Peningkatan
produktivitas tanah kolam Inceptisol setelah dimarel dengan bahan Ultisol dan
Vertisol dapat dilihat dari produksi klorofil, kemelimpahan alga dasar dan
plankton yang selanjutnya memacu pertumbuhan larva nila merah sehingga
diperoleh produksi biomassa tertinggi. Proporsi dosis campuran tanah I- U dan
I-G sangat menentukan produktivitas kolam secara keseluruhan. Pengaruh
pemarelan tanah kolam Inceptisol dengan bahan Ultisol dan Vertisol memberikan
pengaruh nyata (P<0 0="" 1="" 20="" 2="" 30="" 41="" 50="" ada="" akhir="" ambar="" bahan="" bahwa="" basal="" berbanding="" berbeda="" berkisar="" berturut-turut="" campuran="" dan="" daripada="" demikian="" dengan="" diberi="" dimana="" dimarel="" ditebar="" dosis="" hari="" i-g="" i-u="" inceptisol="" juga="" kadar="" ke="" kecuali="" khlorofil-a="" klorofil-a="" kolam="" kontrol="" larva="" lebih="" lurus="" m3="" menunjukkan="" mg="" nyata="" pada="" padat="" pemarel.="" pemeliharaan="" penambahan="" pengaruh="" penggunaan="" pengukuran="" peningkatan="" proporsi="" pupuk="" rendah="" sedangkan="" sehingga="" span="" tanah="" tanpa="" tebar="" tengah="" terhadap="" terlihat="" termarel="" tidak="" ultisol="" vertisol="" yang=""> kadar
khlorofil-a saat pengambilan contoh tengah tertinggi ditemukan pada dosis bahan
pemarel 70% Vertisol yang tidak berbeda nyata dengan 50% Vertisol pada kolam
tanpa ditebar ikan. Pada pengukuran hari ke 41 campuran tanah 30%I:70%U tidak
berbeda nyata dengan 50%I:50%G pada kolam tanpa ditebar ikan (P>0,05),
sedangkan pada kolam yang ditebar ikan kadar klorofil-a pada kolam dengan
campuran tanah 50%I:50%G tidak berbeda nyata dengan 30%I:70%G.0>
Budidaya
ikan di Desa Talun, kecamatan kayen, Kabupaten Pati mempergunakan pemupukan
untuk menumbuhkan plankton sebagai makanan yag utama dalam proses budidaya.
Tanpa menggunakan pakan tambahan pada proses pembesaran ikan bandeng air tawar,
karper, nila dan untuk patin. Pakan utama dalam budidaya berupa Mikroalga dianggap
sebagai sumber makanan terbaik pada usaha pembenihan yang dilakukan secara
komersil, yang kebutuhan pakan alami ini dapat mencapai meter kubik per
harinya. Di daerah tropis dan subtropis hampir semua skala budi daya alga di
lakukan di luar ruangan, hal ini mengingat lingkungan musim yang dapat berubah
sehingga menyebabkan variasi dalam pertumbuhan, produksi dan komposisinya
(Lo'pez-Elias et al., 2005).
Pertumbuhan plankton
dan alga dasar
lebih dipengaruhi oleh
cahaya matahari dan suhu sehingga kombinasi perlakuan penelitian yang
dirancang di luar dapat berdampak pada pertumbuhannya
baik dari jenis maupun kemelimpahannya. James dan Boriah (2009). Pertumbuhan alga dengan memanipulasi sejumlah variabel yang terkait dengan desain aliran air, kualitas air, hidrodinamika, dan kondisi atmosfer. Model ini menghasilkan tingkat pertumbuhan alga yang mengikuti fluktuasi diurnal radiasi matahari dan suhu. Tanah dasar kolam (sedimen) memainkan peranan penting dalam mengontrol kualitas air, eutrofikasi plankton dan alga dasar di kolam. Dekomposisi bahan organik dalam sedimen, dan pertukaran oksigen yang dihasilkan (fluks bentik) dan karbon dioksida sangat membantu dalam penyediaan hara. Plankton dan alga dasar memanfaatkan nutrien yang tersedia dalam kolom air dan ketika beban nutrien dari sedimen yang berlebihan, kondisi eutrofik mungkin mengakibatkan ledakan populasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi campuran tanah terbaik dalam mendukung pertumbuhan plankton dan alga dasar serta peningkatannya terhadap pemberian pupuk basal.
