Sunday, November 4, 2012

PROBIOTIK SEBAGAI GROWTH PROMOTOR

November 04, 2012 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments


 Penggunaan antibiotik sintetis sebagai pemicu pertumbuhan lebih banyak menimbulkan masalah, maka kini mulai berkembang penggunaan pemacu pertumbuhan lain  yang  dikenal dengan probiotik.  Sebuah  “Probiotik”  berdasarkan definisi yang  kini disepakati umum  ialah suplemen pakan  berupa  mikroba  hidup  yang  bermanfaat  dalam mempengaruhi hewan induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroba dalam usus (Fuller,  1992).
Meskipun  dalam  definisi  ini  probiotik hanyalah  merupakan  pakan tambahan bagi ikan/ternak, namun dapat juga diaplikasikan pada manusia. Konsumsi probiotik pada manusia umumnya dalam bentuk makanan berasal dari air susu sapi perah yang mengandung mikroorganisme hidup lactobacilli dan bifidobactria. Efek mikroorganisme  di  atas  ialah  mempengaruhi komposisi mikroba usus, yang berarti mempengaruhi ekosistem usus. Beberapa efek yang muncul akibat perubahan ekosistem usus ialah:  meningkatkan resistensi terhadap penyakit infeksi, khususnya penyakit saluran pencernaan, mengurangi durasi diarrhea dan menurunkan konsentrasi kholesterol dalam serum (Saavedra, et.al. 1994).
Mekanisme probiotik yang cukup  menguntungkan ialah dapat merangsang reaksi enzimatik yang berkaitan dengan detoksifikasi, khususnya pada racun  yang potensial menyebabkan keracunan, baik yang berasal dari makanan (exogenous) maupun dari dalam tubuh (endogenous); merangsang enzim yang berkaitan dengan  proses  pencernaan  bahan yang  kompleks  atau  enzim  tersebut  tidak  ada  dalam saluran pencernaan mammalia; dan mensintesis zat-zat  yang  esensial yang tidak cukup jumlahnya dari makanan.
2.2.  Deskripsi Bacillus licheniformis
B. licheniformis merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang dengan panjang antara 1,5 µm sampai 3 µm dan lebar antara 0,6 µm sampai 0,8 µm.  Spora dari bateri ini berbentuk  batang  silindris atau  elips  dan terdapat  pada sentral atau  parasentral.          Suhu maksimum pertumbuhannya adalah 50 – 55oC dan suhu minimumnya 15oC (Mao, et al., 1992). B. licheniformis merupakan species bakteri yang mampu menghasilkan protease dalam jumlah yang relatif tinggi.   Jenis protease yang dihasilkan oleh bakteri ini adalah enzim ekstraselular yang tergolong proteinase serin karena mengandung serin pada sisi aktifnya.  Enzim ini bekerja sebagai endopeptida (memutuskan ikatan peptida yang berada dalam rantai protein sehingga dihasilkan peptida dan polipeptida) dan dihambat kuat oleh senyawa diisopropil-fluorofosfat (DFP), 3,4-dichloroisocoumarin (3,4-DCL), L-3-carboxy- trans-2,3-epoxypropyl-leucylamido       (4-guanidine),  butane,            henymethyl-sulfonylfluoride (PMSF), dan tosyl-L-lysine chlorometyl ketone (TLCK) (Rao et al., 1998).          Selain itu, protease sirin tahan terhadap EDTA (Ethylene diame tetraacetic acid) dan adanya ion Ca++ dapat menstabilkan enzim pada suhu tinggi.
Deskripsi Aspergillus niger
Aspergillus niger mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu berupa benang tunggal disebut hypa, atau berupa kumpulan benang-benang padat menjadi satu yang disebut miselium, tidak mempunyai klorofil dan hidup heterotrop.            Bersifat aerobik dan berkembang biak secara vegetatif dan generatif melalui pembelahan sel dan spora-spora yang dibentuk di dalam askus atau kotak spora (Raper dan Fennel, 1977).  Kapang ini tumbuh dengan baik pada suhu 30 – 35 0C.  Kisaran pH yang dibutuhkan 2,8 sampai 8,8 dengan kelembaban 80 – 90 persen. Aspergillus niger merupakan       spesies dari Aspergillus yang tidak menghasilkan mycotoxin, bahkan dapat menekan terbentuknya racun aflatoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus parasiticus, sehingga tidak membahayakan.
Kapang tersebut juga menghasilkan beberapa enzim, antara lain :
amilase, β-amilase, selulase, glukoamilase, katalase,  pektinase,  lipase,  dan galaktosidase  (Ratledge,  1994). Aspergillus niger merupakan salah satu strain kapang yang dilaporkan mampu memproduksi enzim selulase. Selulase  yang  berasal  dari Aspergillus  niger berbentuk  selulase  kompleks  dan  mampu diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak.
Menurut Ramadanil (1994), enzim yang dihasilkan mikroorganisme mempunyai kelebihan untuk dikembangkan, karena:
(1)  Mikroorganisme  tumbuh  sangat  cepat  dan  mudah  dikembangkan  sehingga  dapat digunakan dalam skala industri.
(2)  Substrat  tumbuh  mikroorganisme relatif tidak  mahal,  umumnya terdiri atas  limbah industri pertanian.
(3)  Enzim  yang dihasilkan mikroorganisme dapat  diproduksi dalam jumlah  yang tidak terbatas.
