Sunday, July 7, 2013

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KOLAM PEMBESARAN LARVA NILA MERAH

July 07, 2013 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments

Peningkatan produktivitas tanah kolam Inceptisol setelah dimarel dengan bahan Ultisol dan Vertisol dapat dilihat dari produksi klorofil, kemelimpahan alga dasar dan plankton yang selanjutnya memacu pertumbuhan larva nila merah sehingga diperoleh produksi biomassa tertinggi. Proporsi dosis campuran tanah I- U dan I-G sangat menentukan produktivitas kolam secara keseluruhan. Pengaruh pemarelan tanah kolam Inceptisol dengan bahan Ultisol dan Vertisol memberikan pengaruh nyata (P<0 0="" 1="" 20="" 2="" 30="" 41="" 50="" ada="" akhir="" ambar="" bahan="" bahwa="" basal="" berbanding="" berbeda="" berkisar="" berturut-turut="" campuran="" dan="" daripada="" demikian="" dengan="" diberi="" dimana="" dimarel="" ditebar="" dosis="" hari="" i-g="" i-u="" inceptisol="" juga="" kadar="" ke="" kecuali="" khlorofil-a="" klorofil-a="" kolam="" kontrol="" larva="" lebih="" lurus="" m3="" menunjukkan="" mg="" nyata="" pada="" padat="" pemarel.="" pemeliharaan="" penambahan="" pengaruh="" penggunaan="" pengukuran="" peningkatan="" proporsi="" pupuk="" rendah="" sedangkan="" sehingga="" span="" tanah="" tanpa="" tebar="" tengah="" terhadap="" terlihat="" termarel="" tidak="" ultisol="" vertisol="" yang=""> kadar khlorofil-a saat pengambilan contoh tengah tertinggi ditemukan pada dosis bahan pemarel 70% Vertisol yang tidak berbeda nyata dengan 50% Vertisol pada kolam tanpa ditebar ikan. Pada pengukuran hari ke 41 campuran tanah 30%I:70%U tidak berbeda nyata dengan 50%I:50%G pada kolam tanpa ditebar ikan (P>0,05), sedangkan pada kolam yang ditebar ikan kadar klorofil-a pada kolam dengan campuran tanah 50%I:50%G tidak berbeda nyata dengan 30%I:70%G.

Budidaya ikan di Desa Talun, kecamatan kayen, Kabupaten Pati mempergunakan pemupukan untuk menumbuhkan plankton sebagai makanan yag utama dalam proses budidaya. Tanpa menggunakan pakan tambahan pada proses pembesaran ikan bandeng air tawar, karper, nila dan untuk patin. Pakan utama dalam budidaya berupa Mikroalga dianggap sebagai sumber makanan terbaik pada usaha pembenihan yang dilakukan secara komersil, yang kebutuhan pakan alami ini dapat mencapai meter kubik per harinya. Di daerah tropis dan subtropis hampir semua skala budi daya alga di lakukan di luar ruangan, hal ini mengingat lingkungan musim yang dapat berubah sehingga menyebabkan variasi dalam pertumbuhan, produksi dan komposisinya (Lo'pez-Elias et al., 2005).
Pertumbuhan  plankton  dan  alga  dasar  lebih  dipengaruhi  oleh  cahaya matahari dan suhu sehingga kombinasi perlakuan penelitian yang dirancang di luar dapat berdampak pada pertumbuhannya

