Usaha pembesaran
dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang
disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di kolam tanah
maupun kolam permanen, baik secara monokultur maupun polikultur. Bawal air
tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi dan cocok untuk
dibudidayakan sebagai bahan persediaan untuk para pemancing, yang sangat senang
dengan ikan bawal.
Dilihat asal usulnya,
bawal bukanlah ikan asli Indonesia, tetapi berasal dari negeri Samba, Brazil.
Ikan ini dibawa ke Indonesia oleh para importir ikan hias dari Singapura dan
Brazil pada tahun 1980. Selain ke Indonesia, ikan bawal pun sudah tersebar
hampir ke seluruh penjuru dunia. Di setiap negara, ikan ini mempunyai nama yang
berlainan. Di Indonesia ikan ini disebut bawal karena mirip dengan bawal laut;
di Amerika dan Inggris disebut red bally pacu karena bagian perutnya berwarna
kemerahan; di Peru disebut gamitama; dan di Venezuela disebutcachama. Di negara
asalnya, ikan ini disebuttambaqui. Adapun nama ilmiahnya adalah Colossoma
macropomum.
Selain pertumbuhannya
cepat, kelebihan lain ikan bawal adalah cara memeliharanya yang tidak rumit.
Ikan ini dapat dipelihara di kolam dengan tingkat kelangsungan hidup yang
tinggi. Bawal yang dipelihara dalam kolam pendederan dan pembesaran
kelangsungan hidupnya dapat mencapai 90 %. Persentase tersebut Iebih tinggi
dibandingkan ikan nila dan ikan mas yang kelangsungan hidupnya paling tinggi 80
%. Selain itu, bawal dapat dipelihara dalam kepadatan tinggi. Walau cara
memelihara bawal mudah, tetapi jangan sekali-kali dipelihara di jaring terapung
karena ikan ini dapat merobek-robek jaring dan kabur lewat jarring yang robek
tersebut.
Morfologi dan Biologi
Seorang ahli perikanan
bernama Bryner mengemukakan silsilah
(sistematika) ikan bawal air tawar sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Craniata
Kelas : Pisces
Subkelas : Neoptergii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Characidae
Genus : Colossoma
Spesies :Colossoma macropomum
Ketika silsilah ikan
bawal sudah diketahui, hal kedua yang perlu diketahui adalah morfologi (bagian
luar tubuh). Dari arah samping, tubuh bawal tampak membulat (oval) dengan
perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1.
Bila dipotong secara vertikal,
bawal memiliki bentuk tubuh pipih(compresed) dengan perbandingan antara tinggi
dan lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh
seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan lele atau gross carp. Tetapi lambat seperti
ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, di mana setengah
bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas
abu-abu gelap, sedangkan bagian hawah berwarna putih. Pada bawal dewasa, bagian
tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna
merah ini merupakan dri khusus bawal sehingga oleh orang Inggris dan Amerika
disebut red bally pacu.
Dibanding dengan
badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala,
tetapi agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti
cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam. Bawal
memiliki 5 buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip
anus, dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan sehuah jari-jari agak
keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari- jari lainnya lemah. Berbeda dengan
sirip punggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip ini pada bawal air
tawar agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut, dan sirip anus kecil dan
jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah, tetapi
berbentuk cagak.
Sama seperti ikan lain,
bawal pun menghendaki lingkungan yang baik dan sesuai untuk hidupnya. Untuk
mengetahuinya, dilakukan pengamatan di habitat aslinya. Di Brasil, bawal banyak
ditemukan di sungai Amazon dan sering juga ditemukan di sungai Orinoco, Venezuela.
Hidupnya bergerombol di daerah yang aliran sungainya deras tetapi ditemukan
pula di daerah yang airnya tenang, terutama saat benih. Untuk menciptakan
lingkungan yang baik bagi bawal ada banyak hal yang hams diperhatikan, terutama
dalam memilih lahan usaha, di antaranya ketinggian tempat, jenis tanah, dan
air.
Sarana dan Prasarana
Budidaya
Hatchery atau bangsal
benih merupakan suatu bangunan yang biasa digunakan untuk melakukan kegiatan
pembenihan, terutama mulai dari pemijahan sampai menghasilkan larva. Bangunan
im dapat dibuat secara permanen, semi permanen, atau secara sederhana yang
penting diberi atap sebagai peneduh.
