Monday, August 5, 2013

BAGAIMANA MEMBUDIDAYAKAN IKAN MAS/ KARPER DENGAN OPTIMAL

August 05, 2013 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


Ikan mas atau common carp adalah salah satu jenis ikan air tawar. Bentuk tubuhnya panjang dan agak bulat dengan kepala kecil, punggung tinggi dan seluruh badannya bersisik besar. Nama lain dari ikan mas adalah karper, tombro, rayo, ameh, dan masmasan. Ikan mas bisa dibilang ikan nomor satu di Indonesia, karena konsumennya sangat banyak, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Ini wajar, karena daging yang tebal rasanya sangat lezat, dan kandungan gizinya tergolong tinggi. Terlebih lagi bila dimasak dengan berbagai variasi masakan, tentu saja akan mengundang selera makan penggemarnya.

            Selain itu, ikan mas sering digunakan sebagai alat hiburan bagi oleh orang-orang yang punya hobi memancing. Ikan mas sudah dibudidayakan sejak puluhan tahun yang lalu, dan bukan ikan aneh bagi orang Indonesia. Karena konsumennya sangat banyak, maka permintaan pasar ikan mas tak pernah surut, sedangkan suplaynya selalu kurang. Keadaan ini menjadikan harga ikan mas tetap tinggi, lebih tinggi dari biaya produksi.

Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:

1.      Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling  pendek; bagian  punggung tinggi melebar; mata  agak  menonjol;  gerakannya  gesit; perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
2.      Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik  lebih gelap; punggung tinggi; badannya  relatif pendek;  gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
3.      Ikan mas  si  nyonya:  sisik  berwarna  kuning  muda;  badan relatif panjang; mata pada  ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya   lamban, lebih suka berada di permukaan air ; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
4.      Ikan  mas  taiwan :  sisik  berwarna  hijau  kekuning-kuningan;  badan relatif panjang ;  penampang  punggung  membulat;  mata  agak menonjol; gerakan lebih gesit  dan  aktif ;  perbandingan   panjang  badan  dengan  tinggi  badan antara 3,5:1
5.      Ikan  mas koi:  bentuk badan  bulat panjang  dan bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari warna-warna  tersebut.  Beberapa  ras  koi  adalah  long tail Indonesian carp,long tail  platinm  nishikigoi, platinum nishikigoi, long  tail shusui nishikigoi,  shusi  nishikigoi,  kohaku  hishikigoi,   lonh   tail   hishikigoi,  taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.

Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang banyak dibudidayakan.
Dalam proses pemijahan hal yang perlu diperhatikan ialah ; Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas. Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan suhu berkisar 25 oC.  Diperlukan bahan penem pel telur seperti ijuk atau tanaman air. Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebaga i patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi. Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk ikan (DAMANA, 1990).
Dalam proses pemijahan ikan mas , ikan dirangsang dengan cara membuat lingkungan perairan menyerupai keadaan lingkungan perairan umum dimana ikan ini memijah secara alami atau dengan rangsangan hormon. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemijahan ikan mas adalah :
Mencuci dan mengeringkan wadah pemijahan (bak/kolam). Mengisi wadah pemijahan dengan air setinggi 75-100 cm. Memasang hapa untuk mempermudah panen larva di bak atau di kolam. Memasukkan induk Ikan Mas jantan dan betina siap pijah. Jumlah induk Ikan Mas betina yang dipijahkan tergantung pada kebutuhan benih  dan luas kolam yang akan digunakan dalam pendederan. Mengangkat induk yang memijah dan memindahkannnya ke kolam pemeliharaan induk (GUNAWAN, 1988).
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas  dilakukan setelah telur-telur hasil mijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk suai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan (SANTOSO, 1993).
Pembesaran Ikan Mas dapat dilakukan dalam keramba Jaring Apung yang biasa dipasang di perairan umum. Pemilihan lokasi penempatan jaring dalam suatu perairan akan sangat menunjang berhasilnya proses produksi. Beberapa karakteristik perairan yang tepat antara lain : Air bergerak dengan arus terbesar, tetapi bukan arus kuat, Penempatan jaring dapat dipasang sejajar dengan arah angin, Badan air cukup besar dan luas sehingga dapat menjamin stabilitas kualitas air, Kedalaman air minimal dapat mencapai jarak antara dasar jaring dengan dasar perairan 1,0 meter, Kualitas air mendukung pertumbuhan seperti suhu perairan 270C sampai 300C, oksigen terlarut tidak kurang dari 4,0 mg/l, dan kecerahan tidak kurang dari 80 cm (SUMANTADINATA, 1981).
Penebaran larva atau benih dilakukan pagi hari, saat suhu air rendah, yaitu antara pukul 06.00 – 07.00. Tujuannya agar larva atau benih tidak stress akibat suhu tinggi. Larva atau benih yang ditebar terlalu siang bisa strees akibat kepanasan. Padat tebar setiap tahapan pendederan berbeda-beda, tergantung dari ukuran dan umur benih. Pada pendederan pertama, larva ditebar dengan kepadatan antara 100 – 200 ekor/m2, pendederan kedua 50 – 75 ekor/m2, dan pendederan ketiga 25 – 50 ekor/m2. Agar jumlahnya diketahui, sebelum ditebar larva atau benih dihitung terlebih dahulu. Cara menghitungnya harus hati-hati, karena kondisi tubuhnya masih lemah dan mudah terluka (SUSENO, 1999).
1. Persyaratan Lokasi  

a.                   Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
b.                   Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c.                    Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl.
d.                   Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
e.                    Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
f.                    Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
g.                    Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 oC.

2. Penyiapan Sarana dan Peralatan
a) Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
i. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
ii. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
iii. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.

b) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: 3) dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk 6.2 it dan Induk kan dengan berbagai cara yaitu secara diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

c) Persiapan Media
Yang dimaksud pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi. .

