Pada tanggal 26 Juni,
padi hari, Cristiano Ronaldo melakukan penanaman mangrove bersama Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono di Telaga Waja yang terletak di pesisir Teluk Benoa. Penanaman
mangrove ini diharapkan akan lebih menduniakan pesan bahwa masyarakat dan
pemerintah Indonesia pedulian terhadap pelestarian lingkungan, terutama adalah
pelestarian hutan mangrove.
Kegiatan ini bertujuan
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya hutan mangrove dan
mengajak partisipasi aktif masyarakat guna pelestarian hutan mangrove. Ronaldo
dipilih menjadi Duta Forum Mangrove Bali karena memiliki ketertarikan dan
kepedulian terhadap Indonesia dan dilakukan untuk memperjuangkan konservasi
mangrove di Indonesia.
Bencana tsunami 26
Desember 2004 mengingatkan kita bahwa bencana alam adalah bagian dari negeri
ini yang harus kita pahami. Sebagai negeri yang akrab dengan bencana, pemahaman
bahwa akibat buruk dari suatu bencana seharusnya disadari oleh seluruh warganya.
Salah satu cara untuk meminimalkan akibat dari bencana adalah mengelola
lingkungan (environment) dengan penuh kebijakan.
UU No 41 tahun 1999
tentang Kehutanan telah mengingatkan bahwa pengelolaan dan pelestarian HUTAN
sebagai salah satu bagian terpenting dari lingkungan adalah mutlak dan wajib
dilakukan. Pasal 1 ayat 8-9 UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengatakan
antara lain :
1. Hutan
lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
2. Hutan
konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Dan kita bicara tentang
salah satu ekosistem hutan yang mempunyai fungsi sebagai hutan lindung dan
hutan konservasi yang telah banyak disalahgunakan demi kepentingan ekonomi :
Hutan Mangrove.
Apa itu Hutan Mangrove
?
Mangrove berasal dari
kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Secara umum hutan mangrove
dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu
daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan
bebas pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi
terhadap garam (salinity) air laut.
Tumbuhan yang hidup di
ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang bersifat halophyte, atau mempunyai
toleransi yang tinggi terhadap tingkat keasinan (salinity) air laut dan pada
umumnya bersifat alkalin.
Hutan mangrove di
Indonesia sering juga disebut hutan bakau. Tetapi istilah ini sebenarnya kurang
tepat karena bakau (rhizophora) adalah salah satu family tumbuhan yang sering
ditemukan dalam ekosistem hutan mangrove.
Ada apa di hutan
Mangrove ?
Flora ekosistem hutan
mangrove sangat bervariasi, tetapi pada umumnya adalah flora yang bersifat
halofit. Jenis-jenis tumbuhan yang hidup di hutan mangrove antara lain adalah :
1. Avicenniaceae
(api-api, black mangrove, dll)
2. Combretaceae
(teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dll)
3. Arecaceae
(nypa, palem rawa, dll)
4. Rhizophoraceae
(bakau, red mangrove, dll)
5. Lythraceae
(sonneratia, dll)
Sementara fauna
ekosistem hutan mangrove juga sangat beragam, mulai dari hewan-hewan vertebrata
seperti berbagai jenis ikan, burung, dan hewan amphibia, dan ular sampai
berbagai jenis hewan invertebrata seperti insects, crustacea (udang-udangan),
moluska (siput, keong, dll), dan hewan invertebrata lainnya seperti cacing,
anemon dan koral.
Ekosistem hutan
mangrove adalah salah satu ekosistem hutan yang sangat kaya akan flora dan
faunanya.
Mengapa Mangrove
Kegunaan hutan mangrove
sangat banyak. Beberapa diantaranya :
1. Sebagai
peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan pengikisan pantai oleh
air laut, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap
sedimen.
2. Sebagai
penghasil sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber makanan
utama biota laut.
3.
Sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya.
4. Sebagai
habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak, ular), dan
mamalia (monyet).
5. Sebagai
penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas.
Sebagai tempat
ekowisata.
Sebagai ekosistem hutan
yang cukup unik, kegunaan hutan mangrove tidak terlepas dari letaknya antara
daratan dan laut. Letak itulah yang membuat hutan mangrove berfungsi utama
sebagai penahan abrasi air laut dan pengikisan pantai oleh air laut. Sebagai
contoh, abrasi air laut telah menyebabkan sekitar 5-10 desa di Indramayu dalam
20 tahun terakhir hilang. Belum lagi data tahun 2007 yang mengungkapkan sekitar
42,6 km daratan pantai dari 114 km garis pantai di Indramayu juga telah
tergerus abrasi.
Itu masih disuatu
daerah, bagaimana dengan daerah lainnya ? Tanpa hutan mangrove yang berfungsi
sebagai penahan abrasi, kita akan melihat garis pantai Indonesia yang
terpanjang kedua di dunia (setelah Kanada) sepanjang 81.000 km akan terkikis
habis.
Fakta Hutan Mangrove
Pengrusakan dan penghancuran
ekosistem hutan mangrove di dunia dan juga di Indonesia sangat mengkhawatirkan.
Di India, Vietnam, dan Filipina sebagai contoh, lebih dari 50% kawasan hutan
mangrove telah hancur selama satu abad terakhir ini. Pengrusakan hutan mangrove
terjadi dengan sangat cepat dalam kurun waktu terakhir ini, dan hampir semuanya
dipicu oleh kepentingan ekonomi.
