Kebutuhan bibit
ikan patin semakin meningkat dengan semakin bertambahnya usaha pembesaran
budidaya ikan patin. Kebutuhan yang harus dipenuhi tambah volumenya, diperlukan
bibit patin yang berkualitas dan waktu tersedia yang lebih singkat. Pembibtan
ikan patin merupakan upaya untuk mendapatkan bibit dengan dengan kualitas yang
baik.
Sampai saat
ini, pemijahan ikan patin dilakukan secara buatan yaitu melalui pemberian rangsangan hormon untuk
proses pematangan akhir gonad, pengeluaran telur dilakukan dengan cara
pengurutan (stripping) dan pembuahan dilakukan
secara kering dengan
mencampur sperma dan
telur. Larva hasil penetasan
telur kemudian dideder di akuarium atau bak selama 2 – 3 minggu sebelum
kemudian dikirim ke daerah lain untuk kegiatan pendederan dan pembesaran.
1. Persyaratan Teknis
1.1. Sumber Air
Air yang dapat digunakan untuk kegiatan pembenihan
dapat berasal dari air tanah
ataupun air irigasi yang bebas dari pengaruh
penceraman. Pada proses
penetasan telur dan pendederan larva air harus bersih (air sumur) sedangkan
untuk proses pendederan benih dapat menggunakan air irigasi. Air
tanah yang mengandung kadar
besi tinggi sebaiknya tidak digunakan karena memerlukan upaya perlakuan awal yang akan meningkatkan
biaya produksi. Sedangkan perlakuan
air irigasi seperti dengan cara pengendapan masih diperlukan
bila kondisi kurang layak atau mengandung lumpur. Air sebaiknya dapat dialirkan dengan
cara gravitasi namun bila tidak memungkinkan
sebaiknya ditampung terlebih
dahulu dengan menggunakan bak penampung.
1.2 Lokasi
Lokasi
panti benih dan perkolaman untuk pendederan harus bebas dari banjir
dan memiliki
akses
transportasi. Untuk lokasi perkolaman dapat dipilih
lahan
dengan tanah yang stabil, warna kehitaman yang memiliki tekstur 50-60% lempung, lebih kecil dari 20% pasir dan sisanya
serbuk bahan organik
serta tingkat keasamaan lebih
dari 6.
1.3 Peralatan Perikanan
Peralatan
yang diperlukan pada kegiatan pembenihan, antara lain: hapa
jaring (ukuran 20 x 2 x 1 m atau disesuaikan), hapa penampung
(ukuran 4 x 2 x 1 m
atau disesuaikan), scope net/seser halus, kateter/kanulator, pompa dan sistem aliran air, hi-blow (kapasitas 100 watt)
dan sistem aerasi,
alat suntik (ukuran 3
mL),
baskom, timbangan, tabung oksigen dengan regulator, termometer,
pH meter (optional), DO meter
(optional) dan
mikroskop (optional).
1.4 Bahan Perikanan
Bahan yang diperlukan
pada kegiatan pembenihan,
antara lain: induk jantan dan betina, Ovaprim atau sejenisnya, Artemia, obat-obatan,
pakan buatan untuk induk, pakan buatan untuk benih, larutan fisiologis
(larutan NaCl 0,9% atau larutan Ringer), cacing rambut, garam, bulu ayam atau sejenisnya dan larutan sera. Kebutuhan bahan perikanan dapat dilihat.
1.5 Wadah
Proses pengelolaan induk memerlukan wadah berupa kolam 200 – 400 m2 dengan kedalaman 1 – 1,5 m. Proses pemijahan dan pendederan larva memerlukan
wadah berupa akuarium (ukuran
100 x 60 x 60 cm atau disesuaikan) pada sistem rak, corong penetasan Artemia (ukuran 15 – 20 L) pada sistem rak, bak pendederan (tembok atau plastik dengan ukuran 200 x 100
x 60
cm atau disesuaikan) dan
kolam pendederan (200 – 400 m2 atau disesuaikan dengan kedalaman
0,5 – 0,8 m). Kebutuhan wadah
dapat dilihat pada Lampiran
1 dan rancangan bentuk
wadah.
