Ikan mas atau common carp adalah salah
satu jenis ikan air tawar. Bentuk tubuhnya panjang dan agak bulat dengan kepala
kecil, punggung tinggi dan seluruh badannya bersisik besar. Nama lain dari ikan
mas adalah karper, tombro, rayo, ameh, dan masmasan. Ikan mas bisa dibilang
ikan nomor satu di Indonesia, karena konsumennya sangat banyak, mulai dari
kalangan bawah sampai kalangan atas. Ini wajar, karena daging yang tebal
rasanya sangat lezat, dan kandungan gizinya tergolong tinggi. Terlebih lagi
bila dimasak dengan berbagai variasi masakan, tentu saja akan mengundang selera
makan penggemarnya.
Selain itu, ikan mas sering digunakan sebagai alat hiburan bagi oleh orang-orang yang punya hobi memancing. Ikan mas sudah dibudidayakan sejak puluhan tahun yang lalu, dan bukan ikan aneh bagi orang Indonesia. Karena konsumennya sangat banyak, maka permintaan pasar ikan mas tak pernah surut, sedangkan suplaynya selalu kurang. Keadaan ini menjadikan harga ikan mas tetap tinggi, lebih tinggi dari biaya produksi.
Selain itu, ikan mas sering digunakan sebagai alat hiburan bagi oleh orang-orang yang punya hobi memancing. Ikan mas sudah dibudidayakan sejak puluhan tahun yang lalu, dan bukan ikan aneh bagi orang Indonesia. Karena konsumennya sangat banyak, maka permintaan pasar ikan mas tak pernah surut, sedangkan suplaynya selalu kurang. Keadaan ini menjadikan harga ikan mas tetap tinggi, lebih tinggi dari biaya produksi.
Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras
atau stain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya interaksi
antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat
dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari
beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:
1. Ikan mas punten: sisik
berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung
tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit; perbandingan
antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
2.
Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik
lebih gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek;
gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air
perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
3.
Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning
muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda tidak
menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air ;
perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
4. Ikan mas
taiwan : sisik berwarna hijau kekuning-kuningan;
badan relatif panjang ; penampang punggung membulat;
mata agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif ;
perbandingan panjang badan dengan tinggi
badan antara 3,5:1
5. Ikan mas koi:
bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam
seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari warna-warna
tersebut. Beberapa ras koi adalah long
tail Indonesian carp,long tail platinm nishikigoi, platinum
nishikigoi, long tail shusui nishikigoi, shusi nishikigoi,
kohaku hishikigoi, lonh tail
hishikigoi, taishusanshoku nshikigoi dan long tail
taishusanshoku nishikigoi.
Dari sekian banyak strain ikan mas, di
Jawa Barat ikan mas punten kurang berkembang karena diduga orang Jawa Barat
lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya
termasuk jenis unggul yang banyak dibudidayakan.
Dalam proses pemijahan hal yang perlu
diperhatikan ialah ; Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas. Air tidak
terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan suhu
berkisar 25 oC. Diperlukan bahan penem pel telur seperti ijuk atau
tanaman air. Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebaga i
patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.
Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet diberikan secara
teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah
berat induk ikan (DAMANA, 1990).
Dalam proses pemijahan ikan mas , ikan
dirangsang dengan cara membuat lingkungan perairan menyerupai keadaan
lingkungan perairan umum dimana ikan ini memijah secara alami atau dengan
rangsangan hormon. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemijahan
ikan mas adalah :
Mencuci dan mengeringkan wadah pemijahan (bak/kolam). Mengisi wadah
pemijahan dengan air setinggi 75-100 cm. Memasang hapa untuk mempermudah panen
larva di bak atau di kolam. Memasukkan induk Ikan Mas jantan dan betina siap
pijah. Jumlah induk Ikan Mas betina yang dipijahkan tergantung pada kebutuhan
benih dan luas kolam yang akan digunakan dalam pendederan. Mengangkat
induk yang memijah dan memindahkannnya ke kolam pemeliharaan induk (GUNAWAN,
1988).
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas
dilakukan setelah telur-telur hasil mijahan menetas. Kegiatan ini
dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap
menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta
dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk suai ketentuan.
Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan
(SANTOSO, 1993).
Pembesaran Ikan Mas dapat dilakukan dalam
keramba Jaring Apung yang biasa dipasang di perairan umum. Pemilihan lokasi
penempatan jaring dalam suatu perairan akan sangat menunjang berhasilnya proses
produksi. Beberapa karakteristik perairan yang tepat antara lain : Air bergerak
dengan arus terbesar, tetapi bukan arus kuat, Penempatan jaring dapat dipasang
sejajar dengan arah angin, Badan air cukup besar dan luas sehingga dapat
menjamin stabilitas kualitas air, Kedalaman air minimal dapat mencapai jarak
antara dasar jaring dengan dasar perairan 1,0 meter, Kualitas air mendukung
pertumbuhan seperti suhu perairan 270C sampai 300C, oksigen terlarut tidak
kurang dari 4,0 mg/l, dan kecerahan tidak kurang dari 80 cm (SUMANTADINATA,
1981).