Di Sundarban, salah
satu hutan mangrove terbesar di dunia yang terletak di India, pengrusakan hutan
mangrove juga terjadi dengan sangat pesat. Warisan dunia UNESCO (UNESCO world
heritage) ini memiliki luas kurang lebih 4200 km2 dan sebagian besar adalah
ekosistem hutan mangrove. Disana merupakan habitat banyak flora dan fauna, dan
salah satunya adalah Harimau Bengali (royal bengal tiger) yang terancam punah
akibat perusakan habitatnya.
Indonesia adalah negara
yang mempunyai ekosistem hutan mangrove terluas di dunia dengan luas sekitar
3,8 juta hektar, diikuti Brazil, Australia, Nigeria, dan Mexico. Indonesia
memiliki sekitar 40% dari total hutan mangrove di dunia, dan dari jumlah itu
sekitar 75% berada di Papua. Peta dibawah ini bisa menjadi petunjuk bahwa
Indonesia merupakan pemilik ekosistem hutan mangrove yang paling besar di
dunia.
Pengrusakan Hutan
Mangrove
Di Riau, sekitar 6 pulau
telah tenggelam akibat abrasi air laut. Keenam pulau itu adalah Nipah, Barkih,
Raya, Jenir, Desa Muntai dan Sinabo. Tenggelamnya pulau-pulau itu adalah akibat
eksploitasi hutan mangrove yang membabi-buta di Riau.
Di Jawa Tengah,
kerusakan hutan mangrove diperkirakan sekitar 90% dari total hutan mangrove
yang ada di pantura Jateng. Kerusakan itu terjadi di 7 kabupaten yaitu Rembang,
Demak, Jepara, Kota Semarang, Kendal, Kota Tegal, dan Brebes. Abrasi pantai
akibat pengrusakan mangrove di tujuh daerah tersebut adalah sekitar 5.400
hektar.
Di Kalimantan Timur,
kurang lebih 370.000 hektar hutan bakau di provinsi itu sudah hancur dan
dikonversi menjadi tambak udang. Sementara luas hutan bakau yang ada
diperkirakan tinggal 512.000 hektar.
Di Bekasi, dari sekitar
15.000 hektar hutan mangrove yang ada, kini tinggal hanya sekitar 600 hektar
saja yang tersisa. Pengrusakan itu disebabkan oleh pembabatan hutan oleh
masyarakat sekitar dan juga oleh pemukiman. Dan masih banyak contoh lain
pengrusakan hutan mangrove di Indonesia.
Apa artinya itu semua ?
Jika hal itu dibiarkan,
dalam beberapa puluh tahun kedepan, hutan mangrove di Indonesia akan tinggal
kenangan. Dan Indonesia, yang menjadi surga mangrove terbesar didunia, akan
merasakan akibat yang sangat parah dari rusaknya ekosistem mangrove itu.
Harga yang dibayar
akibat perusakan teramat sangat mahal dibandingkan harga sebuah konservasi.
Perusakan hutan
mangrove
Sumber-sumber
pengrusakan hutan mangrove antara lain :
1.
Usaha tambak udang
2.
Penebangan kayu dan logging
3.
Penambangan minyak lepas pantai
4.
Pencemaran bibir pantai
5.
Tourism yang tidak ikut menjaga
kebersihan pantai
6.
Urbanisasi dan perluasan wilayah
7.
Pembangunan jalan dan infrastruktur
Sejak pembangunan
bandara Soekarno Hatta di perbatasan utara Jakarta-Tangerang, ribuan hektar
hutan mangrove di kawasan itu harus dibabat. Belum lagi dengan pembangunan
jalan tol yang menghubungkan bandara dengan kota Jakarta yang membelah
ekosistem hutan mangrove. Hal ini masih ditambah dengan pembangunan tower-tower
iklan dan ekspansi masyarakat urban yang semakin membuat hutan mangrove di
utara Jakarta makin merana.
Dari kawasan
Cengkareng, Muara Angke, Pluit, Kapuk-Penjaringan, Ancol, sampai
Cilincing-Marunda, kita bisa menyaksikan bahwa hutan mangrove ditebang demi
beberapa kepentingan bisnis. Kita ambil contoh Kawasan Cagar Alam Muara Angke
(yang sebagian besar adalah ekosistem hutan mangrove) yang sebagian besar
lahannya dipakai untuk kepentingan bisnis properti tanpa menghiraukan kegunaan
lahan tersebut sebagai penahan abrasi air laut dan penahan intrusi air laut ke
daratan. Belum lagi dengan habitat fauna yang akhirnya harus tersingkir dari
situ.
Dan kita hanya bisa
meringis menyaksikan ternyata intrusi air laut di kota Jakarta semakin hari
semakin luas. Bahkan Walhi dan Pemda Jakarta saling berbantah tentang jangkauan
intrusi air laut di kawasan Jakarta. Tentunya selain penggunaan air tanah yang
semena-mena di Jakarta, intrusi itu juga disebabkan oleh makin berkurangnya
ekosistem hutan mangrove di
Selamatkan Ekosistem
Hutan Mangrove. Demi lingkungan bumi, demi anak cucu manusia, demi masa depan
planet ini, dan demi bumi yang lebih bersahabat bagi manusia.
Beri dukungan (moral
dan material) pada usaha-usaha yang bertujuan menjaga kelestarian hutan
mangrove, baik itu di dunia maupun di Indonesia. Beri dukungan bagi
kebijakan-kebijakan pelestarian hutan mangrove dan lawan segala bentuk
eksploitasi hutan mangrove demi kepentingan ekonomi.
Berikan pendidikan
pelestarian lingkungan sejak dini. Dan ajarkan bahwa pelestarian hutan
[mangrove] adalah salah satu cara membuat bumi semakin baik.
0 comments:
Post a Comment