2. Prosedur Teknis
2.1 Pengelolaan Induk
Pengelolan induk merupakan
tahap awal untuk menghasilkan benih yang
berkualitas baik sehingga menentukan
keberhasilan kegiatan
pembenihan ikan.
Mutu induk yang baik ditunjang dengan pengelolaan
yang tepat diharapkan dapat
menghasilkan benih dengan kualitas yang baik dan jumlah yang mencukupi.
Kriteria induk yang akan digunakan, antara lain berdasarkan
bentuk fisik, ukuran berat, umur dan tingkat kesehatan.
Induk betina yang layak dipijahkan
telah berumur 3 tahun dan beratnya telah mencapai >2 kg/ekor. Sedangkan
induk jantan yang siap dipijahkan telah berumur 2 tahun dan beratnya mencapai 1,5 –2 kg/ekor. Induk yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit parasit
dan luka akibat benturan, pukulan,
goresan, sayatan, dan lain-lain.
Induk jantan dan betina dapat
dipelihara bersama-sama pada satu kolam atau bisa terpisah dengan kepadatan
3 –
5 ekor/m2. Induk
sebaiknya dibuat dalam beberapa kelompok
dan dipelihara secara terpisah
untuk dapat digunakan pada proses pemijahan secara bergantian. Kolam pemeliharaan induk dapat berupa kolam tanah atau tembok dan memiliki
saluran pemasukan
dan pengeluaran air.
Kualitas air untuk induk adalah
suhu 25 – 30 oC, pH 6,0 – 8,5 dan
kandungan oksigen terlarut
>4 mg/L.
Pakan yang diberikan berupa pakan buatan dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang mencukupi. Pakan harus memiliki
kandungan protein 30 – 35 %. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 3% bobot biomas/hari
dengan frekuensi pemberian pakan 2 – 3 kali/hari.
2.2 Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan ikan. Langkah ini sangat menentukan keberhasilan pembenihan secara keseluruhan sehingga harus dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan
kriteria yang sudah ditentukan.
Pada umumnya,
induk ikan betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan dengan
induk ikan jantan
atau induk ikan betina yang belum dewasa.
Postur tubuh induk ikan betina cenderung melebar dan pendek, perut
lembek, halus dan membesar
ke arah anus. Urogenital membengkak dan membuka serta berwarna merah tua. Sedangkan postur
tubuh
induk jantan relatif lebih
langsing dan panjang. Alat kelamin (urogenital) membengkak dan berwarna
merah tua. Apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan
cairan putih kental (cairan
sperma).
Untuk menjamin pemilihan induk
betina yang matang gonad, dapat dilakukan dengan pengukuran diameter
telur
dan
pengamatan pergerakan inti sel telur.
Proses ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengambilan telur menggunakan
kateter atau kanulator dari kantung telur. Telur yang sudah diambil diletakkan
pada larutan sera untuk mengukur diameter
telur dan pergerakan
inti sel dibawah mikroskop.
Telur dari induk yang sudah matang gonad ditandai dengan ukurannya yang relatif seragam,
memiliki diameter > 1,0 mm dan pada larutan serra > 80% inti sel
bergerak ke pinggir.
2.3 Pemijahan
Setelah mendapatkan induk yang siap dipijahkan
melalui seleksi induk, tahap selanjutnya adalah memijahkan induk tersebut. Induk yang akan dipijahkan
diberok dahulu 1 – 2 malam untuk mengurangi kadar lemak pada saluran
pengeluaran telur dan membuang kotoran/feces.
Pemijahan dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon untuk proses pematangan
akhir gonad, pengurutan untuk proses pengeluaran telur dan pembuahan dengan mencampur sperma dan telur. Hormon yang digunakan adalah Ovaprim atau sejenisnya.