baik dari jenis maupun kemelimpahannya. James dan Boriah (2009). Pertumbuhan alga dengan memanipulasi sejumlah variabel yang terkait dengan desain aliran air, kualitas air, hidrodinamika, dan kondisi atmosfer. Model ini menghasilkan tingkat pertumbuhan alga yang mengikuti fluktuasi diurnal radiasi matahari dan suhu. Tanah dasar kolam (sedimen) memainkan  peranan penting dalam mengontrol kualitas air, eutrofikasi plankton dan alga dasar di kolam. Dekomposisi bahan organik dalam sedimen, dan pertukaran oksigen yang dihasilkan (fluks bentik) dan karbon dioksida sangat membantu dalam penyediaan hara. Plankton dan alga dasar memanfaatkan nutrien yang tersedia dalam kolom air dan ketika beban nutrien dari sedimen yang berlebihan, kondisi eutrofik mungkin mengakibatkan ledakan populasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi campuran tanah terbaik dalam mendukung pertumbuhan plankton dan alga dasar serta peningkatannya terhadap pemberian pupuk basal.
Pada waktu itu telah diadakan penelitian di Dusun Sewon, Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Bahan pemarel Ultisol dan Vertisol masing-masing diambil dari Banyumas dan Kulon Progo. Tanah ini digunakan  untuk  memperbaiki  kesuburan  kolam  Inceptisol, Cangkringan, Air tawar untuk mengisi kolam diperoleh dari irigasi persawahan, sedangkan benih ikan nila merah umur 7 hari diperoleh dari Balai Benih Ikan Cangkringan. Kolam untuk penelitian menggunakan kolam tanah ukuran 1 m x 2 m dan tinggi air 70 cm dengan sistem aliran semi dinamik. Penelitian dilakukan dua tahap, pertama ingin mengkaji pengaruh penambahan Ultisol (U) dan Vertisol (G) terhadap kesuburan Inceptisol (I) dalam meningkatkan produktivitas kolam.
Sistem budi daya merupakan petak (plot) utama yang terdiri atas 2 taraf kegiatan yaitu kolam tanpa ikan (hanya melihat pertumbuhan alga dasar dan plankton) dan kolam ditebar larva ikan nila merah  dengan  kepadatan 50 ekor/m2  (melihat pertumbuhan alga dasar, plankton dan larva ikan nila merah) yang dipelihara selama 42 hari. Jenis tanah merupakan sub plot penelitian terdiri atas dua kelompok yaitu penggunaan tanah Ultisol sebagai campuran Inceptisol (I-U) dan Vertisol sebagai campuran Inceptisol (I-G). Proporsi dosis campuran tanah merupakan sub sub plot penelitian terdiri atas 4 taraf dosis yaitu 70:30, 50:50 dan 30:70 dengan menghadirkan satu kontrol (100% Inceptisol) dengan 3 blok (ulangan) yang tersusun secara petak terbagi. Penelitian tahap kedua menggunakan unit penelitian tahap pertama, namun diberi pupuk           basal (menggunakan pupuk kandang burung puyuh 2 ton/ha/bulan atau (6,7 g/m2/hari), 150  kg/ha  Urea,  dan  75  kg/ha  SP-36  (Pasaribu,  2004))  dengan  tujuan  ingin mengkaji pengaruh  pupuk  basal  terhadap  kesuburan tanah  Inceptisol – Ultisol dan Inceptisol – Vertisol dalam meningkatkan produktivitas kolam. kegiatan ini dilakukan  di laboratorium Klinik Penyakit Tumbuhan Jurusan IHPT UGM.
Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan kesuburan yang berasal dari bahan pemarel Vertisol proporsi dosis 50%I:50%G jauh lebih subur dibandingkan Ultisol proporsi dosis 30%I:70%U. Keberadaan pupuk basal dapat meningkatkan kadar khlorofil-a yang sebagian besar berasal dari alga dasar dan plankton dari phylum Chlorophyta (green algae), Cyanophyta (blue-green algae) dan Bacillariophyta (diatoms). dan 4,19–13,66 mg/m3 dan 5,03–16,09 mg/m3. Kadar khlorofil-a tertinggi ditemukan pada proporsi dosis campuran 30%:70% pada I-U dan I-G. Pertumbuhan plankton dan alga dasar sebagai sumber utama pakan alami larva nila merah dapat diprediksi dari peningkatan konsentrasi khlorofil-a. Pada penelitian tanah kolam Inceptisol termarel peningkatan kesuburan kolam hanya melalui bahan pemarel Ultisol dan Vertisol belum menghasilkan nilai khlorofil-a yang baik untuk menentukan kesuburan kolam. Sen dan Sonmez (2006) meneliti variasi  musiman  alga  pada  kolam  ikan  dan  menemukan  konsentrasi  rerata khlorofil-a 5 mg/m3 menunjukkan  pertumbuhan  alga  yang  rendah.