2.4.  Deskripsi Saccharomyces cereviseae, Saccharomyces    cereviseae  adalah fungi uniseluler yang juga disebut ragi, berbentuk bulat atau oval, berukuran 5-12 µ, bermultifikasi membentuk bud, dan setelah dewasa akan pecah menjadi sel induk.  Strukturnya mempunyai dinding polisakarida tebal yang menutup protoplasma.  Shin (1966) mengemukakan bahwa keuntungan umum yang diperoleh dari kultur Saccharomyces cereviseae hidup adalah : meningkatkan pertambahan bobot badan, efisiensi ransum, dan feed intake.
Keuntungan ini diperoleh berdasarkan mekanisme kerja kultur Saccharomyces cereviseae sebagai berikut :
1)  Menstmulasi  appetite  (nafsu  makan),  karena  ragi  ini  memiliki flavor  natural  yang menarik (asam glutamate) yang dapat memperbaiki palatablitas,
2)  Mengandung vitamin B komplek ,
3)  Mengasilmilasi protein dan mensekresi asam amino,
4) Menyediakan mineral dalam bentuk chelat setelah sel ragi mengalami otolisis dan sejumlah mineral siap diabsorpsi oleh ternak
5)  memproduksi sejumlah enzm meliputi amylase, lipase, protease dan lan-lain.
6)  Sel aktif mempunyai materi absorbative yang kuat dalam dinding selnya dan dapat berperan sebagai nutrient reservoir dan ph buffer.
7)  Meningkatkan homeostasis usus, karena mempunyai kemampuan memindahkan oksigen  untuk  menciptakan  kondisi  anaerob  sebagai  fasilitas pertumbuhan  bakteri anaerob. Berdasarkan penggolongan bahan baku pakan, bahan yang digunakan untuk pakan ikan terdiri dari  Bahan Pakan Sumber Energi, Sumber Protein, Sumber Vitamin, Sumber Mineral, Feed Aditif, dan Feed Suplemen (Hartadi, 1986).  Bahan pakan sumber vitamin, mineral dan imbuhan pakan (feed suplemen) juga dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan manfaat, serta efisiensi ransum. Feed suplemen adalah bahan pakan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun diperlukan untuk melengkapi zat-zat makanan dalam ransum serta meningkatkan nilai manfaat ransum.
Pengukuran Kecernaan
Potensi nilai gizi ransum yang mengandung feed suplemen produk bioproses untuk penyediaan zat-zat makanan dan energi dapat ditentukan dengan jalan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Nilai sebenarnya ditunjukkan dari bagian yang hilang setelah bahan makanan dicerna, diserap dan dimetabolis (Ranjhan, 1980;  Tillman dkk., 1991). Makin  banyak  zat  makanan  yang dapat  diserap  oleh tubuh  ikan maka  nilai  kecernaan ransum makin tinggi.  Hal ini merupakan suatu indikator  tingginya kualitas ransum yang mengandung  produk  bioproses. Beberapa  para  ahli  telah  melakukan  penelitian  untuk menguji produk bioproses. Peningkatan kualitas gizi bioproses mengakibatkan molekul- molekul kompleks atau senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana dan mudah dicerna (Darana, 1995).
Penggunaan feed  suplemen dari produk  bioproses dalam ransum  ikan diharapkan nilai kecernaan ransum lebih baik. Zat  makanan yang berpengaruh besar terhadap daya cerna adalah serat kasar (Tillman dkk., 1991), Dengan adanya Probiotik BAS  sebagai feed suplement dari bakteri (Bacillus licheniformis), kapang (Aspergillus niger), dan ragi/yeast (Saccharomyces cerevisiae).
Daya cerna dapat didefinisikan sebagai bagian zat makanan yang tidak disekresikan dalam  feses,  sehingga dapat  diartikan  bahwa  nilai kecernaan adalah  banyaknya zat-zat makanan yang dicerna dan diserap dalam alat  pencernaan atau yang tidak disekresikan dalam feses dibandingkan dengan zat makanan yang dikonsumsi (Tillman dkk., 1991). Jadi nilai  kecernaan  dapat  diartikan  banyaknya  atau  jumlah proposional  zat  makanan  yang diserap tubuh. Makin banyak zat makanan yang diserap oleh tubuh, maka nilai kecernaan makin tinggi. Hal tersebut merupakan salah satu indikator tingginya kualitas pakan yang diberikan.
Metode  pengukuran  daya  cerna  untuk  ikan telah  dikembangkan  oleh  Sklan dan Hurwitz (1980), yang disitir oleh Wiradisastra (1986) dan dimodifikasi oleh Haetami dkk. (2000) yaitu menggunakan teknik pembedahan pada ikan, dan mengambil sampel feses berasal dari usus besar. Penelitian kecernaan menggunakan indikator internal sebagai pembanding, yaitu lignin untuk menentukan nilai kecernaan produk bioproses (Ranjhan, 1980; Close dan Menke, 1986).
Feed suplement produk terjadi perubahan kualitas bahan yang disebabkan proses fermentasi yang  dilakukan oleh mikroba (Bacillus licheniformis, Aspergillus  niger dan Saccharomyces cerevisiae), mengakibatkan perubahan kimia dari senyawa yang bersifat kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicrena sehingga memberikan efek positif terhadap nilai kecernaan pada ikan (Schneider dan Flat, 1975;
 

0 comments:

Post a Comment