Pemeliharaan
Hewan Uji
Ikan uji yng
digunakan adalah benih ikan bandeng yang berumur 20, 30 dan 40 hari setelah
menetas sebanyak 300 ekor di pelihara dalam akuarium dengan menggunakan air
yang bersalinitas 39 ppt. Pakan yang digunakan pada penelitian ini ialah pakan
coomfeed nomor LA 7K dengan kandungan prorein 16,94%, lemak 0,88% dan air
7,66%.
Prosedur
Penelitian
Benih ikan
bandeng umur 20, 30 dan 40 hari dipelihara sebanyak 100 ekor untuk setiap kelompok
umur. Selanjutnya benih ikan bandeng mulai dibantut hingga berumur 25, 35 dan
45 hari. Pengukuran konsumsi oksigen dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali
ulangan dan pengukuran bobot badan basah dilakukan sekali sehari. Kemudian pada
saat benih bandeng berumur 26, 36 dan 46 hari perlakuan pembantutan dihentikan
dan benih bandeng mulai diberi pakan berumur 20, 30 dan 40 hari. Pengukuran
konsumsi oksigen dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali ulangan dan pengukuran
bobot badan basah dilakukan sekali sehari. Untuk pengukuran kualitas air
dilakukan satu kali sehari. Parameter yang di ukur adalah salinitas dengan
menggunakan hard refraktometer, dengan menggunakan DO meter.
Konsumsi
Oksigen dan bobot basah
Konsumsi
oksigen di ukur setiap hari dengan metode tertutup (Kurokuraet al., 1995)
sebagai berikut: mengisi bobot respirasi hingga penuh dan diusahan agar tidak
timbul gelembung udara, kemudian secara perlahan-lahan dimasukan 5 ekor benih
bandeng lalu botol ditutup rapat. Bagian pinggir botol respirasi diisolasi
untuk mencega terjadinya difusi oksigen dari luar. Benih ikan bandeng kemudian
diadaptasikan selama 10 menit. Air yang berasal dari botol respirasi ditampung
dalam botol sampel untuk mengukur konsumsi oksigen akhir ikan. Konsumsi oksigen
awal diperoleh dari pengukuran oksigen air yang menuju botol respirasi.
Konsumsi oksigen tanpa benih (test blank) juga diukur sebagai kontrol
penelitian setiap hari benih ikan bandeng di timbang dengan menggunakan
timbangan elektrik untuk memperoleh data bobot badan basah ikan bandeng
rata-rata. Data disajikan dalam µI O2 . mg bobot basah-1 jam
-1 dan µI O2 . ikan-1 jam -1 . selain iti diadakan
pengamatan tingkah laku selama penelitian.
Pengukuran
Peubah
Laju konsumsi
oksigen ditentukan berdasarkan jumlah konsumsi oksigen yang diukur pada awal
dan akhir pengukuran, dihitung dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh
Djawad et al,. (1996). Laju pertumbuhan bobot benih ikan bandeng dihitung
dengan menggunakan rumus pertumbuhan harian spesifik yng dikemukakan oleh
Zonneveld et al,. (1991). Sintasas benih ikan bandeng selama penelitian,
dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendie (1979).
Konsumsi
Oksigen
Berdasarkan
pengamatan selama penelitian, konsumsi oksigen benih ikan bandeng yang dibantut
pada semua kelompok umur sisajikan dalam bentuk grafik (Gambar 1,2 dan 3).
Berdasarkan ketiga gambar tersebut di atas terlihat bahwa pada awal pelaparan
hari 0 sampai hari ke-1 terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada semua
kelompok umur ikan yang diteliti. Hal ini kemungkinan di proses adaptasi
lingkungan dari aquarium ke botol respirator sehingga menyebabkan aktivitas
atau kecepatan renangnya juga meningkat. Kondisi ini sejalan dengan hasil
penelitiaan Schaeperculus (1933) dalam Hoar dan Randall (1969) yang melaporkan
bahwa konsumsi oksigen ikan tench (Tinca tinca) mengalami peningkatan sebanyak
3 kali setelah dilakukan pemindahan dari tambak ke tangki.
Pada Tabel 1
memperlihatkan rata-rata tingkat konsumsi oksigen benih ikan bandeng yang
dilaparkan sedangkan Tabel 2 merupakan rata-rata tingkat konsumsi oksigen pada
awal pemberian pakan sampai akhir penelitian.
Tabel 1. Rata-rata Tingkat Konsumsi Oksigen Benih Ikan Bandeng yang
dilaparkan.
Umur (hari)
|
Konsumsi Oksigen (µL O2 /mg bobot basah /jam)
|
|||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
20
|
0,702
|
1, 179
|
1,556
|
1,786
|
1, 785
|
1,777
|
30
|
-
|
0,673
|
0,724
|
0,738
|
0,836
|
0,834
|
40
|
-
|
0,214
|
0,253
|
0,388
|
0,367
|
0,334
|
Tabel 2 rata-rata tingkat konsumsi oksigen benih ikan
bandeng pada awal pemberian pakan sampai akhir penelitian.
