Diantara jenis-jenis
ikan air tawar yang sekarang sedang dikembangkan dan dibudidayakan adalah ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Hal ini disebabkan karena ikan ini
mudah hidup, cepat perkembangbiakannya, dagingnya
berwarna putih dan rasanya cukup gurih. Cara pengolahan yang dapat dikembangkan
terhadap ikan tersebut adalah pengolahan
dendeng ikan.
Pembuatan dendeng ikan didasarkan
pada penelitian Dewi dkk (1999) menunjukkan bahwa para panelis lebih menyukai
dendeng dengan menggunakan gula campuran (gula pasir dan gula jawa), karena
secara organoleptik dendeng ikan tersebut memiliki warna yang tidak terlalu
coklat, bau yang khas, rasa tidak terlalu manis dan konsistensi yang tidak
terlalu liat. Selain itu pemakaian gula campuran bertujuan untuk mengurangi
warna kehitaman setelah dendeng ikan digoreng akibat dari reaksi pencoklatan.
Dengan adanya proses
pengeringan pada dendeng ikan yang mengakibatkan penurunan kadar
air produk diharapkan aktivitas mikroba terhambat, akibatnya daya awet produk lebih lama. Karena sifat
pengolahannya yang masih tradisional, produk dendeng ikan biasanya tidak dikemas dengan baik
sehingga mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme yang berakibat akan
mengurangi daya awetnya. Selain itu kadar air produk relatif masih tinggi.
Untuk mendapatkan kadar
air yang lebih rendah,
maka produk dendeng tidak dibuat dalam bentuk tebal
tetapi dalam bentuk irisan yang tipis. Hal ini bertujuan agar bumbu dapat lebih
cepat merasuk kedalam irisan fillet daging, serta proses pengeringannya lebih
cepat.
Dengan bentuk produk
yang berupa irisan fillet tipis, diharapkan tidak ada duri yang terikut, semua bagian dapat dimakan dan
bentuk yang tipis lebih menarik perhatian konsumen. Kontaminasi dengan mikroba dan terjadinya kerusakan yang lain dapat dicegah dengan melakukan
kemasan dengan kantong plastik maupun dalam kemasan hampa udara. Berdasarkan
penelitian yang telah ada kemasan hampa udara akan memberikan daya awet lebih lama tetapi ongkos
produksinya juga lebih tinggi. Hasil penelitian (Dewi dkk,1999) menunjukkan dengan tidak adanya pengemasan yang baik, selama penyimpanan akan terjadi kenaikan kandungan air produk. Hal
ini disebabkan karena selama penyimpanan uap air diudara akan masuk kedalam
produk tersebut,karena adanya keseimbangan kelembaban udara antara produk yang disimpan
dan udara disekitarnya.
Lisdiana (1997) menyebutkan
bahwa dendeng fillet ikan cucut dengan ukuran 7 cm
x 5 cm
x 0.5 cm mempunyai kadar air 24.8 – 25.7 % dan
daya simpan lebih dari 25 hari pada penyimpanan suhu
kamar. Dendeng ikan yang
diperoleh dari pasar di daerah Jakarta
mempunyai kadar air 45
%, kadar garam 9.91 %
serta jumlah bakteri (total
plate count) sebesar 61.25 x 105 (Chasanah dkk ,1986) Oleh karena belum ada
standar mutu dendeng ikan dari
SNI,maka sebagai data pembanding
mutu dendeng ikan digunakan kriteria mutu dendeng sapi. Menurut, Departemen Perindustrian
(1992) bahwa kadar air dendeng sapi tidak lebih dari 12%, kadar protein minimum
30% (berat basah).
Penggunaan pengemasan pada
produk dendeng ikan Nila Merah
diharapkan dapat memberikan informasi pada para pengolah dendeng ikan
tradisional sehingga mutu produknya dapat ditingkatkan agar lebih disukai
konsumen. Penelitian ini diharapkan
gram, panjang 17-25 cm dan tebal 1-1,5 cm. Fillet beku ikan Nila Merah di-
thawing selama 30 menit pada suhu kamar ( 27-30oC ). Kemudian dilakukan
pengirisan menjadi fillet tipis dengan ketebalan ± 0.5
cm.
Proses Pengolahan Dendeng Fillet Ikan
1. Persiapan bahan baku
Materi yang digunakan
adalah fillet ikan Nila
Merah (O. niloticus) beku. Berat fillet berkisar antara 150-300 gram,
panjang 17-25 cm dan tebal 1-1,5 cm. Fillet beku ikan Nila Merah di- thawing
selama 30 menit pada suhu kamar ( 27-30oC ). Kemudian dilakukan
pengirisan menjadi fillet tipis dengan ketebalan
± 0.5 cm.