3. Pembibitan

a.       Pemilihan Bibit dan Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan cara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik. Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah sebagai berikut:

         i.            Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan: umur minimum 8 bulan dengan bera t berkisar 0,5 kg/ekor.
                    ii.                        Bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
iii.                        Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih; panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak jernih.
iv.                        Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
v.                        Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.

Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:

i.                        Betina
·         Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
·         gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
·         Jika perut distriping mengeluarkan cairan warrna kuning.

       ii.            Jantan
·         Badan tampak langsing.
·         Gerakan lincah dan gesit.
·         Jika  perut   distriping   mengeluarkan  cairan   sperma  berwarna
                 putih.
      iii.            Sistim Pembenihan/Pemijahan

Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:
I. Sistim pemijahan tradisional
Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:

·         Cara sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukkan pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur; (3) setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam penetasan
·         Cara cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; (2) disediakan injuk untuk  menepelkan telur, ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
·         Cara rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan,batas pematang antara terbuat dari batu; (2) disediakan rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.; (4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
·         Cara sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari, kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; (2) disediakan injuk untuk  menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
·         Cara dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; (2) sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
·         Cara hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.

II. Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar phofise diperoleh  dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
b)  Pembenihan/peminjahan

Ikan mas tidak memijah di dasar perairan seperti ikan nila. Ikan mas juga tidak memijah dalam sarang seperti gurame. Ikan mas memijah di permukaan air dimana terdapat adanya aliran air baru dari saluran air, yaitu pada alat penempel telur, misalnya kakaban, dan rumput-rumput.
Di alam, ikan mas akan memijah di perairan yang dangkal, atau dimana di areal perairan yang pada musim kemarau kekeringan, sedangkan pada musim hujan tergenang. Tergenangnya areal itu akan menimbulkan bau tanah yang dapat merangsang terjadinya pemijahan.
Karena itu dalam pemijahan ikan mas, sebelum digunakan kolam pemijahan harus dikeringkan terlebih dahulu selama 3 – 6 hari. Bila tidak dilakukan pengeringan, biasanya ikan mas tidak akan memijah. Bisa juga memijah, tetapi akan terjadi menjelang subuh, bukan tengah malam.

c)  Pemeliharaan Bibit/Pendederan

        Setelah larva cukup kuat saatnya untuk melakukan pendederan ikan mas, bisasanya dilakukan pada kolam lumpur atau sawah meski bisa juga dilakukan pada kolam semen. Persiapan kolam tanah adalah dengan meratakan tanah dasarnya, tebarkan 10 – 15 karung kotoran ayam, isi air setinggi kurang lebih 40 cm dan rendam selama 5 hari tanpa aliran air. Hal ini dimaksudkan agar plankton dan sumber makanan alami ikan mas tumbuh di kolam pendederan. Untuk ukuran kolam lumpur 100 m2 tebar 100.000 ekor larva pada pagi hari, berikan makanan tambahan berupa tepung pelet atau pelet yang telah direndam. Pada usia telah mencapai 3 minggu bibit ikan mas siap dipanen, untuk dijual atau dipelihara kembali pada kolam berbeda.  Hal yang sama dilakukan untuk membesarkan benih ikan mas pada ukuran yang lebih besar, hanya saja kepadatan ikan perlu dikurangi.

Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
i.                        Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
ii.                        Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5cm
iii.                        Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
iv.                        Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
v.                        Perlakuan dan Perawatan Bibit Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan pellet 2mm banyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.

4. Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
a.                   Polikultur
Ikan mas bisa dipelihara secara polikultur atau bersama ikan-ikan lain. Asalkan dengan ikan yang beda pakan alami. Ikan mas bisa digolongkan sebagai ikan karnivora. Karena itu, ikan bisa dipelihara dengan ikan herbivora, seperti gurame dan grass carp dan dengan ikan pemakan plankton, seperti tambakan dan mola.
Ikan mas juga bisa dipelihara dengan ikan pemakan klekap, seperti bandeng. Dengan polikultur atau pemeliharaan campuran pakan alami dalam kolam semuanya bisa dimanfaatkan. Teknik pemeliharaan akan dibahas secara khusus.
i.                        ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
ii.                        ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.

b)   Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.

1) Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2, TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2. setelah itu kolam diisi air 39\0-40 cm, biarkan 5-7 hari dekeringkan. Kemudian semprotkan Migro Tambak (campur air secukupnya) dengan dosis 20ml/100m2, biarkan selama 1 hari Kemudian masukan air dengan ketinggian 5-10cm. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm, berikan kembali Migro Tambak dengan dosis 0,02 ppm (2 liter per hektar). Padat penebaran ikan tergantung pemeliharaannya. Jika hanya Mengandalkan pakan alami dan dedak, maka padat  penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberipakan pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa). Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.
2) Pemberian Pakan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari. Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada benih, perawatan 5-7 hari. Pemberian pakan pada kolam pembesaran, agar pakan buatan yang diberikan dapat terserap oleh tubuh ikan secara optimal maka, perlu di berikan probiotik Migro Suplemen / MiG Ternak yang dicampurkan pada pakannya dengan dosis 10ml migro suplemen : pakan buatan sebanyak 3 kg. berikan 1-2 kali sehari.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak tercemari/teracuni oleh zat beracun.
5. Pemberian Migro Tambak saat pemeliharaan
Fase Pemeliharaan (Pembesaran)
Berikan Migro Tambak secara merata pada permukaan air tambak/kolam sebanyak 0,02 ppm (2 liter per hektar). Adapun frekuensi pemberiannya setiap 2 (dua) minggu sekali.

0 comments:

Post a Comment