai
produser primer, mangrove memberikan sumbangan berarti terhadap produktivitas
pada ekosistem estuari dan perairan pantai melalui siklus materi yang
berdasarkan pada detritus atau serasah (Head, 1969 dalam Clough, 1982).
Produktivitas merupakan faktor penting dari ekosistem mangrove dan produksi
daun mangrove sebagai serasah dapat digunakan untuk menggambarkan produktivitas
(Chapman, 1976).
0 comments:
Post a Comment