2. Persiapan bumbu
Semua bumbu
(dihaluskan). Prosentase bumbu
berdasarkan berat 1000 gram fillet ikan tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi
Bumbu Dendeng Fillet Ikan Nila Merah
No
|
Jenis
|
Bumbu
(% berat fillet)
|
1.
|
Gula
pasir
|
42,5
|
2.
|
Gula
jawa
|
42,5
|
3.
|
Garam
|
7,5
|
4.
|
Bawang
putih
|
3,5
|
5.
|
Ketumbar
|
2,0
|
6.
|
Kunyit
|
1,5
|
7.
|
Lengkuas
|
0,5
|
3. Pencampuran
dengan bumbu
Fillet ikan dibalur dengan bumbu yang
telah dicampur tanpa penambahan
air, selanjutnya didiamkan selama 1
jam, kemudian
ditiriskan.
4. Penjemuran
Masing-masing
fillet tersebut digantung
pada gantungan yang dikerudungi
kain kasa, lalu dijemur dipanas
matahari selama 17 jam
sampai
kering. Penjemuran dilakukan dari jam 08.00 – 15.00 pada kisaran suhu
antara
32-34°C Setelah kering, kemudian
dikemas dalam kantong plastik
polyethylenee dan dikemas
dengan vacuum
sealer.
Ikan
Nila Merah merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai daging berwarna putih dan
enak rasanya, sehingga banyak digunakan sebagai bahan makanan dengan kandungan
lemak rendah. Dengan kandungan lemak yang rendah diharapkan tidak terjadi
ketengikan selama penyimpanan produk dendeng. Kondisi lemak yang rendah
dimungkinkan ikan dalam keadaan memijah, sehingga cadangan lemak dalam
tubuhnya digunakan untuk pembentukan sel
telur. Sebaliknya kandungan lemak yang rendah akan menyebabkan kadar air
menjadi tinggi (Conell,1988).
Pada
pengolahan dendeng ikan dalam bentuk
fillet tipis, kandungan air yang hilang dari produk berkisar antara 56 -
78%. Jumlah kehilangan air yang besar ini menyebabkan produk dendeng menjadi kering.
Jika dibandingkan dengan kadar air
dendeng sapi menurut Departemen Perindustrian (1992) yaitu maksimum 12 %
(b/b), maka kadar air dendeng ikan Nila Merah dalam bentuk fillet tipis ini
termasuk lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena gula sebagai bumbu yang
digunakan pada dendeng sapi lebih tinggi konsentrasinya, sehingga daya
penarikan air lebih tinggi. Seperti diketahui biasanya
dendeng sapi rasanya manis sekali. Untuk produk dendeng ikan jika terlalu manis, maka kenampakannya akan sangat coklat kehitaman.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Istihastuti dkk (1998) menunjukkan bahwa dendeng
yang terbuat dari ikan Belut dengan perbedaan
kemasan (hampa udara dan non hampa udara) masing-masing mengandung kadar air 20,33% dan 20,54%.
Setelah disimpan selama 8 minggu kadar airnya masing- masing naik menjadi 22,61% dan 20,79%. Jika dibandingkan
dengan penelitian ini maka kadar air dendeng fillet ikan Nila Merah kemasan
hampa udara kadar airnya lebih rendah dari pustaka tersebut.
Data
menunjukkan bahwa dendeng yang dikemas dalam kantong plastik setelah
penyimpanan 30 hari kadar airnya lebih tinggi daripada dendeng yang dikemas
dengan cara hampa udara. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Winarno (1980)
yang menyatakan bahwa kemasan hampa udara akan
menghambat terjadinya transfer
atau penyerapan air oleh
produk dari lingkungan atau udara sekitarnya. Selama penyimpanan 30 hari, kadar
air dendeng ikan yang dikemas hampa udara menunjukkan
adanya penurunan kadar air yang nyata
(P< 0.05). Sedangkan produk yang dikemas kantong plastik mengalami kenaikan
kadar air secara
nyata (P< 0.05). Kondisi ini
mungkin disebabkan karena sebagian air dalam produk kemasan hampa udara telah
digunakan oleh mikroorganisme yang
masih bertahan hidup. Selain itu kemasan tidak terlalu dipengaruhi oleh
kelembaban udara luar. Sedangkan pada produk yang dikemas dengan kantong
plastik kandungan air produk menjadi lebih tinggi karena kemasan masih mampu
dipengaruhi kelembaban udara dari luar.
Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.Perlakuan
pengemasan dendeng fillet ikan Nila
merah dengan kemasan hampa udara selama 30 hari menyebabkan kadar air, kadar
TVB dan jumlah bakteri produk lebih rendah secara nyata (P < 0,05)
dibandingkan bila produk dikemas dengan kantong plastik polyethylene. Akan tetapi
ke 2 macam cara pengemasan tersebut tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai
kesukaan produk baik dari segi warna,bau,rasa dan konsistensi.
2.
Penyimpanan produk dendeng selama 30 hari berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap
penurunan kadar air produk yang dikemas dengan kemasan
hampa udara,tetapi tidak berpengaruh nyata (P> 0,05) terhadap
kadar TVB namun masih berpengaruh nyata terhadap kenaikan jumlah bakteri.
0 comments:
Post a Comment