Setiap hatchery harus
mempunyai fasilitas yang lengkap agar bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Selain itu, tata letaknya harus diatur secara tepat. Fasilitas yang harus
dibuat untuk hatchery ikan bawal yaitu :
a. Bak penampungan air
bersih
Bak penampung air
bersih merupakan tempat untuk menampung air agar air selalu tersedia, terlebih
ketika dibutuhkan. Letak bak ini harus lebih rendah dari sumber air agar air
mudah dialirkan, Bak penampungan air harus kuat dan kokoh sehingga dapat
menampung air dalam volume yang besar. Oleh sebab itu, sebaiknya bak ini dibuat
dari beton atau tembok. Bentuk bak bisa empat persegi panjang atau bujur
sangkar, tergantung kondisi setempat. Ukurannya pun tergantung besarnya
hatchery. Untuk hatchery skala kecil (produksinya 200.000 ekor benih), bak
cukup dibuat dengan panjang 2 m, lebar 2 m, dan tinggi 1 m. Bak ini dihubungkan
langsung ke sumber air dengan menggunakan paralon yang ukarannya disesuaikan
dengan besarnya debit air. Selain itu, pada bagian lain dihubungkan ke
masing-masing bagian hatchery. Bak ini harus dibuat juga lubang pengeluaran
untuk mengeringkan atau menguras bila sudah lama digunakan.
b. Bak pemberokan
Bak pemberokan
merupakan tempat untuk menyimpan induk-induk yang sudah matang gonad (dari bak
pemeliharaan) sampai jelang induk tersebut dipijahkan. Bak ini dapat pula
dikatakan sebagai tempat untuk mengadaptasikan induk-induk dari kolam yang
lingkungannya lebih luas ke tempat pemijahan yang lebih sempit. Bentuk
pemberokan ini bisa bermacam-macam tergantung dan keadaan tempatnya. Namun,
bentuk yang paling balk adalah empat persegi panjang. Bak ini sebaiknya tidak
terlalu luas sebab akan menyulitkan pada waktu menangkap induk yang akan
dipijahkan Luas bak bisa berkisar antara 8 – 12 m2.
(2 m x 4 m atau 3 m x 4
m) dengan tinggi antara 1,25 – 1,5 m. Bak ini dapat diairi maksimal setengah
bagiannya agar induk yang diberok tidak loncat keluar.
Bak pemberokan harus
dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air untuk memudahkan dalam
mengisi maupun mengeringkan bak. Pintu-pintu ini dibuat di bagian tengah dari
panjang atau lebar bak agar sirkulasi airnya baik. Pintu pemasukan air bias
dibuat dari pipa peralon berdiameter 2 inci yang dilengkapi dengan keran untuk
mengatur debit air yang masuk dalam bak. Pintu pengeluaran juga dibuat dari
paralon yang berdiameter 4 inci. Ukuran paralon pengeluaran lebih besar
tujuannya agar bak dapat dikeringkan dengan cepat. Pada pintu pengeluaran,
umumnya dipasang keni sebagai tempat memasukan paralon pengatur tinggi air.
Hal lain yang paling
penting pada bak pemberokan ini adalah kondisi airnya. Air yang masuk ke dalam
bak pemberokan harus kontinyu dan bersih (tidak mengandung zat makanan).
c. Bak pemijahan
Pembenihan bawal dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu induced
breeding dan induced spawning. Pemijahan secara induced breeding
artinya dalam bak pemijahan diisi dengan
induk-induk yang sudah disuntik hingga menjelang induk akan mengeluarkan
telurnya. Adapun dalam pemijahan secara induced spawning, bak pemijahan dapat diartikan sebagai tempat
mempersatukan induk jantan dan induk betina yang sudah disuntik agar terjadi
pemijahan. Kondisi bak pemijahan harus baik untuk mendukung terjadinya
pemijahan.