Umur (hari)
|
Konsumsi Oksigen (µL O2 /mg bobot basah /jam)
|
|||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
20
|
0,702
|
1, 179
|
1,556
|
1,786
|
1, 785
|
1,777
|
30
|
-
|
0,673
|
0,724
|
0,738
|
0,836
|
0,834
|
40
|
-
|
0,214
|
0,253
|
0,388
|
0,367
|
0,334
|
Dari tabel 1 terlihat bahwa pada
hari ke-1 sampai ke-3 terjadi penurunan konsumsi oksigen pada benih ikan
bandeng umur 30 dan 40 hari. Sedangkan pada benih umur 20 hari terjadi penurunan
konsumsi oksigen sampai hari ke-4. Penurunan konsumsi oksigen ini disebabkan
karena kondisi tubuh benih ikan bandeng yang semakin lemah akibatnya kurangnya
energi sehingga aktivitasnya menjadi lambat. Hal yang sama terjadi pada borok
trout yang mengalami penurunan konsumsi oksigen akibat berkurangnya energi pada
tiga hari pertama dari pelaparan (Arthur dalam Hoar dan Randall 1969).
Pada benih yang berumur 20 hari
terlihat adanya penurunan tingkat konsumsi oksigen secara terus menerus mulai
dari hari ke-1 sampai ke-4. Hal ini disebabkan karena rendahnya energi yang ada
di dalam tubuhnya akibat proses pelaparan. Jika dihubungkan dengan tingkat
metabolisme dimana ikan kecil memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi
dari pada ikan yang besar. Sehingga kebutuhan enrgi pada ikan kecil lebih besar
karena energi tersebut digunakan untuk pertumbuhan, ativitas dan pembentukan
jaringan baru. Hal ini sejalan dengan pernyataan Fujaya (1999) bahwa pada
keadaan cukup makan ikan akan mengkonsumsi makan hingga memenuhi kebutuhan
energinya. Pengamatan diatas sesuai pula dengan penelitian pada ikan mas dengan
bobot 12 gr, tingkat metaboliknya sebesar 24,48 kkal dalam 24 jam/kg dari berat
badan, sedangkan pada ikan dengan bobot 600 gr. Hanya 7,79 kkal. (Schaeperculus
1933 dalam Hoar dan Randall, 1969).
Masih dari tabel 1 terlihat bahwa
pada benih berumur 30 hari dan 40 hari yang terjadi peningkatan konsumsi pada
benih berumur 30 hari dan 40 hari yang disebabkan karena tingkah laku benih
ikan yng mengalami stress. Kondisi ini dapat dimungkinkan karena tekanan
fisiologi benih berat atau serius atau di bandingkan dengan kondisi ketika
konsumsi oksigen mengangalami penurunan (Djawd et al., 1982). Hal ini dapat
juga terjadi terjadi karena pada saat ikan dipuasakan akan terjadi penurunan
karbohidrat dan lemak semakin rendah tetapi penggunaan oksigen menjadi lebih
meningkat (Anonim 1999).
Pada hari ke-5 terjadi penurunan
konsumsi oksigen pada benih umur 30 dan 40 hari. Hal ini di mungkinkan karena
tubuh ikan semakin lemah dan cadangan makanan sudah berkurang atau habis
akibatnya menjadi kematian bagi ikan tersebut pada benih bandeng lebih dari
50%. Pada saat pelaparan ada masa dimana dalam tubuh terjadi proses
glikogenogenesis yang merupakan proses pembentukan glikogen dan sebaliknya
glikenolisis yang merupakan proses pemecahan glikogen menjadi bentuk glukosa
dalam sel, sehingga glukosa ini dapat digunakan sebagai cadangan makanan yang
menyebabkan konsumsi oksigen berflukturasi.
Dari tabel 2 terlihat bahwa setelah dilakukan
pemberian pakan pada ketiga kelompok umur benih, terjadi peningkatan konsumsi
oksigen yang sangat cepat diiringi dengan meningkatnya aktivitas (kecepatan
renang) dari ikan. Hal ini sesuai dengn penyataan Davis (1953) dalam Hoar dan
Randall (1969) yang telah melakukan penelitian terhadap kebutuhan oksigen ikan
air tawar setelah diberi pakan. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
peningkatan kebutuhan oksigen dapat terjadi akibat faktor pemberian pakan,
terkejut dan stree akibat perubahan lingkungan.
Peningkatan konsumsi oksigen serta
kecepatan renang secara terus menerus menyebabkan kelelahan dan menimbulkan
oxygen debt (utang oksigen).
Menurut Lockwood (1967) metabolisme makanan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju pemanfaatan oksigen terlarut.
Organisme yang aktif makan atau dalam keadaan kenyang akan menggunakan oksigen
terlarut yang lebih banyak dibandingkan dengan organisme yang lapar pada
sepesies danu ukuran yang sama.
