Monday, June 10, 2013

Budidaya ikan Bandeng monokultur dan polikultur

June 10, 2013 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
 Pemanfaatan daerah bekas rawa-rawa yang tidak produktif dan marginal dapat menjadi berdaya lahan yang guna dan berhasil guna. Dengan memanfaatkan dibudidaya perikanan maka dapat menghasilkan dan bisa berkembang. Bandeng merupakan salah satu komoditas bidang perikanan yang terkenal dan mudah didapat dimana-mana, perhatian sangat tinggi karena menjadi komoditas unggulan pada Mina Politan, disamping itu banyak permintaan untuk konsumsi ataupun untuk sebagai umpan pancing. Kapal-kapal ikan di Bali.
Ikan bandeng atau dengan nama Latin Bandeng Chanos-chanos forks. Bandeng memiliki sifat Euryhalien  artinya bandeng memiliki sifat bisa hidup pada salinitas yang berubah-ubah mulai dari 15 0 / 00  - 20 0 /00 tetapi bisa hidup dan besar pada salinitas 0 0 /00, atau mulai di tengah laut bila dewasa dan menepi kalau mau memijah di alam dan bertelur,  sehingga bandeng bisa dibudidayakan di payau maupun air tawar. Kebutuhan Nener bandeng diambil dari alam dan hasil dari pembenihan atau backyard.  Nener bandeng berasal dari daerah pesisir hasil tangkapan, sedangkan nener dari pemijahan berasal dari Gondol Bali.
Bandeng termasuk ikan herbivora memiliki usus panjang, karena memiliki kebiasaan makan berasal dari tumbuh-tumbuhan air klekap atau plankton. Tetapi sekarang telah berkembang teknologi berupa pakan untuk ikan bandeng, sehingga untuk tambak intensif pembesaran bandeng memakai pakan tambahan berupa pellet.
Usaha pembesaran ikan bandeng air tawar bisa dilakukan di kolam tanah, tambak air payau dengan luasan kolam yang cukup. Tenik budidaya dapat dilakukan secara monokultur maupun polikultur, tetapi pada air tawar sistemysng diterapkan dengan monokultur. Untuk sistem polikultur di tambak air payau dicampur dengan udang windu, sedangkan untuk budidaya bandeng air tawar polikultur dicampur dengan, ikan Nila dan ikan Karper/ Tombro, dan ikan patin.  
Cara-cara budidaya di kolam :
Persiapan awal :
1)        Pengeringan dan pengolahan dasar kolam.
2)        Memperbaiki tanggul dengan cara keduk teplok, tanggul terjaga, agar kolam tidak semakin dangkal dan menembel lubang pada pematang oleh ketam.
3)        Mengangkat lumpur beracun dan menjemur kolam agar gas-gas beracun menguap dan akumulasi logam berat tidak terjadi di dasar kolam.
4)        Memperbaiki kesuburan dasar kolam dengan proses pengeringan sampai tanahnya retak-retak dalam waktu ± 10 hari, dengan pengeringan setelah diisi air segar akan cepat tumbuh klekap bagi tambak air payau dan tumbuhnya plankton bagi kolam air tawar.
5)        Untuk kolam ukuran budidaya bandeng air tawar ± 1 ha sampai dengan 2 ha,  dikeringkan dan dilakukan pembalikan tanah dasar dengan cara pengolahan dasar tanah dengan kedalaman olah tanah  ± 20 cm.
6)        Setelah tanah dasar tambak atau kolam diolah dikeringkan, ditebar dengan pupuk organik, atau Petroganik pabrikan  ± 0,5 – 1 kg/1 m 2 , kemudian dilakukan pengapuran dengan dosis ± 250 kg/ha.
7)        Setelah pemupukan kolam diisi air dengan ketinggian ± 10 – 20 cm, dan dibiarkan selama 2 – 3 hari. Setelah itu ketinggian air ditambah sedikit demi sedikit. Hingga ketinggian air mencapai 50 – 75 cm serta ketinggian air diatur agar bisa mencapai 75 cm.
8)        Pada waktu memasukan air secara bersamaan kolam diberi Saponin (biji teh) sebagai pestisida alami yang tidak berdampak buruk terhadap kelestarian kolam.