Bentuk dan konstruksi
bak pemijahan, termasuk pintu pemasukan dan pengeluarannya, sama dengan bak
pemberokan. Ukuran bak pemijahan lebih luas dibanding bak pemberokan, yaitu 20
– 24 m2. (4 m x 5 m atau 4 X 6 m) dan tinggi 1,25 – 1,5 m. Bak pemijahan harus dipasang
kawat dan paku di bagian atasnya untuk tempat mengikat tali hapa pemijahan. Bak
ini juga dihubungkan ke bala penampungan air dengan paralon dan untuk mengatur
debit air dipasang keran.
d. Tempat penetasan
telur
Telur hasil pemijahan
perlu ditampung di dalam suatu tempat yang dikenal dengan nama tempat penetasan
telur. Ada tiga macam tempat penetasan yang dapat digunakan, yaitu corong dari
kain terilin, akuarium, dan konikel.
Kolam pemeliharaan
induk
Kolam pemeliharaan
induk merupakan tempat yang digunakan untuk memelihara induk atau calon induk
yang sudah matang kelamin sampai induk siap dipijahkan. Kolam pemeliharaan
induk bisa pula disebut sebagai tempat pematangan gonad.
Jumlah kolam
pemeliharan induk yang harus disediakan tergantung dari jumlah induk yang ada.
Sebaiknya kolam pemeliharaan induk dibuat beberapa buah, minimal dua buah.
Tujuannya untuk memudahkan seleksi induk yang akan dipijahkan dan induk yang
sudah dipijahkan. Apabila lahan tidak memungkinkan, kolam ini bisa dibuat satu
buah. Hal ini tidak akan mempengaruhi perkembangan gonad karena ikan bawal
tidak akan mijah secara alami atau tidak akan mijah bila tidak disuntik
terlebih dahulu. Namun, sebaiknya kolam tersebut disekat dengan pagar bambu.
Bentuk kolam
pemeliharaan induk bisa bermacam-macam, tergantung keadaan lokasinya. Namun,
sebaiknya kolam berbentuk empat persegi panjang sebab sirkulasi airnya lebih
merata. Kolam ini sebaiknya tidak terlalu luas agar mudah dalam pengelolaannya.
Luas kolam yang ideal antara 100 – 200 m . Dengan luas tersebut, akan
memudahkan dalam pengeringan kolam maupun penangkapan induk yang akan
diseleksi.
Kolam pemeliharaan
induk juga harus memiliki sistem pengairan yang baik, Maksudnya, kolam
mempunyai sistem sirkulasi air yang baik. Sistem pengairan yang baik adalah
secara paralel. Dengan sistem ini, setiap kolam akan mendapat air baru dan bila
dikeringkan tidak mengganggu kolam yang lainnya. Kolam ini juga harus
dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air agar memudahkan pada
waktu pengeringan dan pengisian air kembali. Letak pintu-pintu berada di
tengah-tengah pada lebar kolam dalam posisi sejajar. Pintu pemasukan bisa
dibuat dari paralon 4 inci, sedangkan pintu pengeluaran sebaiknya dibuat secara
permanent (tembok). Pintu pengeluaran seperri ini terkenal dengan istilah
monik.
Kolam pendederan
Kolam pendederan bawal
merupakan tempat untuk memelihara larva-larva sampai benih dengan ukuran yang
siap dipelihara di tempat pembesaran. Biasanya, pendederan ikan bawal ini
dilakukan dalam beberapa tahap, yakni pendederan pertama, dan pendederan kedua.
Jadi, kolam pendederan ini harus dibuat beberapa buah atau tergantung dari
jumlah dan ukuran induk yang dipijahkan. Bentuk kolam ini sama seperti kolam
pemeliharaan, yakni empat persegi panjang. Pintu pemasukan airnya dibuat dari
pipa paraIon ukuran 5 inci. Adapun pintu pengeluarannya dibuat dalam bentuk
monik. Pintu pengeluaran air seperti ini akan mempercepat proses pengeringan
kolam. Selain itu, kolam ini harus mernpunyai luas ideal agar mudah dalam
pengelolaannya. Luasnya antara 500 – 1.000 m2.
Kolam pembesaran
Kolam pembesaran ikan
bawal merupakan tempat untuk memelihara benih yang berasal dari kolam
pendederan hingga benih menjadi ikan ukuran konsumsi atau calon induk. Bentuk
kolam pembesaran sama dengan kolam pendederan, ukurannya antara 200 – 500 m.
Namun, jumlah kolam harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kolam
pendederan. Kegiatan dalam pembesaran bawal biasanya akan memerlukan waktu yang
lebih lama, minimal 4 – 5 bulan. Oleh sebab itu, kondisi kolam haras
betul-betul baik.