Pada benih berumur 20 dan 40 hari
pada hari ke-8 dan ke-9 terjadi penurunan konsumsi oksigen. Hal ini disebabkan
karena terjadinya proses oksigen debt akibat adanya peningkatan konsumsi
oksigen pada awal pemberian pakan. Oksigenbedt menggunakan basal metabolisme
(resting) dan adanya faktor adaptasi ikan terhadap pakan sehingga konsumsi
oksigennya menjadi stabil kembali.
Sementara itu pada benih yang
berumur30 hari terjadi penurunana konsumsi oksigen pada hari ke-10. Hal
initerjadi karena pada saat benih diberi pakan, peningkatan konsimsi oksigen
tidak terlalu tinggi. Gambar prafik menurun pada setiap kelompok umur juga
dimungkinkankarena bertambahnya bobot benih bandeng yang dibantut. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Fujaya (1999) bahwa parubahan dari berat badan
menyebabkan perubahan tingkat konsumsi oksigennya sangat kecil. Jika total
konsumsi oksigen meningkat akibat meningkatnya ukur, maka konsumsi oksigen per unit berat badan akan menurun.
Pada fase muda, jumlah O2 bb-1
jam-1 lebih besar pemakaiannya dibandingkat dengan organisme
yang lebih tua. Tingginya rata-rata penggunaan oksigen pada organisme lebih
muda ini sejalan dengan temuan imai
(1974) yang menyatakan bahwa laju konsumsi oksigen per unit berat spesimen
adalah lebih tinggi pada organisme yang lebih kecil dan spesimen yang lebih
aktif.
Laju Pertumbuhan Bobot Benih Bandeng
Hasil perhitungan laju pertumbuhan
Spesifik Harian (SGR) benih ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 3. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa SGRnya tidak memperlihatkan peningkatan yang berarti.
Hal ini disebabkan selain karena kualitas pakan yang rendah juga diduga sebagai
akibat dari hormon pertumbuhan dalam tubuh benih bandeng yang terbatas serta
singkatannya waktu pembantutan.
Hewan-hewan yang diberi pakan
kembali setelah sebelumnya dilaparkan atau diberi pakan yang tidak cukup,
secara perlahan-lahan akan mengalami peningkatan konsentrasi RNA didalam
jaringan. Kapasitas sintesia protein akan pulih kembali sejalan dengan
pemberian pakan yang cukup menghasilkan peningkatan aktivitas, sintesa protein,
pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan (Jobling, 1994).
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Spesifikasi Harian Benih Ikan Bandeng yang
Dibantut
Umur
|
Pertumbuhan Spesifikasi Harian
|
20 hari
|
0,03% hari
|
30 hari
|
0,04% hari
|
40 hari
|
0,05% hari
|
Hal ini sesuai dengan Hoar dan
Randall (1979) bahwa jika ikan dibatasi pakannya maka berat badannya menjadi
berkurang dan setelah masa pelaparan selesai , pertambahan beratnya akan
berlangsung dengan cepat. Sebai contoh dapat dilihat pada penelitian yang telah
dilakuakan oleh Bombeo-Tuburan (1988) tentang The Effect of Stunting of Milk
Fish yang mengalami kesimpulan bahwa ikan bandeng yang dibantut mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan bandeng yang tidak
mengalami pembantutan. Penelitian yang mengemukakan lambatnya pertumbuhan bobot
sebagai akibat dari hormon pertumbuhan yang terbatas juga terjadi pada
penelitian pembantutan udang windu (Penaus monondon Fab) (Mengampa et al.,
1990).
KESIMPULAN
Ikan bandeng
merupakan suatu komoditas perikanan yang sudah lama dibudidayakan oleh petani
tambak indonesia (Pirzan et al., 1989). Ikan ini juga merupakan jenis ikan
ekonomis penting di sulawesi selatan karena terdapat digunakan sebagai sumber
protein hewani yang relatif murah (Aslianti, 1995).
Berdasarkan
ketiga gambar tersebut di atas terlihat bahwa pada awal pelaparan hari 0 sampai
hari ke-1 terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada semua kelompok umur ikan
yang diteliti. Hal ini kemungkinan di proses adaptasi lingkungan dari aquarium
ke botol respirator sehingga menyebabkan aktivitas atau kecepatan renangnya
juga meningkat.
Pada benih umur
20 hari terjadi penurunan konsumsi oksigen sampai hari ke-4 Penurunan konsumsi
oksigen ini disebabkan karena kondisi tubuh benih ikan bandeng yang semakin
lemah akibatnya kurangnya energi sehingga aktivitasnya menjadi lambat.
Sedangkan Pada benih yang berumur 20 hari terlihat adanya penurunan tingkat
konsumsi oksigen secara terus menerus mulai dari hari ke-1 sampai ke-4. Hal ini
disebabkan karena rendahnya energi yang ada di dalam tubuhnya akibat proses
pelaparan. Jika dihubungkan dengan tingkat metabolisme dimana ikan kecil
memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari pada ikan yang besar.
0 comments:
Post a Comment