Pada
waktu itu telah diadakan penelitian di Dusun Sewon, Argomulyo, Cangkringan,
Sleman, Yogyakarta. Bahan pemarel Ultisol dan Vertisol masing-masing diambil
dari Banyumas dan Kulon Progo. Tanah ini digunakan untuk
memperbaiki kesuburan kolam
Inceptisol, Cangkringan, Air tawar untuk mengisi kolam diperoleh dari
irigasi persawahan, sedangkan benih ikan nila merah umur 7 hari diperoleh dari
Balai Benih Ikan Cangkringan. Kolam untuk penelitian menggunakan kolam tanah
ukuran 1 m x 2 m dan tinggi air 70 cm dengan sistem aliran semi dinamik.
Penelitian dilakukan dua tahap, pertama ingin mengkaji pengaruh penambahan
Ultisol (U) dan Vertisol (G) terhadap kesuburan Inceptisol (I) dalam
meningkatkan produktivitas kolam.
Sistem
budi daya merupakan petak (plot) utama yang terdiri atas 2 taraf kegiatan yaitu
kolam tanpa ikan (hanya melihat pertumbuhan alga dasar dan plankton) dan kolam
ditebar larva ikan nila merah
dengan kepadatan 50 ekor/m2 (melihat pertumbuhan alga dasar, plankton dan
larva ikan nila merah) yang dipelihara selama 42 hari. Jenis tanah merupakan
sub plot penelitian terdiri atas dua kelompok yaitu penggunaan tanah Ultisol
sebagai campuran Inceptisol (I-U) dan Vertisol sebagai campuran Inceptisol
(I-G). Proporsi dosis campuran tanah merupakan sub sub plot penelitian terdiri
atas 4 taraf dosis yaitu 70:30, 50:50 dan 30:70 dengan menghadirkan satu
kontrol (100% Inceptisol) dengan 3 blok (ulangan) yang tersusun secara petak
terbagi. Penelitian tahap kedua menggunakan unit penelitian tahap pertama, namun
diberi pupuk basal (menggunakan pupuk
kandang burung puyuh 2 ton/ha/bulan atau (6,7 g/m2/hari), 150 kg/ha
Urea, dan 75
kg/ha SP-36 (Pasaribu,
2004)) dengan tujuan
ingin mengkaji pengaruh
pupuk basal terhadap
kesuburan tanah Inceptisol –
Ultisol dan Inceptisol – Vertisol dalam meningkatkan produktivitas kolam. kegiatan
ini dilakukan di laboratorium Klinik
Penyakit Tumbuhan Jurusan IHPT UGM.
Hal
ini menunjukkan bahwa sumbangan kesuburan yang berasal dari bahan pemarel
Vertisol proporsi dosis 50%I:50%G jauh lebih subur dibandingkan Ultisol
proporsi dosis 30%I:70%U. Keberadaan pupuk basal dapat meningkatkan kadar
khlorofil-a yang sebagian besar berasal dari alga dasar dan plankton dari
phylum Chlorophyta (green algae), Cyanophyta (blue-green algae) dan
Bacillariophyta (diatoms). dan 4,19–13,66 mg/m3 dan 5,03–16,09 mg/m3. Kadar
khlorofil-a tertinggi ditemukan pada proporsi dosis campuran 30%:70% pada I-U
dan I-G. Pertumbuhan plankton dan alga dasar sebagai sumber
utama pakan alami larva nila merah dapat diprediksi dari peningkatan
konsentrasi khlorofil-a. Pada penelitian tanah kolam Inceptisol termarel
peningkatan kesuburan kolam hanya melalui bahan pemarel Ultisol dan Vertisol
belum menghasilkan nilai khlorofil-a yang baik untuk menentukan kesuburan
kolam. Sen dan Sonmez (2006) meneliti variasi
musiman alga pada
kolam ikan dan
menemukan konsentrasi rerata khlorofil-a 5 mg/m3 menunjukkan pertumbuhan
alga yang rendah.