Penebaran larva atau
benih dilakukan pagi hari, saat suhu air rendah, yaitu antara pukul 06.00 –
07.00. Tujuannya agar larva atau benih tidak stress akibat suhu tinggi. Larva
atau benih yang ditebar terlalu siang bisa strees akibat kepanasan. Padat tebar
setiap tahapan pendederan berbeda-beda, tergantung dari ukuran dan umur benih.
Pada pendederan pertama, larva ditebar dengan kepadatan antara 100 – 200
ekor/m2, pendederan kedua 50 – 75 ekor/m2, dan pendederan ketiga 25 – 50
ekor/m2. Agar jumlahnya diketahui, sebelum ditebar larva atau benih dihitung
terlebih dahulu. Cara menghitungnya harus hati-hati, karena kondisi tubuhnya
masih lemah dan mudah terluka (SUSENO, 1999).
1. Persyaratan Lokasi
a.
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan
tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
b.
Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c.
Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m dpl.
d.
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh
dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
e.
Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air
deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang
8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100
liter/menit/m3.
f.
Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
g.
Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 oC.
2. Penyiapan Sarana dan Peralatan
a) Kolam
Lokasi kolam dicari yang
dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai
dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
i. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung
jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk
memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami
dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan
luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan
dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian
dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya,
sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
ii. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat
berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung
jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai
patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam
sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah
pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan
bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran
kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan
kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam
pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke
daerah yang ada telurnya.
iii. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan
yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada
beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan
lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan
pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan
kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi
kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk
memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan.
Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu
dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
b) Peralatan
Alat-alat yang biasa
digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: 3) dengan
persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk 6.2 it dan Induk kan
dengan berbagai cara yaitu secara diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi,
peningkatan derajat pembuahan telur jala, waring (anco), hapa (kotak dari
jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser,
ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar
(kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur
kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk
memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus,
ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat
menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut
ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat
melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau
kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu,
oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm
keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk
menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur
satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar),
jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
c) Persiapan Media
Yang dimaksud
pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam
menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan
kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama
dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa
pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter
persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP
masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi. .
3. Pembibitan
a.
Pemilihan Bibit dan Induk
Usaha pembenihan ikan
mas dapat dilakukan dengan cara tradisional, semi intensif dan secara intensif.
Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi
pembenihan maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas
baik. Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi
alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk
betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah sebagai berikut:
i.
Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan:
umur minimum 8 bulan dengan bera t berkisar 0,5 kg/ekor.
ii.
Bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor
mulus, sehat, sirip tidak cacat.
iii.
Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih;
panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak jernih.
iv.
Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
v.
Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih
panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk
jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
i.
Betina
·
Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
·
gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
·
Jika perut distriping mengeluarkan cairan warrna kuning.
ii.
Jantan
·
Badan tampak langsing.
·
Gerakan lincah dan gesit.
·
Jika perut distriping mengeluarkan
cairan sperma berwarna
putih.
iii.
Sistim Pembenihan/Pemijahan
Saat ini dikenal dua macam sistim
pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:
I. Sistim pemijahan tradisional
Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan
secara tradisional, yaitu:
·
Cara sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit
berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukkan
pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur; (3) setelah proses
pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam penetasan
·
Cara cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam
sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; (2)
disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit bambu dan diletakkan
dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; (3) setelah proses
pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) tujuh hari setelah
pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen
benih-benih ikan.
·
Cara rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam
sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan,batas
pematang antara terbuat dari batu; (2) disediakan rumput kering untuk
menepelkan telur, rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan
dibatasi pematang antara dari tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk
tetap di kolam pemijahan.; (4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat
melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
·
Cara sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam
sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukan pada sore hari, kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; (2)
disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air;
(3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4)
setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
·
Cara dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit
keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi air pada
pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan; (2) sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti Cynodon
dactylon setinggi 40 cm; (3) setelah proses pemijahan selesai induk
dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke
kolam pendederan.
·
Cara hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan tanaman Cynodon
dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.
II. Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk
baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk memijah setelah
penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar phofise
diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang tengkorak di
bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk
akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi,
sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
b) Pembenihan/peminjahan
Ikan mas tidak memijah di dasar perairan
seperti ikan nila. Ikan mas juga tidak memijah dalam sarang seperti gurame.
Ikan mas memijah di permukaan air dimana terdapat adanya aliran air baru dari
saluran air, yaitu pada alat penempel telur, misalnya kakaban, dan
rumput-rumput.