Pengaruh pemarelan tanah kolam Inceptisol dengan bahan Ultisol dan Vertisol yang kemudian diberi pupuk basal lebih meningkatkan konsentrasi klorofil-a. Pengaruh pemarelan tanah kolam Inceptisol dengan bahan Ultisol dan Vertisol dan penambahan pupuk basal pada Inceptisol termarel terhadap fluktuasi kemelimpahan alga dasar dan plankton bahwa fluktuasi kemelimpahan alga dasar pada kolam tanpa ditebar ikan saat sampling hari ke 3 (awal), ke 20 (tengah) dan ke 41 (akhir) tidak terlalu berbeda sebaliknya terjadi pada kolam yang ditebar ikan. Hal ini lebih dipicu oleh aktifitas larva nila merah yang sudah mulai menunjukkan respon memakan pakan alami yang tersedia. Kemelimpahan alga dasar dan plankton meningkat saat pengukuran hari ke 20 (tengah) pemeliharaan larva nila merah dan menurun kembali saat pengukuran hari ke 41 (akhir).
Pengaruh penggunaan pupuk basal terhadap fluktuasi kemelimpahan alga dasar dan plankton terlihat bahwa pada pengukuran hari ke 21 (tengah) lebih rendah dibandingkan hari ke 3 (awal) dan ke 41 (akhir). Hal ini lebih dipicu oleh pemberian pupuk basal yang cenderung meningkatkan kemelimpahan alga dasar dan plankton serta diikuti oleh aktifitas larva nila merah yang menunjukkan respon memakan terhadap pakan alami yang tersedia. Kemelimpahan  alga  dasar  dan  plankton  pada  tanah  kolam  Inceptisol (tanpa pupuk basal Gambar 3) dan diberi pupuk basal (Gambar 4) berturut-turut berkisar 2145–4081 ind/cm2  dan 1460–3560 ind/ml ; 2343–4554 ind/cm2  dan 1560–3835  ind/ml  sedangkan  pada  kolam  campuran  tanah I-U lebih rendah daripada I-G pada penelitian tanpa pupuk basal berturut-turut berkisar 3366–8503 ind/cm2 dan 2420–5190 ind/ml ; 5181–12397 ind/cm2 dan 3150–5540 ind/ml dan pada penelitian dengan pupuk basal berturut-turut 3861–9108 ind/cm2 dan 2645– 5848 ind/ml ; 5445–12221 ind/cm2  dan 3073–6285 ind/ml. Kemelimpahan alga dasar dan plankton tertinggi pada campuran tanah I-U ditemukan pada proporsi dosis campuran 30%:70% namun kemelimpahan yang lebih tinggi pada campuran I-G menunjukkan proporsi dosis campuran 50%:50%.
Peningkatan produktivitas tanah kolam Inceptisol setelah dimarel dengan bahan Ultisol dan Vertisol berbanding lurus dengan penambahan dosis bahan pemarel. Peningkatan kadar klorofil-a  pada campuran 50%I:50% G tidak berbeda nyata dengan 30%I:70%G dan kolam  yang ditebar ikan lebih tinggi  daripada tanpa ikan. Penambahan pupuk basal dapat meningkatk produktivitas kolam yang sebagian besar berasal dari alga dasar dan plankton dari phylum Chlorophyta (green algae), Cyanophyta (blue-green algae) dan Bacillariophyta (diatoms). Kemelimpahan alga dasar dan plankton tertinggi ditemukan pada tanah campuran 50%I:50%G dan 30%I:70%U, sedangkan pengaruh padat tebar ikan tidak nyata terhadap kemelimpahannya. Komposisi penyusun alga dasar dan plankton pada jumlah  jenisnya  dipengaruhi  oleh  perlakuan  tanah  kolam Inceptisol termarel, padat tebar ikan nila merah dan pemberian pupuk basal.


0 comments:

Post a Comment