9)        Benih yang ditebar untuk bandeng ukuran glondong yaitu benih bandeng yang sudah diadaptasi air tawar kepadatan tebar 9.000 – 10.000 ekor/ha, ikan nila 5.000 ekor/ ha sedangkan ikan karper/ tombro 5.000 ekor/ ha, untuk benih ikan patin 2.000 ekor/ ha.
10)    Penggunaan benih ikan yang berkualitas dan jenis unggul akan sangat berpengaruh pada produksi kalau bisa yang bersertifikat.
11)    Cara penebaran benih pada waktu pagi atau sore hari, dengan warna air kolam berwarna hijau, untuk mengukur secara sederhana plankton dengan Shechidisc.
12)    Untuk pemupukan anorganik memakai pupuk Urea dosis anjuran 250 kg/ha, untuk SP – 36 dosis 100 kg/ ha, pemberian pupuk SP – 36 diberikan sekali tebar, sedangkan untuk Urea diberikan secara bertahap seminggu sekali sesuai dengan kondisi plankton dan warna air.
13)    Untuk pemeliharaan ikan bandeng tanpa menggunakan pakan ikan tetapi dengan pupuk anorganik dengan dosis ± 500 Kg Urea dan ± 100 Kg SP – 36 secara berkala.
14)    Penggunaan pupuk organik maupun anorganik untuk menumbuhkan plankton sebagai makanan alami, tetapi banyaknya perlu dipantau karena bisa blooming plankton.
15)    Untuk menjaga kualitas air bisa dipergunakan Probiotik agar membantu proses dekomposis bahan organik di kolam sehingga dapat memperbaiki kualitas air dan membantu merubah kesuburan tanah.
16)    Apabila dirasa penggunaan  pupuk anorganik Urea dan SP – 36 masih kurang maka sebaiknya digunakan pupuk organik berupa pupuk bokashi atau pupuk kandang yang sudah masak untuk pemupukan guna memperbaiki kualitas air dan kandungan plankton.
17)    Untuk budidaya di kolam air tawar bila tanah kolam bersifat tidak poreus tidak diperlukan pergantian air hanya dengan penambahan air, perlakuannya dengan pengaturan air harus dijaga ketinggian air kolam ± 75 cm, dengan cara menambahkan air seminggu sekali atau sesuai dengan kondisi.
18)    Pada umur ± 4 – 5 bulan ikan bandeng bisa dipanen, cara pemanenan bisa panen serempak atau dipanen sedikit demi sedikit sesuai dengan kondisi harga pasar.
Saran saran
1)      Persiapan awal sangat penting dengan cara pengeringan dasar kolam dan pengolahan tanah kedalaman olahan ± 20 cm, dilakukan pemupukan organik dan pengapuran.
2)      Untuk budidaya banyaknya air harus terjamin
3)      Padat tebar benih ikan harus disesuaikan dengan luas kolam.
4)      Hindari penggunaan pestisida pertanian yang dilarang dari berbagai jenis, mulai insektisida, fungisida, akarisida maupun bakterisida
5)      Sebaiknya gunakan pestisida alami yang dianjurkan berupa Saponin  (biji teh).
6)      Pemberian pupuk Urea jangan berlebihan agar dihemat diatur sesuai dengan perubahan warna air.
7)      Ketinggian air harus dijaga ± 80 – 100 cm sampai waktu panen, hal ini penting karena semakin besar kebutuhan oksigen meningkat juga menjaga kualitas air.
8)      Jangan dilakukan pemupukan Urea apabila hujan atau musim hujan dan mendung seharian karena akan menjadi racun bagi tambak.
9)      Pelaksanaan pemupukan kolam harus dilakukan pada cuaca cerah atau tidak hujan karena akan mengalami proses segera terbentuk plankton.
10)  Lakukan pencatatan semua biaya produksi dan perhitungkan besarnya komponen biaya produksi agar nantinya dapat dianalisis untung ruginya, disamping itu juga bisa sebagai patokan pada tahun mendatang.

0 comments:

Post a Comment