Standar dosis Ovaprim yang diberikan untuk induk
betina adalah 0,5 mL/kg sedangkan untuk jantan adalah 0,2 mL/kg (bila diperlukan). Penyuntikan dilakukan
sebanyak dua kali pada bagian intramuskular dengan interval waktu penyuntikan pertama dan kedua sekitar 6 – 12 jam. Penyuntikan
pertama sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian lagi diberikan pada penyuntikan kedua.
Setelah penyuntikan kedua, 6 – 8 jam kemudian dilakukan
pengecekan ovulasi induk.
Pengecekan ini akan menentukan saat pengeluaran telur untuk proses pembuahan. Bila pengeluaran telur dilakukan
sebelum ovulasi (terlalu
cepat waktu), pengeluaran
telur tidak akan lancar dan biasanya persentase keberhasilan pembuahan akan kecil. Sedangkan bila terlalu lambat, pembuahan
biasanya juga gagal karena air sudah masuk ke dalam kantung telur yang menyebabkan lubang
mikrofil pada telur sudah tertutup. Pengecekan ovulasi
dilakukan dengan cara melakukan pengurutan pada bagian dekat urogenital
secara pelan dan hati-hati. Ovulasi sudah tercapai bila sudah ada
sedikit telur yang keluar sehingga pengurutan secara keseluruhan
dapat dilanjutkan untuk proses
pembuahan.
Proses pembuahan didahului dengan penyiapan
sperma yang dikeluarkan
dari induk jantan. Sperma ditampung
dalam wadah dan diencerkan dengan larutan
NaCl 0,9% atau larutan Ringer dengan perbandingan
sekitar 1 : 100. Sperma
yang tercampur urine (air kencing ikan) sebaiknya
tidak digunakan.
Telur diluarkan dengan melakukan pengurutan induk betina secara hati-hati
dan ditampung dalam wadah. Tetesan
air dalam wadah atau pada telur
harus dihindari. Bila dikehendaki, pengurutan dapat dilakukan
secara berulang tapi dalam
tenggang waktu yang relatif singkat.
Telur yang sudah ditampung ditambahkan dengan sperma
dan diaduk secara merata.
2.4. Penetasan Telur
Telur yang sudah dibuahi ditetaskan pada tempat yang sudah disiapkan
sebagai tempat penetasan telur. Telur ditebar merata di dasar akuarium dan diusahakan jangan ada telur yang menumpuk, karena
telur tersebut akan busuk
dan menyebabkan menurunnya kualitas media atau air sehingga dapat mengakibatkan
kegagalan penetasan.
Aerasi yang cukup untuk menjamin kandungan oksigen terlarut serta suhu perlu diperhatikan agar proses penetasan telur berjalan secara optimal.
Pada suhu
29 – 30 oC biasanya telur mulai menetas setelah inkubasi
18 – 24 jam. Larva
hasil
penetasan dapat dipindahkan ke wadah yang lain atau tetap pada wadah yang sama dengan melakukan penggantian
air. Proses ini perlu dilakukan karena pada saat
penetasan terdapat sisa cangkang telur yang dapat membusuk
dan menyebabkan bahan beracun bagi larva. Proses pemindahan larva atau penggantian air harus
dilakukan secara hati-hati karena larva
masih kritis.
2.5. Pemeliharaan Larva dan Benih
Larva ikan patin mempunyai
sifat kanibal yang tinggi sehingga
untuk menghindarinya perlu diperhatikan waktu untuk pemberian
makan. Pakan
pertama dapat diberikan sekitar 24 jam setelah menetas pada kisaran suhu pemeliharaan 29
– 30 oC. Pakan yang diberikan berupa nauplii
Artemia. Penyiapan Artemia dapat
merujuk pada petunjuk produsennya dan biasanya terdapat
pada bagian kemasan.
Pemberian
pakan Artemia selanjutnya dapat
dilakukan pada kisaran 4 – 5 jam
sekali. Pakan diberikan secara ad
libitum atau secukupnya dengan memperhatikan nafsu makan ikan. Penggantian pakan dari Artemia ke cacing
rambut dapat dilakukan mulai hari ketujuh dengan memperhatikan
bukaan mulut larva. Bila suplai cacing rambut tidak ada, pemberian
pakan buatan masih mungkin dilakukan dengan memberikan adaptasi secukupnya.
