Saturday, July 6, 2013

BISNIS PEMBENIHAN IKAN PATIN

July 06, 2013 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Kebutuhan bibit ikan patin semakin meningkat dengan semakin bertambahnya usaha pembesaran budidaya ikan patin. Kebutuhan yang harus dipenuhi tambah volumenya, diperlukan bibit patin yang berkualitas dan waktu tersedia yang lebih singkat. Pembibtan ikan patin merupakan upaya untuk mendapatkan bibit dengan dengan kualitas yang baik.



Sampai saat ini, pemijahan ikan patin dilakukan secara buatan yaitu melalui  pemberian rangsangan hormon  untuk  proses  pematangan akhir  gonad, pengeluaran telur dilakukan dengan cara pengurutan (stripping) dan pembuahan dilakukan  secara  kering  dengan  mencampur  sperma  dan  telur. Larva  hasil penetasan telur kemudian dideder di akuarium atau bak selama 2 – 3 minggu sebelum kemudian dikirim ke daerah lain untuk kegiatan pendederan dan pembesaran.
1.    Persyaratan Teknis

1.1.  Sumber Air

Air yang dapat digunakan untuk kegiatan pembenihan dapat berasal dari air tanah ataupun air irigasi yang bebas dari pengaruh penceraman.     Pada proses penetasan telur dan pendederan larva air harus bersih (air sumur) sedangkan untuk proses  pendederan  benih  dapat  menggunakan  air  irigasi. Air tanah yang mengandung kadar besi tinggi sebaiknya tidak digunakan karena memerlukan upaya perlakuan awal yang akan meningkatkan biaya produksi.  Sedangkan perlakuan air irigasi seperti dengan cara pengendapan masih diperlukan bila kondisi kurang layak atau mengandung lumpur. Air sebaiknya dapat dialirkan dengan cara gravitasi namun bila tidak memungkinkan sebaiknya ditampung terlebih dahulu dengan menggunakan bak penampung.
1.2 Lokasi

Lokasi panti benih dan perkolaman untuk pendederan harus bebas dari banjir dan  memiliki  akses  transportasi. Untuk  lokasi  perkolaman  dapat  dipilih  lahan dengan tanah yang stabil, warna kehitaman yang memiliki tekstur 50-60% lempung, lebih  kecil  dari  20%  pasir  dan  sisanya  serbuk  bahan  organik  serta  tingkat keasamaan lebih dari 6.
  
1.3 Peralatan Perikanan

Peralatan yang  diperlukan pada  kegiatan  pembenihan, antara  lain:  hapa jaring (ukuran 20 x 2 x 1 m atau disesuaikan), hapa penampung (ukuran 4 x 2 x 1 m atau disesuaikan), scope net/seser halus, kateter/kanulator, pompa dan sistem aliran air,  hi-blow (kapasitas 100  watt) dan  sistem aerasi, alat  suntik  (ukuran 3  mL), baskom, timbangan, tabung oksigen dengan regulator, termometer, pH meter (optional), DO  meter  (optional) dan  mikroskop (optional).
1.4 Bahan Perikanan

Bahan yang diperlukan pada kegiatan pembenihan, antara lain: induk jantan dan betina, Ovaprim atau sejenisnya, Artemia, obat-obatan, pakan buatan untuk induk, pakan buatan untuk benih, larutan fisiologis (larutan NaCl 0,9% atau larutan Ringer), cacing rambut, garam, bulu ayam atau sejenisnya dan larutan sera. Kebutuhan bahan perikanan dapat dilihat.
 1.5 Wadah

Proses pengelolaan induk memerlukan wadah berupa kolam 200 400 m2 dengan kedalaman 1 1,5 m. Proses pemijahan dan pendederan larva memerlukan wadah berupa akuarium (ukuran 100 x 60 x 60 cm atau disesuaikan) pada sistem rak, corong penetasan Artemia (ukuran 15 20 L) pada sistem rak, bak pendederan (tembok atau plastik dengan ukuran 200 x 100 x 60 cm atau disesuaikan) dan kolam pendederan (200 400 m2   atau disesuaikan dengan kedalaman 0,5 0,8 m). Kebutuhan wadah dapat dilihat pada Lampiran 1 dan rancangan bentuk wadah.

 2.    Prosedur Teknis

2.1 Pengelolaan Induk

Pengelolan induk merupakan tahap awal untuk menghasilkan benih yang berkualitas  baik  sehingga  menentukan  keberhasilan  kegiatan  pembenihan  ikan. Mutu induk yang baik ditunjang dengan pengelolaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan benih dengan kualitas yang baik dan jumlah yang mencukupi.