Pengaruh
pemarelan tanah kolam Inceptisol dengan bahan Ultisol dan Vertisol yang
kemudian diberi pupuk basal lebih meningkatkan konsentrasi klorofil-a. Pengaruh
pemarelan tanah kolam Inceptisol dengan bahan Ultisol dan Vertisol dan
penambahan pupuk basal pada Inceptisol termarel terhadap fluktuasi kemelimpahan
alga dasar dan plankton bahwa fluktuasi kemelimpahan alga dasar pada kolam
tanpa ditebar ikan saat sampling hari ke 3 (awal), ke 20 (tengah) dan ke 41
(akhir) tidak terlalu berbeda sebaliknya terjadi pada kolam yang ditebar ikan.
Hal ini lebih dipicu oleh aktifitas larva nila merah yang sudah mulai
menunjukkan respon memakan pakan alami yang tersedia. Kemelimpahan alga dasar
dan plankton meningkat saat pengukuran hari ke 20 (tengah) pemeliharaan larva
nila merah dan menurun kembali saat pengukuran hari ke 41 (akhir).
Pengaruh
penggunaan pupuk basal terhadap fluktuasi kemelimpahan alga dasar dan plankton
terlihat bahwa pada pengukuran hari ke 21 (tengah) lebih rendah dibandingkan
hari ke 3 (awal) dan ke 41 (akhir). Hal ini lebih dipicu oleh pemberian pupuk
basal yang cenderung meningkatkan kemelimpahan alga dasar dan plankton serta
diikuti oleh aktifitas larva nila merah yang menunjukkan respon memakan
terhadap pakan alami yang tersedia. Kemelimpahan alga
dasar dan plankton
pada tanah kolam
Inceptisol (tanpa pupuk basal Gambar 3) dan diberi pupuk basal (Gambar
4) berturut-turut berkisar 2145–4081 ind/cm2
dan 1460–3560 ind/ml ; 2343–4554 ind/cm2
dan 1560–3835 ind/ml sedangkan pada
kolam campuran tanah I-U lebih rendah daripada I-G pada
penelitian tanpa pupuk basal berturut-turut berkisar 3366–8503 ind/cm2 dan
2420–5190 ind/ml ; 5181–12397 ind/cm2 dan 3150–5540 ind/ml dan pada penelitian
dengan pupuk basal berturut-turut 3861–9108 ind/cm2 dan 2645– 5848 ind/ml ;
5445–12221 ind/cm2 dan 3073–6285 ind/ml.
Kemelimpahan alga dasar dan plankton tertinggi pada campuran tanah I-U
ditemukan pada proporsi dosis campuran 30%:70% namun kemelimpahan yang lebih
tinggi pada campuran I-G menunjukkan proporsi dosis campuran 50%:50%.
Peningkatan
produktivitas tanah kolam Inceptisol setelah dimarel dengan bahan Ultisol dan
Vertisol berbanding lurus dengan penambahan dosis bahan pemarel. Peningkatan
kadar klorofil-a pada campuran 50%I:50%
G tidak berbeda nyata dengan 30%I:70%G dan kolam yang ditebar ikan lebih tinggi daripada tanpa ikan. Penambahan pupuk basal
dapat meningkatk produktivitas kolam yang sebagian besar berasal dari alga
dasar dan plankton dari phylum Chlorophyta (green algae), Cyanophyta
(blue-green algae) dan Bacillariophyta (diatoms). Kemelimpahan alga dasar dan
plankton tertinggi ditemukan pada tanah campuran 50%I:50%G dan 30%I:70%U,
sedangkan pengaruh padat tebar ikan tidak nyata terhadap kemelimpahannya.
Komposisi penyusun alga dasar dan plankton pada jumlah jenisnya
dipengaruhi oleh perlakuan
tanah kolam Inceptisol termarel,
padat tebar ikan nila merah dan pemberian pupuk basal.
0 comments:
Post a Comment