Pemeliharaan larva/benih di akuarium dapat dilakukan sampai umur minimal
10 – 14 hari sebelum
dipindah ke dalam bak pendederan. Sedangkan pemindahan benih dari bak ke kolam biasanya dilakukan setelah pemeliharaan 3 – 4 minggu.
Pertimbangan pemindahan pemeliharaan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Lampiran 1. Kebutuhan Alat, Bahan dan Wadah pada Panti Benih Ikan Patin
Jenis Jumlah Harga Satuan (Rp)1
Alat Perikanan
1.
|
Hapa jaring, 20 x 2 x 1 m
|
2
|
buah
|
400.000,00
|
2.
|
Hapa penampung, 4 x 2 x 1 m
|
4
|
buah
|
70.000,00
|
3.
|
Scope net/seser halus
|
5
|
buah
|
7.000,00
|
4.
|
Kateter/kanulator
|
3
|
buah
|
30.000,00
|
5.
|
Pompa
|
1
|
unit
|
|
6.
|
Sistem aliran air
|
1
|
unit
|
|
7.
|
Hi-blow, kapasitas 100 watt
|
1
|
unit
|
4.000.000,00
|
8.
|
Sistem aerasi
|
1
|
unit
|
1.000.000,00
|
9.
|
Alat suntik, 3 mL
|
5
|
buah
|
5.000,00
|
10.
|
Baskom
|
5
|
buah
|
10,000,00
|
11.
|
Timbangan
|
1
|
buah
|
|
12.
|
Tabung oksigen dengan regulator
|
1
|
buah
|
|
13.
|
Termometer
|
3
|
buah
|
|
14.
|
pH meter (optional)2
|
1
|
unit
|
|
15.
|
DO meter (optional)2
|
1
|
unit
|
|
16.
|
Mikroskop (optional)2
|
1
|
unit
|
|
Bahan Perikanan
Asumsi: Target produksi
75.000 – 100.000 ekor/produksi benih
ukuran 0,75 – 1 inchi,
frekuensi produksi
10 kali/tahun dengan lama pemeliharaan benih 3 minggu
1.
|
Induk jantan, 2 – 3 kg
|
20
|
ekor
|
100.000,00
|
2.
|
Induk betina, 2 – 3 kg
|
40
|
ekor
|
100.000,00
|
3.
|
Ovaprim
|
20
|
botol
|
250.000,00
|
4.
|
Artemia
|
25
|
kaleng
|
400.000,00
|
5.
|
Obat-obatan
|
1
|
paket
|
500.000,00
|
6.
|
Pakan induk, protein
35 – 40%
|
1.500
|
kg
|
9.000,00
|
7.
|
Pakan benih, protein 40 – 45%
|
100
|
kg
|
12.000,00
|
8.
|
Larutan NaCl 0,9%
|
20
|
botol
|
10.000,00
|
9.
|
Cacing rambut
|
750
|
Liter
|
7.500,00
|
10.
|
Garam
|
100
|
kg
|
1.500,00
|
11.
|
Bulu ayam
|
secukupnya
|
|
|
12.
|
Larutan sera
|
5
|
Liter
|
10.000,00
|
Wadah
|
||||
1.
|
Kolam induk, 200 – 400 m2
|
2
|
buah
|
|
2.
|
Akuarium, 100 x 60 x 60 cm
|
20
|
buah
|
|
3.
|
Rak akuarium, ukuran
disesuaikan
|
2
|
buah
|
|
4.
|
Corong penetasan Artemia,
15 – 20 L
|
3
|
buah
|
|
|
(galon air mineral)
|
|
|
|
5.
|
Rak corong, ukuran disesuaikan
|
1
|
buah
|
|
6.
|
Bak pendederan, 200 x 100 x 60 cm
|
10
|
buah
|
|
7.
|
Kolam pendederan, 200 – 400 m2
|
5
|
buah
|
|
0 comments:
Post a Comment