Kriteria induk yang akan digunakan, antara lain berdasarkan bentuk fisik, ukuran berat, umur dan tingkat kesehatan.  Induk betina yang layak dipijahkan telah berumur 3 tahun dan beratnya telah mencapai >2 kg/ekor. Sedangkan induk jantan yang siap dipijahkan telah berumur 2 tahun dan beratnya mencapai 1,5 –2 kg/ekor. Induk yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit parasit dan luka akibat benturan, pukulan, goresan, sayatan, dan lain-lain.
Induk jantan dan betina dapat dipelihara bersama-sama pada satu kolam atau bisa terpisah dengan kepadatan 3 5 ekor/m2.  Induk sebaiknya dibuat dalam beberapa kelompok dan dipelihara secara terpisah untuk dapat digunakan pada proses  pemijahan  secara  bergantian.  Kolam  pemeliharaan  induk  dapat  berupa kolam tanah atau tembok dan memiliki saluran pemasukan dan pengeluaran air. Kualitas air untuk induk adalah suhu 25 30 oC, pH 6,0 8,5 dan kandungan oksigen terlarut >4 mg/L.
Pakan yang diberikan berupa pakan buatan dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang mencukupi.   Pakan harus memiliki kandungan protein 30 35 %. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 3% bobot biomas/hari dengan frekuensi pemberian pakan 2 3 kali/hari.
 2.2  Seleksi Induk

Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan ikan. Langkah ini sangat menentukan keberhasilan pembenihan secara keseluruhan sehingga harus dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan.
Pada umumnya, induk ikan betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan dengan induk ikan jantan atau induk ikan betina yang belum dewasa. Postur tubuh induk ikan betina cenderung melebar dan pendek, perut lembek, halus dan membesar ke arah anus. Urogenital membengkak dan membuka serta  berwarna  merah  tua.  Sedangkan  postur  tubuh  induk  jantan  relatif  lebih langsing dan panjang. Alat kelamin (urogenital) membengkak dan berwarna merah tua. Apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan putih kental (cairan sperma).
Untuk menjamin pemilihan induk betina yang matang gonad, dapat dilakukan dengan  pengukuran  diameter  telur  dan  pengamatan  pergerakan  inti  sel  telur.
Proses ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pengambilan telur menggunakan kateter atau kanulator dari kantung telur.  Telur yang sudah diambil diletakkan pada larutan sera untuk mengukur diameter telur dan pergerakan inti sel dibawah mikroskop.
Telur dari induk yang sudah matang gonad ditandai dengan ukurannya yang relatif seragam, memiliki diameter > 1,0 mm dan pada larutan serra > 80% inti sel bergerak ke pinggir.

2.3 Pemijahan

Setelah mendapatkan induk yang siap dipijahkan melalui seleksi induk, tahap selanjutnya adalah memijahkan induk tersebut. Induk yang akan dipijahkan diberok dahulu 1 2 malam untuk mengurangi kadar lemak pada saluran pengeluaran telur dan membuang kotoran/feces.
Pemijahan dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon untuk proses pematangan akhir gonad, pengurutan untuk proses pengeluaran telur dan pembuahan dengan mencampur sperma dan telur. Hormon yang digunakan adalah Ovaprim atau sejenisnya. Standar dosis Ovaprim yang diberikan untuk induk betina adalah 0,5 mL/kg sedangkan untuk jantan adalah 0,2 mL/kg (bila diperlukan). Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali pada bagian intramuskular dengan interval waktu penyuntikan pertama dan kedua sekitar 6 12 jam.   Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian lagi diberikan pada penyuntikan kedua.
Setelah  penyuntikan kedua,  6   8  jam  kemudian  dilakukan  pengecekan ovulasi induk. Pengecekan ini  akan menentukan saat pengeluaran telur untuk proses pembuahan.  Bila pengeluaran telur dilakukan sebelum ovulasi (terlalu cepat waktu), pengeluaran telur tidak akan lancar dan biasanya persentase keberhasilan pembuahan akan kecil.  Sedangkan bila terlalu lambat, pembuahan biasanya juga gagal karena air sudah masuk ke dalam kantung telur yang menyebabkan lubang mikrofil pada telur sudah tertutup.        Pengecekan ovulasi dilakukan dengan cara melakukan pengurutan pada bagian dekat urogenital secara pelan dan hati-hati. Ovulasi sudah tercapai bila sudah ada sedikit telur yang keluar sehingga pengurutan secara keseluruhan dapat dilanjutkan untuk proses pembuahan.
Proses pembuahan didahului dengan penyiapan sperma yang dikeluarkan dari induk jantan.  Sperma ditampung dalam wadah dan diencerkan dengan larutan NaCl 0,9% atau larutan Ringer dengan perbandingan sekitar 1 : 100.  Sperma yang tercampur urine (air kencing ikan) sebaiknya tidak digunakan.
Telur diluarkan dengan melakukan pengurutan induk betina secara hati-hati dan ditampung dalam wadah.        Tetesan air dalam wadah atau pada telur harus dihindari.  Bila dikehendaki, pengurutan dapat dilakukan secara berulang tapi dalam tenggang waktu yang relatif singkat. Telur yang sudah ditampung ditambahkan dengan sperma dan diaduk secara merata.
2.4.     Penetasan Telur