Induk jantan dan induk
betina
Sarana produksi pertama
yang harus disediakan adalah induk jantan dan induk betina. Untuk saat ini,
induk bawal memang sulit diperoleh karena masyarakat belum banyak yang membudidayakannya.
Beberapa sumber yang dapat menyediakan bibit yaitu balai penelitian perikanan,
balai benih ikan, dinas perikanan, atau petani pembenih di daerah tertentu.
Dengan dipilihnya induk
yang berkualitas haik, diharapkan akan diperoleh benih-benih yang berkualitas baik pula.
Selain itu. induk yang berkualitas baik
akan menghasilkan telur-telur yang banyak jumlahnya. Apabila induk
diperoleh dari hasil budi daya sendiri maka induk tersebut juga harus berkualitas
baik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperolah induk-induk.
4. Prospek
Berbeda dengan ikan mas
dan lele yang hanya dijual di pasar dalam negeri, ikan bawal selain dapat
dipasarkan di dalam negeri juga diekspor ke berbagai negara. Negara-negara yang
sudah bisa menampung ikan bawal dari Indonesia di antaranya Hongkong dan Amerika
Sebagian besar ikan bawal yang dikirim ke sana ukurannya atau sebagai ikan
bias. Jumlah kebutuhan kedua Negara tersebut mencapai puluhan juta. Tetapi yang
baru terpenuhi hanya 10 persen saja. Inilah peluang yang sangat besar bagi para peternak bawal untuk
mencari dolar (Khairuman 2002).
Di dalam negeri sendiri
ikan bawal mulai digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, terutama di Jawa
Barat, Jakarta, Jawa Tengah dan jawa Timur. Dari keempat propinsi tersebut Jawa
Barat boleh dibilang sebagai pelopor karena di propinsi inilah ikan bawal
pertama kali dikembangkan. dalam satu musim tidak kurang 500 juta benih dijual
ke berbagai propinsi di Indonesia dan angka tersebut berarti sudah ratusan juta
rupiah telah diraih dan komoditas ini.
Pola Pengembangan
Untuk memenuhi
kebutuhan benih dan ikan bawal sebagai ikan konsumsi, pola pengembangan bawal
dapat dibagi dalam beberapa subsistem. Subsistem ini meliputi pembenihan,
pendederan pembesaran, dan subsistem penunjang. Setiap pelaku dapat bergerak
dalam masing-masing subsistem tergantung dari modal yang dimiliki dan prasarana
budi daya yang tersedia. Dapat pula setiap pelaku bergerak mulai dari
pembenihan sampai pembesaran.
1). Subsistem
pembenihan
Pada subsistem
pembenihan, pelaku mulai dari kegiatan memelihara induk sampai menghasilkan
benih ukuran 2 inci atau seberat 3 gram seriap ekornya. Benih ukuran tersebut
dilemparkan ke subsistem pendederan atau langsung di ekspor. Kegiatan ini
biasanya dilakukan selama 6 minggu.
2). Subsistem
pendederan
Pada subsistem
pendederan, pelaku memulai dari kegiatan memelihara benih ukuran 2 inci sampai
benih mencapai ukuran 4 inci atau seberat 25 gram per ekornya. Benih ukuran ini
dilempar lagi ke subsistem pembesaran. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama 6
minggu.
3). Subsistem
pembesaran
Pada subsistem
pembesaran, pelaku bertugas membesarkan benih dari hasil pendederan ukuran 4
inci (25 g) sampai menjadi ikan konsumsi. Kegiatan ini biasanya dilakukan
selama 3 bulan. Di samping itu, subsistem ini bertugas pula dalam mencari pasar
dalam dan luar negeri.
4). Subsistem penunjang
Pada subsistem
penunjang, pelaku bertugas menyediakan sarana dan prasarana yang dibucuhkan
oleh masing-masing subsistem, seperti menyediakan pakan tambahan, peralatan,
dan sarana produksi lainnya. Adanya subsistem tersebut diharapkan kegiatan budi
daya dapat berjalan lancar karena masing-masing subsistem mempunyai tugas yang
berlainan dan akan terjalin suatu kerja sama yang sating menguntungkan.
0 comments:
Post a Comment