Di alam, ikan mas akan memijah di perairan
yang dangkal, atau dimana di areal perairan yang pada musim kemarau kekeringan,
sedangkan pada musim hujan tergenang. Tergenangnya areal itu akan menimbulkan
bau tanah yang dapat merangsang terjadinya pemijahan.
Karena itu dalam pemijahan ikan mas,
sebelum digunakan kolam pemijahan harus dikeringkan terlebih dahulu selama 3 –
6 hari. Bila tidak dilakukan pengeringan, biasanya ikan mas tidak akan memijah.
Bisa juga memijah, tetapi akan terjadi menjelang subuh, bukan tengah malam.
c) Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Setelah larva cukup kuat saatnya
untuk melakukan pendederan ikan mas, bisasanya dilakukan pada kolam lumpur atau
sawah meski bisa juga dilakukan pada kolam semen. Persiapan kolam tanah adalah
dengan meratakan tanah dasarnya, tebarkan 10 – 15 karung kotoran ayam, isi air
setinggi kurang lebih 40 cm dan rendam selama 5 hari tanpa aliran air. Hal ini
dimaksudkan agar plankton dan sumber makanan alami ikan mas tumbuh di kolam
pendederan. Untuk ukuran kolam lumpur 100 m2 tebar 100.000 ekor larva pada pagi
hari, berikan makanan tambahan berupa tepung pelet atau pelet yang telah
direndam. Pada usia telah mencapai 3 minggu bibit ikan mas siap dipanen, untuk
dijual atau dipelihara kembali pada kolam berbeda. Hal yang sama
dilakukan untuk membesarkan benih ikan mas pada ukuran yang lebih besar, hanya
saja kepadatan ikan perlu dikurangi.
Pendederan ikan mas dilakukan dalam
beberapa tahap, yaitu:
i.
Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah
benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan;
ukuran benih menjadi 2-3 cm.
ii.
Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang
disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih
menjadi 3-5cm
iii.
Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang
disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih
menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah
bobot benih.
iv.
Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang
disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi
8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot
benih.
v.
Perlakuan dan Perawatan Bibit Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram,
maka benih diberi pakan pellet 2mm banyak 3 kali bobot total benih yang
diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.
4. Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran
dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
a.
Polikultur
Ikan mas bisa dipelihara secara polikultur atau
bersama ikan-ikan lain. Asalkan dengan ikan yang beda pakan alami. Ikan mas
bisa digolongkan sebagai ikan karnivora. Karena itu, ikan bisa dipelihara
dengan ikan herbivora, seperti gurame dan grass carp dan dengan ikan pemakan
plankton, seperti tambakan dan mola.
Ikan mas juga bisa dipelihara dengan ikan
pemakan klekap, seperti bandeng. Dengan polikultur atau pemeliharaan campuran
pakan alami dalam kolam semuanya bisa dimanfaatkan. Teknik pemeliharaan akan
dibahas secara khusus.
i.
ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
ii.
ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
b) Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan
pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini
dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.
1) Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran
kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2, TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur
25-100 gram/m2. setelah itu kolam diisi air 39\0-40 cm, biarkan 5-7 hari
dekeringkan. Kemudian semprotkan Migro Tambak (campur air secukupnya) dengan
dosis 20ml/100m2, biarkan selama 1 hari Kemudian masukan air dengan ketinggian
5-10cm. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm, berikan kembali
Migro Tambak dengan dosis 0,02 ppm (2 liter per hektar). Padat penebaran ikan
tergantung pemeliharaannya. Jika hanya Mengandalkan pakan alami dan dedak, maka
padat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberipakan
pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa). Penebaran
dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.
2) Pemberian Pakan
Dalam pembenihan secara
intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan. Pakan yang berkualitas
baik mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein yang mengandung asam
amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam
hapa sekitar 4-5 hari. Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari
kemudian) kakaban diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1
butir kuning telur rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat
suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain
kemudian diberikan pada benih, perawatan 5-7 hari. Pemberian pakan pada kolam
pembesaran, agar pakan buatan yang diberikan dapat terserap oleh tubuh ikan
secara optimal maka, perlu di berikan probiotik Migro Suplemen / MiG Ternak
yang dicampurkan pada pakannya dengan dosis 10ml migro suplemen : pakan buatan
sebanyak 3 kg. berikan 1-2 kali sehari.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan
ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga kondisi perairan agar
kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak tercemari/teracuni oleh zat
beracun.
5. Pemberian Migro
Tambak saat pemeliharaan
Fase Pemeliharaan (Pembesaran)
Berikan Migro Tambak
secara merata pada permukaan air tambak/kolam sebanyak 0,02 ppm (2 liter per
hektar). Adapun frekuensi pemberiannya setiap 2 (dua) minggu sekali.
0 comments:
Post a Comment