Telur yang sudah dibuahi ditetaskan pada tempat yang  sudah disiapkan sebagai tempat penetasan telur. Telur ditebar merata di dasar akuarium dan diusahakan jangan ada telur yang menumpuk, karena telur tersebut akan busuk dan menyebabkan menurunnya kualitas media atau air sehingga dapat mengakibatkan kegagalan penetasan.
Aerasi yang cukup untuk menjamin kandungan oksigen terlarut serta suhu perlu diperhatikan agar proses penetasan telur berjalan secara optimal. Pada suhu
29 30 oC biasanya telur mulai menetas setelah inkubasi 18 24 jam.  Larva hasil

penetasan dapat dipindahkan ke wadah yang lain atau tetap pada wadah yang sama dengan melakukan penggantian air. Proses ini perlu dilakukan karena pada saat penetasan terdapat sisa cangkang telur yang dapat membusuk dan menyebabkan bahan beracun bagi larva. Proses pemindahan larva atau penggantian air harus dilakukan secara hati-hati karena larva masih kritis.
 2.5.     Pemeliharaan Larva dan Benih

Larva ikan patin mempunyai sifat kanibal yang tinggi sehingga untuk menghindarinya perlu diperhatikan waktu untuk pemberian makan.  Pakan pertama dapat diberikan sekitar 24 jam setelah menetas pada kisaran suhu pemeliharaan 29
30 oC.  Pakan yang diberikan berupa nauplii Artemia.  Penyiapan Artemia dapat

merujuk pada petunjuk produsennya dan biasanya terdapat pada bagian kemasan.
Pemberian pakan Artemia selanjutnya dapat dilakukan pada kisaran 4 5 jam   sekali. Pakan   diberikan  secara   ad   libitum  atau   secukupnya  dengan memperhatikan nafsu makan ikan. Penggantian pakan dari  Artemia ke  cacing rambut dapat dilakukan mulai hari ketujuh dengan memperhatikan bukaan mulut larva.  Bila suplai cacing rambut tidak ada, pemberian pakan buatan masih mungkin dilakukan dengan memberikan adaptasi secukupnya.
Pemeliharaan larva/benih di akuarium dapat dilakukan sampai umur minimal

10 14 hari sebelum dipindah ke dalam bak pendederan.  Sedangkan pemindahan benih dari bak ke kolam biasanya dilakukan setelah pemeliharaan 3 4 minggu. Pertimbangan pemindahan pemeliharaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Lampiran 1.   Kebutuhan Alat, Bahan dan Wadah pada Panti Benih Ikan Patin
 Jenis Jumlah           Harga Satuan (Rp)1

Alat Perikanan

1.
Hapa jaring, 20 x 2 x 1 m
2
buah
400.000,00
2.
Hapa penampung, 4 x 2 x 1 m
4
buah
70.000,00
3.
Scope net/seser halus
5
buah
7.000,00
4.
Kateter/kanulator
3
buah
30.000,00
5.
Pompa
1
unit

6.
Sistem aliran air
1
unit

7.
Hi-blow, kapasitas 100 watt
1
unit
4.000.000,00
8.
Sistem aerasi
1
unit
1.000.000,00
9.
Alat suntik, 3 mL
5
buah
5.000,00
10.
Baskom
5
buah
10,000,00
11.
Timbangan
1
buah

12.
Tabung oksigen dengan regulator
1
buah

13.
Termometer
3
buah

14.
pH meter (optional)2
1
unit

15.
DO meter (optional)2
1
unit

16.
Mikroskop (optional)2
1
unit



Bahan Perikanan
Asumsi: Target produksi 75.000 100.000 ekor/produksi benih ukuran 0,75 1 inchi, frekuensi produksi 10 kali/tahun dengan lama pemeliharaan benih 3 minggu

1.
Induk jantan, 2 3 kg
20
ekor
100.000,00
2.
Induk betina, 2 3 kg
40
ekor
100.000,00
3.
Ovaprim
20
botol
250.000,00
4.
Artemia
25
kaleng
400.000,00
5.
Obat-obatan
1
paket
500.000,00
6.
Pakan induk, protein 35 40%
1.500
kg
9.000,00
7.
Pakan benih, protein 40 45%
100
kg
12.000,00
8.
Larutan NaCl 0,9%
20
botol
10.000,00
9.
Cacing rambut
750
Liter
7.500,00
10.
Garam
100
kg
1.500,00
11.
Bulu ayam
secukupnya


12.
Larutan sera
5
Liter
10.000,00
 
Wadah
1.
Kolam induk, 200 400 m2
2
buah

2.
Akuarium, 100 x 60 x 60 cm
20
buah

3.
Rak akuarium, ukuran disesuaikan
2
buah

4.
Corong penetasan Artemia, 15 20 L
3
buah


(galon air mineral)



5.
Rak corong, ukuran disesuaikan
1
buah

6.
Bak pendederan, 200 x 100 x 60 cm
10
buah

7.
Kolam pendederan, 200 400 m2
5
buah




0 comments:

Post a Comment